Kelaparan Sistemik Cara Baru Genosida Gaza, Umat Harus Tahu Solusi Hakiki



Oleh: Haamilah Ar


Kelaparan bukan lagi sekadar dampak perang, melainkan telah menjadi alat sistematis untuk menghancurkan populasi sipil. Sejak blokade total diberlakukan oleh Israel pada 2 Maret 2025, lebih dari dua juta warga Palestina hidup dalam kondisi yang disebut oleh PBB sebagai “bencana buatan manusia”. Dalam konteks ini, kelaparan sistemik di Gaza bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi bentuk baru dari genosida yang harus disadari oleh umat Islam dan masyarakat dunia. 


Penulis ternama Israel, David Grossman, yang selama bertahun-tahun menolak istilah “genosida”, akhirnya mengakui bahwa tindakan negaranya terhadap Gaza layak disebut demikian. Ia menyatakan bahwa penggunaan kelaparan sebagai senjata adalah bentuk kehancuran moral yang tak terbantahkan. ( liputan6.com, 2-8-2025)


UNRWA badan PBB untuk pengungsi Palestina sudah memeriksa lebih dari 242.000 anak di bawah usia lima tahun, dan satu dari sepuluh dinyatakan malnutrisi. Menurut otoritas Kesehatan setempat, lebih dari 59.000 warga Palestina telah tewas di Gaza sejak Oktober 2023, termasuk setidaknya 113 orang yang meninggal karena kelaparan. Data lain dari berbagai lembaga internasional menunjukkan bahwa lebih dari 900.000 anak di Gaza mengalami kelaparan, dan sekitar 70.000 di antaranya menderita malnutrisi akut. Bahkan, petugas medis di Rumah Sakit Shifa pun dilaporkan pingsan karena kelaparan saat merawat pasien. Mereka bukan sekadar angka.


Truk bantuan yang membawa makanan dan obat-obatan ditahan atau dihancurkan, sementara warga sipil yang mencoba mengakses bantuan sering kali menjadi sasaran tembakan. Kebiadaban Zionis Yahudi makin meningkat, bahkan tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, seolah mereka bukan manusia, membiarkan krisis kelaparan yang sangat mengerikan.


Deklarasi New York yang digagas oleh Prancis dan Arab Saudi menyerukan solusi dua negara sebagai jalan damai. Namun, Israel menolak, dan Amerika Serikat memilih absen dalam pertemuan PBB. Sementara itu, blokade tetap berlangsung, dan penderitaan rakyat Gaza semakin parah. Solusi dua negara, meskipun didukung oleh banyak negara, tampak seperti ilusi yang terus digulirkan tanpa hasil nyata. Dunia internasional, termasuk PBB, terbukti tidak mampu menghentikan genosida ini. Resolusi demi resolusi dilanggar tanpa konsekuensi, dan veto dari negara adidaya terus membungkam suara keadilan. ( beritasatu.com, 30-7-2025) 


Bagi umat Islam, Gaza bukan hanya isu kemanusiaan, tetapi juga urusan keimanan. Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidak beriman salah seorang dari kalian sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri” (HR Bukhari dan Muslim). 


Maka, penderitaan Gaza adalah panggilan untuk bangkit dan bersatu. Sayangnya, banyak pemimpin negeri-negeri Muslim tampak abai. Mereka dan umat Islam telah termakan propaganda Barat sehingga menjadi lemah. Karena nya Retorika kecaman dan bantuan simbolik tidak cukup untuk menghentikan genosida yang sedang berlangsung.


Dalam sejarah Islam, umat memiliki kekuatan besar ketika bersatu dalam akidah yang kokoh dan kepemimpinan yang lurus. Khilafah telah menjadi negara adidaya, sebagai sistem pemerintahan Islam, telah terbukti mampu melindungi umat selama lebih dari 13 abad. Fakta menunjukkan bahwa sistem ini pernah menjadi kekuatan global yang disegani.


Situasi hari ini harus digunakan sebagai sarana untuk menyadarkan umat akan solusi hakiki untuk Palestina, yaitu jihad dan tegaknya Khilafah. Penyadaran harus terus dilakukan dan makin ditingkatkan seiring dengan bukti nyata kejahatan Zionis. Umat Islam tidak boleh diam. Dunia telah gagal menghentikan genosida ini. Maka, umat harus menyuarakan solusi hakiki: tegaknya khilafah dan jihad fi sabilillah sebagai jalan pembebasan. Penyadaran harus terus dilakukan, dan dakwah ideologis harus memimpin umat menuju kebangkitan.


Para pengemban dakwah harus menggugah perasaan dan pikiran umat, meningkatkan keyakinan, dan istiqamah dalam jalan dakwah Rasulullah ﷺ. Selain itu, umat harus terus mendekatkan diri kepada Allah, melayakkan diri menjadi hamba yang pantas mendapat pertolongan-Nya.


Kesimpulannya Kelaparan sistemik di Gaza adalah genosida gaya baru yang tidak bisa ditangani dengan solusi parsial. Dunia telah gagal, diplomasi telah mandul, dan umat Islam harus mengambil peran utama. Solusi hakiki bukanlah retorika, melainkan penerapan Islam secara total melalui khilafah dan jihad fi sabilillah. Inilah saatnya umat bangkit, bersatu, dan menunaikan tanggung jawab keimanan terhadap saudara-saudara kita di Gaza.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama