Oleh: Ummi Alif
(Muslimah Pemerhati Umat)
Penderitaan kaum muslim di Gaza tak juga berakhir. Sementara penjajah Zion*s justru makin brutal, berbuat di luar batas kemanusiaan. Zion*s laknatullah bagaikan manusia yang buta tuli hilang rasa sehingga kecaman duniapun tak dihiraukan. Di sisi lain, para penguasa muslim tetap hanya mencukupkan diri dengan kecaman tanpa aksi nyata. Bahkan meski Umat Islam hari ini sudah mulai menyerukan jihad sebagai solusi.
Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WFP) telah memperingatkan tentang krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Jalur Gaza, dengan menyatakan bahwa setidaknya dua juta orang yang sebagian besar mengungsi saat ini hidup tanpa sumber pendapatan apa pun, dan sepenuhnya bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan pangan utama mereka. Dalam serangkaian pernyataan yang dirilis selama beberapa jam terakhir, WFP membunyikan alarm atas meningkatnya bahaya bagi ratusan ribu penduduk Gaza.
Mengutip dari The Peninsula, Minggu, 20 April 2025, WFP menyatakan keprihatinan mendalam atas penurunan tajam stok pangan, dengan memperingatkan bahwa Jalur Gaza berada di ambang bencana kemanusiaan. WFP menekankan bahwa situasi kritis ini diperparah penutupan perbatasan yang sedang berlangsung oleh Israel, yang mencegah pengiriman pasokan pangan penting ke Jalur Gaza.
Menurut WFP, Gaza sangat membutuhkan aliran pangan yang tidak terputus dan terus-menerus untuk menghindari keruntuhan total ketahanan pangan. WFP juga memperingatkan tentang konsekuensi parah jika kondisi saat ini terus berlanjut, dengan menunjukkan bahwa warga sipil Palestina di Gaza sudah menghadapi kondisi kemanusiaan yang mengerikan, dengan kekurangan akut sumber daya penting untuk menopang kehidupan mereka.
Imbas serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, lebih dari 60 ribu warga di Palestina meninggal, ratusan ribu rumah hancur, dan jutaan orang terpaksa menjadi pengungsi.
Apadaya tangan tak sampai. Ketika Allah memerintahkan umat Islam memberi pertolongan pada saudaranya sesama muslim, Allah juga menyatakan umat muslim adalah bersaudara. Rasulullah saw. juga bersabda bahwa umat Islam adalah satu tubuh, oleh karena itu wajib menolong saudaranya.
Faham Nasionalisme yang mencengkram negeri negeri Islam yang dengan sengaja ditanamkan kafir penjajah untuk memecah belah umat Islam dan menghancurkan kekuatan umat Islam telah berhasil memporak porandakan seluruh kekuatan kaum Muslimin sampai titik terendah kehidupan.
Ketika Palestina di bombardir, rakyatnya di aniaya, anak anak yang tak berdosa dibunuh dengan keji, para perempuan yang semestinya dilindungi menjadi korban kebiadan Zionis, kaum Muslim hanya bisa melihat dari jauh dengan cucuran air mata ketidakberdayaan, hasrat menolong tapi tidak tahu apa yang harus dilakukan karena sesungguhnya posisi sebagai umat hanya memiliki lisan dan hati untuk melawan.
Belum lagi negeri negeri Islam terdekat bukannya menolong mereka, bukannya seruan jihad untuk membebaskan Gaza tetapi malah membuat tembok pembatas negara, seolah tidak ingin merasakan penderitaan tetangganya tersebut atau rasa takut menderita akibat terlibat konflik. Faham Nasionalisme benar benar telah menghapus nurani kaum Muslimin untuk peduli terhadap saudaranya seiman, kiblat para penguasa sudah bukan lagi kepada Rasulullah saw. tetapi mereka lebih takut kepada penguasa Barat dibanding dengan pengadilan Allah yang harus dipertanggungjawabkannya atas kepemimpinan mereka.
Selama umat masih terikat pada Nasionalisme warisan penjajah, mereka tidak akan pernah benar-benar bersatu, dan jihad pun tidak akan digerakkan. Maka, umat Islam harus mencampakkan Nasionalisme, menyadari bahwa penjajahan hanya bisa dihentikan dengan persatuan umat dalam satu kepemimpinan global, yaitu Khilafah sebagai perisai kaum Muslimin.
Berbagai upaya yang telah dilakukan saat ini belum juga membuahkan hasil yang optimal, respons yang dibutuhkan pun bukan hanya bantuan medis atau evakuasi, melainkan aksi politik nyata untuk menghentikan kejahatan penjajahan melalui embargo internasional, boikot produk-produk pendukung Zion*s, bahkan kemungkinan pembentukan koalisi militer internasional untuk memberi tekanan serius terhadap entitas Zion*s. Ketidaktegasan dan ketidaksiapan para pemimpin dunia Islam dalam membela saudara-saudaranya di Palestina merupakan persoalan besar dunia Islam saat ini. Jika mereka enggan menggunakan alasan persaudaraan seiman, maka setidaknya alasan persaudaraan sebagai umat manusia. Kalau tidak mampu bersikap tegas, jangan salahkan jika ada suara sumbang yang menyebutkan bahwa para pemimpin itu memberikan karpet merah untuk terus membantai warga Gaza.
Hal ini tidak akan terjadi perubahan selama para pemimpin negeri negeri Islam masih berkiblat kepada Barat, masih melekat rasa cinta terhadap dunia dan takut terhadap kematian yang mulia, serta tidak peduli dengan hisab akibat dari jauhnya keimanan mereka kepada Allah serta kedurhakaan mereka terhadap syariat Islam yang harus dilaksanakan.
Umat wajib menyeru semua muslim di seluruh dunia dengan seruan yang sama. Umat harus terus mengingatkan akan persatuan umat dan kewajiban menolong mereka. Umat harus bergerak menuntut penguasa muslim melaksanakan kewajiban menolong Palestina dengan melaksanakan jihad dan menegakkan khilafah.
Gerak umat harus ada yang memimpin agar terarah. Pemimpin dakwah itu adalah jamaah dakwah ideologis yang menyerukan jihad dan tegaknya khilafah. Para pengemban dakwah harus terus bergerak dengan mengerahkan seluruh kemampuannya agar persatuan umat terwujud dan berjuang bersama menegakkan khilafah agar persoalan umat termasuk Palestina segera terselesaikan dan kehidupan Islam dapat dilangsungkan kembali. Wallahu‘alam bishawwab.