Oleh : Rahma Al-Tafunnisa
Tidak asing lagi kita mendengar soal Gaza, yaa Gaza. Setiap hari kita diperlihatkan dengan kondisi muslim Gaza yang mengenaskan. Seolah-olah mata kita harus terus terbuka melihat dan memperhatikan mereka, dan seolah-olah jeritan mereka berdenging di telinga kita. Tapi apalah daya, mata hanya bisa memandnag dan telinga hanya bisa mendengar. Tidak banyak yang bisa kita lakukan untuk mereka.
Dunia tidak bisa berbuat banyak untuk Gaza, Palestina. Bahkan seperti PBB pun tekuk lulut dengan negara-negara yang mempunyai hak veto. Mereka seperti kehilangan kekuatan ketika berhadapan dengan negara-negara tersebut. Hak istimewa yang dimiliki oleh lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB (DK PBB) untuk membatalkan keputusan yang telah diambil oleh dewan tersebut, bahkan jika mayoritas anggota mendukung keputusan tersebut. Lima negara tersebut adalah Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Prancis, dan Inggris, yang juga dikenal sebagai "P5" atau "Lima Besar.
Kita melihat fakta dilapangan seperti dikutip dari media Tirto.id – Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi kepada Pelapor Khusus PBB untuk Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengatakan bahwa sanksi telah dijatuhkan kepada Albanese. Dia adalah seorang pengacara dan akademisi adal Italia, telah mendesak negara-negara di Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk memberlakukan embargo senjata dan memutus hubungan perdagangan dan keuangan dengan Israel, seraya menuduh sekutu AS tersebut melancarkan ‘kampanye genosida di Gaza.
Israel sendiri telah menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional dan kejahatan perang di ICC atas serangan militernya yeng menghancurkan di Gaza. Israel pun membantah tuduhan tersebut dan mengatakan kampanyenya merupakan pembelaan diri setalah serangan mematikan Hamas pada Oktober 2023.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan awal Juli 2025 ini, Albanese menuduh lebih dari 60 perusahaan teknologi besar atas keterlibatan dalam mendukung pemukiman Israel dan aksi militer di Gaza. Laporan tersebut menyerukan perusahaan-perusahaan untuk menghentikan hubungan dengan Israel dan menuntut pertanggungjawaban hukum bagi para eksekutif yang terlibat dalam dugaan pelanggaran hukum internasional.
Albanese adalah salah satu dari puluhan pakar hak asasi manusia independent yang diberi mandat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melaporkan tema dan krisis tertentu. Pandangan yang diungkapkan oleh pelapor khusus tidak mencerminkan pandangan badan global tersebut secara keseluruhan.
Para pakar hak asasi manusia mengecam sanksi AS terhadap Albansese. Wakil Presiden urusan pemerintahan di lembaga pemikir Centerfor International Policy, Dylan Williams, melabeli sanksi tersebut sebagai “perilaku negara yang jahat.” Sementara, Amnesti International mengatakan pelapor khusus harus didukung dan tidak diberi sanksi. Sejak kembali menjabat pada bulan Januari, Presiden Donald Trump telah menghentikan penghentian pendanaan untuk badan bantuan Palestina UNRWA dan memerintahkan peninjauan terhadap badan kebudayaan PBB, UNESCO.
AS terus berkuasa hingga kini, termasuk mengendalikan apa yang terjadi di Gaza. Negara superpower inilah yang banyak membantu Israel dengan mengirimkan dana dan bantuan untuk menjajah dan menjarah tanah Palestina. Negara yang kuat akan militernya, negara yang tidak takut dengan siapapun, dan negara yang sudah bertekuk lutut dengan dunia (materi). Segala macam cara dilakukan demi untuk mencapai tujuan mereka.
Gaza masih terus menjadi sasaran genosida dengan cara yang makin mengerikan. Bahkan Gaza juga disinyalir menjadi tempat uji coba senjata. Kita mendapati Zionis Yahudi mencari segala macam cara untuk memudahkan genosida muslim Gaza. Diantaranya adalah menahan masuknya bantuan makanan agar penduduk Gaza kelaparan hingga meninggal, menetapkan titik pengambilan bantuan dan kemudian menjadi masyarakat yang sudah berkumpul sebagai sasaran serangan dll. Mereka dilaparkan hingga tubuh mereka kurus dan terlihat tulang belulang mereka. Ketika mereka dijanjikan mendapatkan bantuan makanan, tapi justru menjadi sasaran empuk para penjajah. Kejahatan yang kita saksikan begitu mengerikan ini hanya ada di Gaza, Palestina. Anak-anak kehausan, ibu-ibu tidak bisa menyusui anak-anak mereka karena sulitnya mendapatkan makanan dan minuman. Hingga banyak dari mereka yang meninggal kelaparan.
Genosida di Gaza Palestina sungguh sudah di luar batas kemanusiaan. Pemimpin negeri muslim alih-alih membantu mengusir Zionis, mereka justru bergandengan tangan dengan mesra dengan negara Yahudi yang telah menjajah dan menjarah tanah Palestina. Mereka bisa disebut sebagai pengkhianat sejati. Ada banyak pengamat mengkritik tindakan Zionis tersebut. Namun mereka juga tidak memberikan solusi. Kritik hanya sekadar kritik, tidak ada aksi nyata yang mereka lakukan untuk membebaskan Palestina.
Umat Islam harus terus membangun narasi akan solusi hakiki untuk Palestina hanyalah jihad dan Khilafah. Semua muslim yang sudah memahami akar masalahnya, berkewajiban menyadarkan muslim yang lain. Gerakan ini akan membangun kesadaran dan kekuatan umat atas dasar kesadaran.
Terbentuknya kesadaran umat pada mayoritas umat akan mendorong umat fokus terus berjuang di jalan dakwah sesuai dengan thariqoh Rasulullah. Karena hanya thariqoh dakwah Rasulullah-lah yang akan menghantarkan kepada kemenangan. Karena itu umat terus diingatkan untuk menjauhi thariqoh yang tidak menghantarkan kepada kemenangan, baik melalui people power maupun melalui jalur demokrasi/parlemen.
Para pengemban dakwah harus istiqomah dan terus waspada akan adanya bahaya yang mengancam dakwah mereka, baik bahaya kelas, maupun bahaya ideologi. Kedua bahaya ini hari ini harus diwaspadai karena akan memalingkan umat dari thariqoh dakwah Rasulullah Saw. Mereka harus yakin bahwa thariqoh inilah yang akan menghantarkan kepada kemenangan umat Islam termasuk mengusir penjajah Yahudi dari bumi Palestina.
Wallahua’lam bishawab.[]