Oleh: Rahma Al-Tafunnisa
Hari demi hari yang kita lewati tentu berjalan dengan indah dan aman. Namun, tidak dengan muslim Palestina. Muslim Palestina hidup dalam ketakutan karena dihantui oleh para penjajah laknatullah. Bagaimana tidak? Mereka diintai layaknya hewan buruan. Mereka dilaparkan, dan dibiarkan mati membusuk akibat kelaparan yang sangat. Inilah cara penjajah menyiksa mereka, dan ini sangatlah menyakitkan. Sampai kapan mata kita akan terus menyaksikan kekejaman ini. Setiap hari terlintas di media sosial bahwa muslim Palestina menjerit meminta pertolongan dunia. Namun, dunia hingga hari ini tetap konsisten membisu. Ya Allah.
Dikutip dari media Republika.Co.ID, Gaza – Pejabat Senior Hamas, Basem Naim mengaku mendapatkan janji langsung dari utusan AS untuk Timur Tengah, Stave Witkoff bahwa dua hari setelah sandera Edan Alexander dilepas, AS akan mewajibkan Israel untuk membuka blockade bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Witkoff, menurut Basem, juga menjanjikan, bahwa Presiden Donald Trump juga akan membuat pernyataan resmi terkait gencatan senjata segera di Gaza dan negosiasi demi tercapainya sebuah gencatan senjata permanen.
Gedung Putih tidak merespons permintaan konfirmasi dari Drop Site atas pernyataan Basem Naim. Pada Jumat, saat mengakhiri kunjungan kenegaraannya di Timur Tengah, Trump secara singkat mengomentari perang Gaza dan kondisi kemanusiaan yang sangat buruk akibat dari blockade penuh Israel. Untuk 76 hari, Israel telah mencegah semua makanan, obat, air bersih, dan bahan bakar masuk ke Gaza. Blockade itu telah mengakibatkan mayoritas warga Gaza dalam kondisi kelaparan.
Setidaknya 53.272 warga Palestina telah meninggal dunia dalam perang genosida yang dilakukan Israel sejak Oktober 2023, menurut pernyataan Kementerian Kesehatan Palestina pada Sabtu (17/5/2025). Pernyataan Kementerian tersebut menyebutkan bahwa 153 orang orang tewas dalam serangan Israel di daerah kantong tersebut dalam 24 jam terakhir, sementara 459 orang lainnya terluka, sehingga jumlah korban luka mencapai 120.673 orang. Banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka, tambah penyataan itu. Militer Israel Kembali melancarkan serangan ke Jalur Gaza pada 18 Maret, meninggalkan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang mulai berlaku pada Januari.
Sejak 2 Maret, Israel telah memblokade seluruh pasokan makanan, air, dan obat-obatan untuk memasuki Gaza, menciptakan krisis buatan manusia. Organisasi kemanusiaan mengatakan bahwa penduduk berisiko mengalami kelaparan massal.
Zionis terus melakukan dengan cara yang tidak berperikemanusiaan. Selain itu, mereka dengan sengaja memblokade masuknya bantuan makanan dan membiarkan kaum muslim di Gaza dalam keadaan kelaparan yang parah. Blokade ini sudah berlangsung lebih dari dua bulan. Sungguh cara perang yang sangat keji dan tidak kesatria. Meskipun begitu, Israel mengklaim bahwa bantuan pangan yang dikirim selama 6 minggu gencatan senjata awal tahun ini cukup untuk mencegah kelaparan, dan menuduh Hamas sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penderitaan warga masyarakat dan menyalahgunakan bantuan. Sementara itu, sebuah yayasan yang didukung AS berencana mendistribusikan bantuan ke Gaza pada akhir Mei dengan menggunakan jasa perusahaan logistic dan keamanan swasta asal AS. Namun PBB menolak bekerja sama dengan mereka karena mengaggap pihak swasta tersebut tidak netral.
Mirisnya, dalam kondisi demikian, penguasa negeri muslim belum juga melakukan pembelaan secara nyata dengan mengirimkan pasukan untuk mengusir penjajah yang keji ini. Seruan jihad yang bergema di seluruh penjuru dunia tidak mampu membuka hati para pemimpin muslim. Seruan hanya sebatas seruan, tidak ada aksi nyata dari pemerintah. Jika hanya seruan maka tidak akan bisa menggentarkan musuh walaupun tentara muslim jumlahnya sangat banyak. Faktanya, sampai saat ini warga Gaza masih kelaparan, banyak yang ingin memberikan bantuan namun diblokade oleh tentara Israel. Disaat negeri muslim lainnya makan dengan makanan lezat bersama keluarga mereka, namun Gaza tidak. Gaza tetap dengan ketidakadilan ini, dunia tidak adil hanya dengan Gaza, mereka diperlakukan layaknya anak tiri. Karena faktanya disaat mereka kelaparan, bantuan sangat susah masuk, bahkan sengaja dihancurkan.
Tak sedikit dari mereka yang makan dari sisa-sisa makanan dan bahkan makan rerumputan. Kondisi ini kita lihat hampir setiap hari, tidak ada solusi bagi Gaza selama sistem Kapitalisme Sekuler masih menjadi panduan hidup dunia ini.
Pun kondisi mengenaskan ini tidak mungkin terjadi jika umat Islam memiliki perlindungan berupa negara Khilafah. Karena Khilafah akan menjalankan perannya sebagai rain dan junnah untuk melindungi umat Islam dari penjajahan dalam bentuk apapun. Sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah Mu’tasim Billah. Sayangnya hari ini Khilafah belum ada, sehingga Palestina tidak ada yang membela.
Karena umat muslim bagaikan satu tubuh, seperti hadits Nabi Saw yang artinya “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya). ' (HR. Bukhari dan Muslim). Apalagi sebagai seorang pemimpin, wajib untuk melindungi rakyatnya ketika terjadi kezaliman dan penganiayaan. Jika ada Khilafah, maka tentu Gaza akan diselamatkan dari penjajahan ini dari tangan Israel dan Amerika selaku sekutu yang peling banyak menyokong dana kepada mereka. Dengan cara apa? Dengan cara mengirimkan tentara muslim yang ada dipenjuru dunia untuk berjihad melawan penjajah. Namun hal ini diawali dengan menyamakan pemikiran, perasan dan peraturan, sehingga terciptalah aturan yang berlandaskan aturan Islam dibawah naungan Khilafah.
Oleh karena itu, tentu juga harus ada perjuangan untuk menegakkan kembali. Perjuangan ini sudah diawali oleh partai Islam ideologis. Umat harus terus dibangun kesadarannya agar siap berjuang bersama partai ini. Karena hanya partai inilah yang konsisten memperjuangkan tegaknya aturan Allah secara kaffah dalam wadah Khilafah Islamiyah.
Wallahua’lam bishshawab.[]