Kedaulatan Semakin Renta, Benarkah Indonesia Merdeka?



Oleh: Ai Ummu Putri 


Tepatnya di tanggal 17 Agustus disetiap Tahunnya negeri ini selalu melakukan perayaan kemerdekaan dan itu telah menjadi tradisi wajib tahunan. Kemerdekaan terus diperingati sebagai formalitas belaka dan justru diisi dengan kegiatan yang tidak ada korelasinya dengan kemerdekaan. Bahkan banyak kegiatan yang diisi dengan aktifitas yang tidak bermanfaat mulai dari perlombaan balap karung, makan kerupuk, panjat pinang, Tarik tambang, hingga lomba lucu-lucuan yang jauh dari esensi kemerdekaan dan tak jarang melanggar aturan agama. 


Namun, rakyat merasa senang dan terhibur tanpa memikirkan apa benar mereka telah merdeka atau makin terjajah. 80 tahun sudah usia kemerdekaan negeri ini, seharusnya dalam usia yang matang ini Indonesia  sudah ada dalam kondisi yang sejahtera, berkeadilan, serta berdaulat terbebas dari segala tekanan pihak lain.


Betulkah negeri ini telah merdeka? Dari segi penjajahan fisik, betul Indonesia sudah merdeka, terlepas dari penjajahan negara lain. Bahkan telah dirayakan dengan perayaan yang mewah hingga lalai dari kondisi yang sesungguhnya. Seharusnya kemerdekaan itu disyukuri dengan muhasabah supaya terwujud kemerdekaan yang hakiki. 


Tetapi sungguh miris, ketika melihat kondisi masyarakat yang semakin kesini semakin jelas sengsaranya. Semakin tua tetapi kedaulatan semakin renta dan tak berdaya. Faktanya, negeri ini belum 100% merdeka. Lihat saja, negeri tercinta kita ini yang punya sumber daya alam melimpah justru masih terlilit hutang riba yang jumlahnya fantastis, pembangunan yang tidak merata, jumlah rakyat miskin bertambah. Bahkan  ketimpangan ekonomi yang masih tinggi, melahirkan berbagai tindak kekerasan dan kriminalitas yang masih menghantui. Serta tidak hanya itu, masih banyak lagi problematika lain yang sampai saat ini belum bisa teratasi. Dan masih banyak lagi berbagai fakta mengerikan ditengah ‘uforia’ kemerdekaan yang tidak layak diperingati dan fakta kerusakannya didepan mata.


Dikutip dari tirto.id Kamis 7/8/2025, bahwa kondisi ekonomi kelas menengah di Indonesia memasuki pertengahan tahun ini masih pontang-panting. Daya beli masyarakat semakin menurun dan cenderung habis hanya untuk sekedar urusan sandang dan operasional harian. Padahal, pemerintah telah mengeluarkan narasi yang menyebutkan perekonomian Indonesia terus melejit.


Penghasilan masyarakat stagnan atau bahkan menurun, dan rak sedikit yang yidak punya penghasilan. Sedangkan pengeluaran semakin besar karena harga-harga yang melambung tinggi sehingga rakyat kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. 


Dalam risat Indonesia Economic Outlook Q3-2025, LPEM (Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan  Masyarakat) Universitas Indonesia menyebutkan bahwa dana yang ditarik umumnya digunakan untuk kebutuhan pokok, seperti makan, listrik, air dan transportasi. Penurunan simpanan nasabah perorangan ini erat kaitannya dengan melemahnya daya beli, cnbcindonesia.com, Jum'at (8/8/2025).


Persoalan lain yang terjadi adalah pembajakan potensi generasi untuk mengokohkan kapitalisme. Penanaman berbagai pemikiran rusak seperti deradikalisasi, Islam moderat, dialog antar agama dan lain-lain. Menjadikan umat semakin jauh dari pemikiran Islam dan pemikiran tang rusak ini juga lah yang menjajah umat saat. Kondisi ini merupakan buah diterapkannya sistem sekuler kapitalis yang tidak berpihak kepada kesejahteraan rakyat. Tetapi lebih melayani kepentingan kapitalis. 


Kondisi generasi muda saat ini yang sangat jauh dari kata merdeka tetapi dengan gembiranya mereka terbawa suasana peringatan kemerdekaan yang dipenuhi hura-hura semata. Karena itu janganlah memahami kemerdekaan hanya sebatas seremonial yang tidak ada kaitannya dengan arti kemerdekaan. Seharusnya umat terus waspada akan bahaya penjajahan gaya baru yang lebih kejam yang tengah mengepung negeri ini. Maka dari itu sudah saatnya kita memahami kemerdekaan dengan perubahan mendasar yakni mengubah sistem hari ini dengan sistem Islam secara kaffah dalam bingkai negara khilafah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan generasi terbaik setelahnya.


Wallahu a'lam bish shawwab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama