Penulis: Sania Nabila Afifah
Komunitas Muslimah Rindu Jannah
Krisis tenaga kerja tengah melanda dunia. Fenomena ini tidak hanya terjadi di negara berkembang, tetapi juga di negara-negara besar seperti Inggris, Prancis, Amerika Serikat, hingga Cina. Alih-alih menunjukkan perbaikan, kondisi pasar kerja justru semakin rapuh, dan anak muda menjadi kelompok yang paling banyak menanggung dampaknya.
Krisis tenaga kerja global ini terjadi ditandai meningkatnya angka pengangguran di negara-negara besar seperti Inggris, Prancis, Amerika Serikat, dan Cina. Fenomena ini bahkan melahirkan praktik “pura-pura bekerja” atau kerja tanpa upah, sekadar untuk diakui sebagai bagian dari pasar kerja.
Di Indonesia meski Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan angka pengangguran nasional menurun, faktanya generasi muda justru mendominasi. Separuh dari jumlah pengangguran di Indonesia adalah anak muda. Fakta tersebut didukung oleh data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025 yang menunjukkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia adalah 4,76%, namun untuk lulusan perguruan tinggi lebih tinggi di angka 6,23%, dengan lebih dari 1 juta sarjana tercatat menganggur, sebuah fenomena yang disebut "pengangguran terdidik". Meskipun angka pengangguran nasional menurun, generasi muda tetap menjadi kelompok paling rentan, dengan hampir separuh penganggur berasal dari kalangan usia produktif muda.( CNBC Indonesia ).
Situasi ini menunjukkan bahwa problem struktural masih kuat mencengkram perekonomian.
Kapitalisme Penyebab Utamanya
Krisis tenaga kerja global menunjukkan kegagalan sistem ekonomi kapitalisme dalam menyediakan lapangan kerja dan menjamin kesejahteraan rakyat. Setidaknya ada beberapa alasan utama, yaitu konsentrasi kekayaan. Menurut laporan Center of Economic and Law Studies (Celios), kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia setara dengan kekayaan 50 juta penduduk Indonesia. Ketimpangan ini membuat akses terhadap pekerjaan dan sumber ekonomi semakin timpang. Negara lepas tangan. Alih-alih menjamin ketersediaan lapangan kerja, negara justru menyerahkan urusan ini pada mekanisme pasar. Akibatnya, banyak lulusan sekolah maupun vokasi tetap menganggur karena industri tidak mampu menampung tenaga kerja baru. Program job fair atau pembukaan jurusan vokasi tidak efektif, hanya menjadi solusi semu semata, karena dunia industri sendiri sedang dilanda badai PHK massal. Selama sistem kapitalisme tetap mendominasi dunia, pengangguran akan selalu menjadi masalah besar yang tak kunjung selesai.
Islam Solusi Masalah Pengangguran
Berbeda dengan kapitalisme, Islam menawarkan solusi menyeluruh bagi problem ketenagakerjaan. Negara sebagai raa’in (pengurus rakyat). Penguasa berkewajiban memastikan rakyat mendapatkan pekerjaan. Dengan menyediakan lapangan pekerjaan bagi setiap laki-laki yang mampu. Melalui pengelolaan SDA yang dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat. Dalam proses pengelolaan tersebut, negara bisa membuka industri besar, menyediakan ribuan bahkan jutaan lapangan kerja. Serta menggerakkan sektor riil. Negara memfasilitasi pendidikan dan pelatihan berbasis kebutuhan pasar. Sistem pendidikan Islam diarahkan mencetak SDM yang siap kerja dan siap usaha bukan sekadar lulusan teoritis. Negara memberikan bantuan modal dari baitul mal bagi yang tidak mampu memulai usaha. Dan industrialisasi, hingga distribusi tanah agar rakyat dapat bekerja dan sejahtera.
Distribusi kekayaan yang adil. Islam melarang penumpukan kekayaan hanya pada segelintir orang. Sistem zakat, larangan riba, dan pengaturan kepemilikan menjadikan harta berputar secara sehat di tengah masyarakat. Sistem pendidikan berbasis Islam. Negara menyiapkan SDM berkualitas, berakhlak, dan ahli di bidangnya. Bukan sekadar siap kerja, tetapi mampu memberi kontribusi nyata pada masyarakat.
Penutup
Krisis tenaga kerja global dengan anak muda sebagai korban utama membuktikan kapitalisme gagal mewujudkan kesejahteraan. Ketimpangan semakin parah, pengangguran terus menghantui, sementara solusi dari negara hanya sebatas tambal sulam. Saatnya melihat Islam sebagai sistem alternatif yang mampu menghadirkan keadilan dan kesejahteraan hakiki.
Wallahu a'lam bishshowab.[]