Mutilasi Surabaya Buah Busuk Sekulerisme yang Menjijikkan



Oleh : Nada Mazaya
Aktivis Muslimah Peduli Umat


Kasus mutilasi di Surabaya yang dilakukan Alvi Maulana terhadap pacarnya, TAS, bukan sekadar kriminal biasa. Jasad dipotong hingga puluhan bagian, dibuang ke semak-semak, lalu bangsa ini kembali geger. Tetapi sayangnya, lagi-lagi kasus ini hanya diposisikan sebagai “kejahatan individu” semata. Padahal, sesungguhnya tragedi ini adalah buah busuk dari sistem sekularisme yang diterapkan di negeri ini.

Pelaku dan korban tinggal satu kamar kos, memperkenalkan diri sebagai suami-istri siri padahal sekadar pacaran. Ini bukan kasus pertama, dan jelas bukan kasus terakhir. Beginilah wajah masyarakat yang dibentuk oleh sekularisme: pergaulan bebas dianggap wajar, zina diremehkan, bahkan ditoleransi oleh negara. Negeri yang mayoritas Muslim ini dibiarkan larut dalam gaya hidup liberal, yang menyingkirkan aturan Allah dari kehidupan.

Sekulerisme Mesin Pencetak Generasi Rusak

Sekulerisme telah melahirkan manusia-manusia kosong jiwa. Mereka berpendidikan tinggi, tetapi rapuh secara akidah. Mereka tampak modern, tetapi tak memiliki benteng iman. Tidak heran jika ketika masalah datang, pelampiasannya adalah kekerasan brutal, bahkan setingkat mutilasi yang mengoyak kemanusiaan. Inilah wajah nyata sistem sekuler, melahirkan generasi yang jauh dari Allah, dikuasai hawa nafsu, dan kehilangan akhlak.

Negara yang semestinya menjaga akhlak rakyat justru sibuk menjadi penjaga pasar kapitalisme. Mereka membiarkan budaya permisif, konten pornografi, dan gaya hidup hedon merajalela atas nama kebebasan. Hasilnya jelas, lahirlah tragedi demi tragedi, dari zina, aborsi, sampai mutilasi sadis. Negara hanya hadir setelah darah tumpah, sekadar mengadili pelaku, tanpa pernah menyentuh akar masalah: penerapan sistem kufur yang merusak.

Islam Solusi Nyata Bukan Wacana

Islam memandang nyawa manusia sangat berharga. Pembunuhan dibalas dengan qishash, “jiwa dibalas dengan jiwa”, agar menjadi peringatan keras bagi siapa pun. Islam menutup rapat pintu pergaulan bebas, mengharamkan pacaran, dan hanya membolehkan hubungan laki-laki dan perempuan dalam bingkai pernikahan.

Negara dalam Islam (Khilafah) tidak sekadar menghukum pelaku setelah kejahatan terjadi, tetapi menata masyarakat dengan akidah, mengatur pergaulan, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, serta melindungi kehormatan rakyatnya.

Mutilasi Surabaya adalah alarm keras bagi umat Islam. Jangan lagi tertipu dengan narasi bahwa ini sekadar ulah orang “stres” atau “masalah pribadi”. Fakta yang sesungguhnya, tragedi ini lahir dari sistem kufur yang diterapkan di negeri ini. Selama sekulerisme dan kapitalisme menjadi pijakan, maka kasus sadis semacam ini akan terus berulang. Hanya dengan kembali kepada syariat Islam secara kaffah, ditegakkan dalam bingkai Khilafah, umat akan selamat dari kejahatan-kejahatan mengerikan yang mencabik rasa kemanusiaan.

Wallahu a’lam bishshawwabi

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم