Peluang Daulah Islam sebagai Negara Super Power


 

Endah Sulistiowati (Dir. Muslimah Voice)


Berdasarkan laporan Al-Jazeera, terdapat klaim yang diberikan oleh pemerintah Israel terkait dengan alasan negara tersebut menyerang Iran. Dikatakan oleh pemerintah Israel tindakan yang mereka ambil merupakan langkah preventif yang dilakukan guna mengatasi ancaman dari pihak Iran.Terlebih lagi pihak Iran telah membangun bom nuklir. Oleh sebab itulah, Israel berusaha melakukan serangan pencegahan yang dimaksudkan untuk pertahanan diri yang diakibatkan oleh keadaan darurat.


Tidak hanya itu saja, terdapat juga klaim yang didasarkan pada laporan Atomic Energy Agency (IAEA) yang dirilis pada Kamis (12/6/2025) yang menyebut adanya pelanggaran materi dilakukan oleh Iran. Terutama kaitannya dengan perjanjian terhadap Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT). Meskipun begitu klaim yang diberikan oleh pihak Israel belum dapat dibuktikan. Bahkan, pihak IAEA juga cenderung menolak klaim tersebut karena laporan tadi belum diketahui oleh pihak-pihak yang relevan.


Sementara itu, dijelaskan dalam Independent, konflik antara Israel dan Iran sebenarnya sudah terjadi selama beberapa dekade belakangan. Namun, konflik tersebut hanya sebatas sebagai 'perang bayangan' semata. Adapun sejarah konflik Iran dan Israel tak terlepas dari sejarah panjang terkait dengan serangan klandestin yang dilakukan melalui darat, laut, udara, hingga dunia maya. Sebagai informasi, istilah klandestin merujuk pada secara rahasia, secara gelap, hingga secara diam-diam.


Tercatat kedua negara tersebut sebelumnya adalah sekutu. Ini terjadi sebelum Islamic Revolution di tahun 1979 silam. Namun, sejak rezim teokratis baru yang bertentangan dengan keberadaan Israel dan juga ambisi nuklir di Teheran, Iran yang dianggap sebagai ancaman eksistensial, maka Israel mulai melakukan penyerbuan. Tak hanya sampai di situ saja, diungkap dalam sumber yang sama, Teheran ternyata juga mendanai Hamas di Gaza. Sementara itu, Hamas diklaim telah memicu perang di Gaza. Sejak tahun 2023 silam, Israel telah banyak menghilangkan nyawa kepemimpinan senior kelompok Hamas.


Dari sini kita paham bahwa sesungguhnya konstelasi setiap negara tidak selamanya tetap dalam suatu keadaan di kancah internasional, tapi kondisinya selalu berubah-ubah; yaitu dari aspek kuat dan tidaknya, dari segi kuat dan lemahnya pengaruh, dan dari segi kualitas hubungan yang ada antar berbagai negara, dan pasang-surut hubungan-hubungan ini. Karena itu, tidak mungkin memberikan garis-garis besar yang permanen untuk konstelasi internasional serta memberikan konsep yang permanen mengenai konstelasi sebuah negara di dunia. Yang mungkin adalah memberikan suatu garis besar dari konstelasi internasional dalam jangka waktu tertentu, dengan memberikan gambaran kemungkinan perubahan konstelasi tersebut. Dimungkinkan pula memberikan konsep tertentu mengenai konstelasi suatu negara dalam kondisi tertentu, dengan tetap menyadari adanya potensi perubahan pada konstelasi tersebut.


Daulah Khilafah Islam Sebuah Keniscayaan 


Dari uraian di atas muncul sebuah pertanyaan, bisakah konstelasi politik dunia akan berubah drastis dan Islam mampu menjadi negara superpower di dunia ini?


قال رسول الله ﷺ :

تَكُوْنُ النُّبُوَّةُ فِيْكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا اللَّهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا. ثُمَّ تَكُوْنُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ، فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا جَبَريًّا، فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا. ثُمَّ تَكُوْنُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةَ


Sabda Rasulullah Saw: "Kenabian akan terjadi di tengah kalian seperti yang dikehendaki Allah. Kemudian Allah menghapusnya (menggantikannya) jika menghendaki menghapus. Kemudian akan ada khilafah (yang tegak) di atas manhaj nubuwah, lalu khilafah itu menjadi seperti yang dikehendaki Allah. Kemudian Allah menghapusnya jika menghendaki menghapus. Kemudian akan ada kerajaan yang memegang teguh (Islam), lalu kerajaan itu menjadi seperti yang dikehendaki Allah. Kemudian Allah menghapusnya jika menghendaki menghapus. Kemudian akan ada kerajaan diktator, lalu kerajaan itu menjadi seperti yang dikehendaki Allah. Kemudian Allah menghapusnya jika menghendaki menghapus. Kemudian khilafah akan terjadi [lagi] di atas manhaj nubuwah."


Disetujui atau tidak, diterima atau ditolak, mau atau tidak, Daulah Khilafah Islam akan tegak. Hal ini adalah sebuah keniscayaan yang tetap akan terjadi, kapan dan bagaimana tegaknya, tinggal bagaimana para pengembannya untuk memperjuangkannya apakah sudah maksimal, hingga kayak mendapatkan pertolongan dari Allah.


Saat ini dunia dipimpin oleh tiga ideologi besar, yaitu kapitalis, sosialis, dan Islam. Kapitalis dan sosialis jelas diemban oleh beberapa negara, hanya ideologi Islam yang masih diemban oleh individu-individu saja. Barangkali ada yang bertanya, bagaimana mungkin individu-individu mampu mempengaruhi politik dunia. Atau lebih jauh lagi, bagaimana mungkin partai-partai akan bisa mempengaruhi orientasi negara-negara di dunia, terlebih lagi orientasi ini telah berurat berakar dan telah berlangsung beberapa abad? Jawabannya adalah, sesungguhnya setiap individu atau partai ketika mengikuti aktivitas politik dan memahami politik internasional, tidak boleh semata-mata untuk mendapatkan kenikmatan intelektual serta kemewahan berpikir semata. Tidak boleh juga hanya untuk belajar dan menambah informasi semata, tetapi untuk mengatur urusan-urusan dunia serta memikirkan metode yang mampu mempengaruhi dunia.


Dengan kata lain, mengikuti aktivitas politik dan memahami politik internasional adalah untuk menjadi seorang politisi. Seorang politisi harus menjauhkan diri dari tujuan memperoleh kepuasan intelektual semata-mata, meskipun dia termasuk salah satu pemikir besar. Seorang politisi harus pula menjauhkan diri dar kecenderungan mendapatkan kemewahan berpikir semata-mata meskipun dia termasuk pemikir yang paling mendalam pemikirannya. Dia mengikuti perkembangan politik, memahami konstelasi intemasional serta politik intemasional, tiada lain karena dia adalah seorang politisi, bukan karena dia seorang intelektual atau pemikir


Adapun maksud bahwa dia adalah seorang politisi, adalah dia beraktivitas untuk mengatur urusan-urusan dunia atau untuk mempengaruhi politik internasional. Ini dari satu sisi. Sedang dari sisi lain, maksudnya adalah dia melakukan aktivitas bukan sebagai individu, melainkan sebagai bagian dari umat, atau bagian organisasi, atau bagian negara. Jadi, meskipun dia bukan termasuk orang yang mampu menetapkan atau menerapkan kebijakan. tetapi dia termasuk orang yang berambisi untuk bisa menetapkan maupun menerapkan kebijakan tersebut, atau termasuk orang yang mengawasi orang-orang yang menetapkan atau menerapkan kebijakan.


Dengan cara demikianlah dia akan berpengaruh terhadap dunia, meskipun dia tetap sendirian sebagai individu yang tidak memiliki wewenang untuk menetapkan maupun menerapkan kebijakan. Apabila seseorang telah melakukan hal demikian, berarti dia telah menjadi orang yang berpengaruh, karena negara tempat dia berada akan dipengaruhi oleh orang-orang semisal dia, atau dia akan bergerak bersama orang-orang semisal dia untuk menjadikan negaranya berpengaruh dalam politik internasional dan konstelasi internasional.

 

Di sinilah seseorang akan mendapatkan apa yang dimaksudkan sebagai buah dari konsepsi politik (mafahim siyasiyah), yaitu menjadikan sebuah negara memiliki pengaruh terhadap politik dan konstelasi internasional, dengan jalan membentuk individu-individu yang memiliki kesadaran politik dan dapat memahami aktivitas-aktivitas politik yang terjadi di dunia, terlebih lagi aktivitas-aktivitas politik negara-negara adidaya.


Maka, langkah pertama untuk mempengaruhi politik dan konstelasi internasional adalah mengkristalisasikan konsepsi politik (mafahim siyasiyah). Dan langkah pertamanya adalah mendorong individu-individu untuk mengikuti aktivitas-aktivitas politik serta memahami politik internasional. Dengan kata lain. langkah pertamanya ialah membentuk para politisi yang memahami politik dunia, yang selanjutnya secara alami akan memunculkan pengaruh sebuah negara terhadap politik dan konstelasi internasional. Dengan demikian tampaklah sejauh mana urgensi dan nilai konsep-konsep politik tersebut.


Hanya saja perlu diketahui, sebuah negara tidak akan menjadi negara yang memiliki eksistensi secara internasional kecuali dengan melakukan interaksi-interaksi dengan negara-negara lain. Hal itu karena individu dalam sebuah masyarakat tidak akan memiliki eksistensi di tengah mereka kecuali ia melakukan interaksi dengan individu-individu lain.


Kedudukannya di tengah masyarakat dan komunitas manusia akan sesuai dengan interaksi-interaksi tersebut dan sesuai dengan pengaruhnya terhadap interaksi tersebut. Demikian pula halnya sebuah negara, sebab eksistensi negara adalah karena eksistensinya melakukan interaksi dengan negara-negara lain. Begitu pula kedudukannya akan naik dan turun sesuai dengan interaksinya dengan negara lain dan sesuai dengan pengaruhnya terhadap interaksi dengan negara-negara lain itu.


Daulah Islam adalah sebuah negara ideologis yang aktivitas pokoknya -atau tugasnya adalah mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia. Maka, menjadi keharusan baginya, bahkan merupakan bagian integral dari pembentukannya, bahwa Daulah Islam harus memiliki kedudukan internasional serta memberikan pengaruh terhadap interaksi-interaksi internasional. Karena itu, tidak ada alternatif lain, hendaknya konsepsi politik para politisinya haruslah konsepsi politik internasional, bukan konsepsi politik lokal atau regional. Maksudnya, tidak ada alternatif lain bagi para politisi itu-dalam kedudukan mereka sebagai politisi muslim-kecuali mereka harus memiliki konsepsi politik dalam perspektif internasional, bukan dalam perspektif lokal atau regional saja. Dengan demikian tidak ada alternatif lain bagi mereka mengingat negara mereka adalah Daulah Islam-kecuali mereka harus mempunyai kesadaran politik yang sempurna Sebab, keislaman mereka, sifat negara mereka sebagai negara Islam, serta tugas dasar dan pokoknya adalah mengemban dakwah Islam ke seluruh alam. Semua ini mengharuskan mereka memiliki kesadaran politik yang sempurna.


Potensi yang Dimiliki Daulah


Jika ditelaah lebih mendalam, Daulah Khilafah juga memiliki potensi strategis untuk menjadi kekuatan global atau superpower. Dalam tulisan ini juga akan dibahas potensi sumber daya, strategi geopolitik, serta basis ideologi yang bisa menjadikan Khilafah, jika berdiri, sebagai negara adidaya yang mampu menyaingi kekuatan besar dunia seperti Amerika Serikat, Cina, atau Uni Eropa.


Adapun potensi yang dimiliki adalah: 

1. Sumber Daya Alam yang Melimpah

Wilayah yang secara historis disebut sebagai wilayah potensial Khilafah—meliputi Timur Tengah, Afrika Utara, sebagian Asia Selatan dan Tengah—kaya akan sumber daya alam. Minyak dan Gas Bumi: Negara-negara seperti Arab Saudi, Irak, Iran, dan Libya memiliki cadangan minyak terbesar di dunia. Jika dikelola secara kolektif dalam satu entitas politik, potensi kontrol terhadap harga energi global sangat besar. Pertanian dan pangan, lahan subur di Mesir, Sudan, dan kawasan Asia Tengah memberi potensi swasembada pangan. Tambang dan mineral strategis: Negara-negara seperti Afghanistan memiliki cadangan litium dan mineral langka yang penting untuk teknologi masa depan. Irak memiliki uranium sebagai bahan utama nuklir. 


2. Keunggulan Demografis

Populasi umat Islam saat ini diperkirakan lebih dari 1,9 miliar, tersebar di lebih dari 50 negara. Dalam skenario Khilafah global, ini memberi keuntungan besar. Bonus Demografi: Populasi muda yang besar di kawasan seperti Asia Selatan dan Timur Tengah berpotensi menjadi kekuatan ekonomi dan militer. Mobilisasi massa dan Solidaritas Ideologis, kesamaan aqidah dan tujuan politik dapat menciptakan ikatan solidaritas yang kuat dan efektif.


3. Posisi Geostrategis yang Kritis

Wilayah Khilafah secara historis berada di titik silang dunia.Jalur Perdagangan Dunia: Terusan Suez, Selat Hormuz, dan Laut Merah adalah jalur utama perdagangan global. Kawasan Konflik dan Kontrol: Pengaruh di kawasan ini otomatis memberi pengaruh besar dalam dinamika global (NATO, Rusia, Cina).


4. Potensi Intelektual dan Inovasi

Dalam sejarahnya, dunia Islam pernah memimpin dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Dengan pengelolaan yang benar, potensi ini dapat dihidupkan kembali. Warisan intelektual Islam,  tradisi ilmiah dari tokoh seperti Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, dan Al-Farabi menjadi inspirasi pembangunan berbasis ilmu. Lembaga Pendidikan Islam Global: Universitas Islam di seluruh dunia bisa dijadikan pusat riset dan inovasi.


5. Kekuatan Militer 

Kekuatan militer menjadi hal mutlak yang harus dimiliki oleh sebuah negara, termasuk Daulah Khilafah. Dengan SDA dan SDM yang ada bukan mustahil kekuatan militer milik Daulah Khilafah nanti menjadi yang paling ditakuti, sebagaimana militer dalam Daulah sebelumnya. 


6. Basis Ideologis dan Sistem Pemerintahan 

Berbeda dengan negara-negara adidaya lain, Khilafah memiliki sistem pemerintahan tersendiri, mandiri dari segala sisi. Berbasis syariah sebagai landasan hukum yang dianggap mutlak oleh umat Islam bisa menciptakan stabilitas hukum dan moral. Sistem ekonomi pelarangan riba dan sistem zakat menciptakan alternatif terhadap sistem kapitalis. Pemimpin Tunggal (Khalifah): Sentralisasi kekuasaan memberi kecepatan dalam pengambilan keputusan skala besar.


Khotimah 


Secara teoritis dan geopolitik, Daulah Khilafah memiliki potensi besar untuk menjadi negara superpower. Kombinasi antara sumber daya manusia yang unggul dan bertakwa serta sumber daya alam yang besar, keunggulan demografis, posisi strategis, dan dasar ideologis kuat dapat membentuk kekuatan global baru. Namun, potensi tersebut hanya bisa terwujud jika ada persatuan yang nyata, kepemimpinan visioner, dan rekayasa politik yang cerdas dalam mengelola keberagaman umat Islam secara adil dan produktif. Wallahu'alam.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama