Belajar Menyiapkan Generasi Militan

 


Alfina Burhan 


Kisah yang selalu diingat sepanjang masa, menunjukkan sebuah keteguhan jiwa, kekuatan tekad, dan besarnya cita-cita. Kisah yang harumnya tak lekang oleh jaman. Generasi-generasi terbaik dari para ibu yang hebat. 


Siapa yang tidak kenal Al Fatih, semenjak Muhammad Al Fatih lahir, ibunya akan membawa Muhammmad Al Fatih pergi keluar dari istana dan berdiri di sebuah tebing, di mana tebing itu menghadap ke arah Konstatinopel. Ibunya akan berkata :

“Wahai anakku, di sana terdapat kota Konstatinopel. Dan Rasulullah SAW bersabda: "Konstatinopel itu akan ditawan oleh tentara Islam. Rajanya (penakluknya) adalah sebaik-baik raja, dan tentaranya adalah sebaik-baik tentara. Ketahuilah anakku, engkaulah orangnya”. 


Ibunda Al Fatih terus mensupport sang putra. Beliau penuhi setiap sebab yang bisa mengantarkan Al Fatih menjadi pemimpin tangguh. Beliau siapkan Al Fatih dari segala sisi, hingga Al Fatih mampu membuktikan bisarah Rasulullah Shalallahu Alayhi Wasallam. 


Muhammad al-Fatih, atau Sultan Mehmed II, menaklukkan Konstantinopel pada tanggal 29 Mei 1453. Peristiwa ini menandai akhir Kekaisaran Romawi Timur dan dimulainya era baru dalam sejarah kota tersebut, yang kemudian dikenal sebagai Istanbul. 


Kisah Anas bin Malik, Anas bin Malik dibiasakan oleh ibunya, untuk melayani Nabi Muhammad setelah Nabi hijrah ke Madinah. Ketika Anas berusia 10 tahun, Ummu Sulaim membawanya untuk menjadi pelayan Nabi, dengan harapan Nabi akan mendoakannya untuk mendapatkan keberkahan dan keberuntungan. 


Rasulullah pun senang dan menerima Anas. Kemudian ia mengusap kepala Anas bin Malik dengan tangannya dan memegang kuncirnya dengan jari-jarinya yang lembut dan membawa Anas ke keluarga Rasulullah dan mendoakannya:

"Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya. Berkahilah ia dan masukkanlah ke dalam surga. Masukkanlah ia ke dalam surga."


Ibunda Anas Bin Malik rela untuk berpisah dengan putranya, asal putranya berada di tempat dan pengasuhan yang tepat. Beliau menyuarakan Anas sebagai pribadi yang tangguh dan mandiri. 


Hasilnya, Anas bin Malik meriwayatkan sekitar 2.286 hadis. Ia merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad yang paling banyak meriwayatkan hadis, menduduki peringkat ketiga setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar. 


Yaa, ibu hebat itu beliau adalah Huma Hatun, ibunda sang penakluk Konstatinopel, Muhammad Al Fatih dan Ummu Sulaim ibu Anas Bin Malik.


Beliau berdua hanya sebagian dari para ibu hebat lainnya, yang mampu menyiapkan putranya sebagai bagian sejarah yang tidak terlupakan. Beliau adalah wanita biasa yang Allah berikan potensi yang sama seperti wanita umumnya. Tapi mereka mampu memaksimalkan potensi tersebut untuk menyiapkan anak-anak mereka sebagai generasi terbaik.


Bagaimana dengan para ibu sekarang? 


Mereka juga memiliki potensi yang sama untuk bisa menyiapkan putra putrinya sebagai generasi terbaik, tinggal apakah mau atau tidak? 


Membiasakan mereka taat syariat sejak dini, memotivasi anak-anak sebagai anak-anak hebat calon pemimpin umat, bersusah payah menemani mereka berproses, membiasakan mereka duduk dalam majelis-majelis ilmu.


Semua kebiasaan baik itu memang harus dibentuk sejak dini pun menanamkan akidah yang kuat dalam diri mereka, sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi tangguh yang berkepribadian Islam, bukan pribadi yang menye-menye (sedikit-dikit mengeluh, pemalu tidak pada tempatnya, ataupun pribadi yang rapuh). 


Sekali kali mengajak mereka bergabung dengan komunitas yang sefrekuensi seperjuangan, bukan hanya sepermainan (misal: hobby sepatu roda, melukis, main piano dsb.). Dengan begitu anak-anak akan paham makna perjuangan, bahwa semuanya tidak hanya sim salabim abra kadabra. Wallahu'alam. []

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم