Etik Pibriani
Zionis Israel terus saja melakukan upaya genosida di Gaza. Selain melakukan pembunuhan massal, pengeboman kamp pengungsi, sekolah, dan rumah sakit, mereka juga secara kontinyu melaksanakan pembongkaran rumah-rumah penduduk, dan memaksa warga Palestina untuk meninggalkan wilayah mereka. Pemukim ilegal Israel menganggap keberadaan warga Palestina akan mengancam keselamatan Israel. Pembongkaran paksa rumah-rumah di Gaza Utara ditujukan untuk mengubah wajah Gaza dan wajah Timur Tengah seluruhnya. Zionis seakan-akan mengirimkan pesan kepada warga Palestina bahwa tidak ada lagi yang perlu mereka cari di Gaza. Dan hal terbaik bagi warga Gaza menurut zionis adalah segera mencari perahu atau rakit untuk mencoba berlayar ke Yunani, Eropa atau Maroko, untuk menyelamatkan diri.¹
Tak hanya itu, teror bukan hanya ditujukan kepada warga Palestina. Namun juga kepada diplomat dari negara lain yang bertujuan untuk misi kemanusiaan. Beberapa waktu yang lalu beberapa media internasional diantaranya 'Sweden Herald', 'X', dan 'Washington Times Herald', memberitakan tentang tembakan peringatan yang dilakukan militer Israel terhadap para diplomat yang melakukan kunjungan ke kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat. Sebanyak 20 diplomat regional, Eropa, dan Arab kala itu sedang dalam misi resmi kemanusiaan di Jenin. Insiden itu menimbulkan ketegangan dan naiknya tensi hubungan bilateral antara Israel dengan negara-negara lain disekitarnya. Otoritas Palestina juga membenarkan kejadian tersebut terjadi pada 21 Mei 2025. Israel mengkonfirmasi bahwa tembakan peringatan itu dilepaskan karena rute kunjungan 'menyimpang' dari yang direncanakan. Akibat insiden itu, para diplomat berlarian menyelamatkan diri.²
Israel juga melarang delegasi dari negara-negara Arab untuk bertemu dengan otoritas pemerintahan Palestina. ini menunjukkan arogansi Israel dan upaya menghalangi negara-negara lain untuk melakukan komunikasi dengan Palestina. Yordania mengecam tegas keputusan Israel yang melarang para menteri luar negeri dari sejumlah negara Arab mengunjungi wilayah Palestina, khususnya Ramallah di Tepi Barat. Dalam pernyataan resminya yang dirilis Sabtu (31/5/2025), Yordania menilai tindakan tersebut sebagai bentuk kesombongan politik sekaligus pelanggaran terbuka terhadap hukum internasional. Akibat larangan ini, delegasi gabungan dari Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) terpaksa membatalkan kunjungan resmi mereka yang telah direncanakan sebelumnya ke wilayah Palestina.³
Solusi Dua Negara? Tidak Adil.
Hampir seluruh negara-negara di dunia menyatakan keprihatinannya terhadap krisis politik dan kemanusiaan yang terjadi di Palestina. Berbagai usulan dan negosiasi damai disodorkan untuk mengakhiri konflik ini. Salah satunya dengan membagi wilayah Palestina menjadi dua negara, satu untuk Palestina dan satu lagi untuk Israel. Solusi dua negara yang ditawarkan oleh PBB dan negara-negara lain, termasuk Indonesia, sebagai upaya mencapai perdamaian antara Palestina dan Israel adalah solusi sembrono yang mencerminkan ketidakadilan, dan bertentangan dengan fakta sejarah. Itu juga bukan solusi yang dibenarkan menurut Islam.
Israel sendiri, bahkan menolak solusi dua negara tersebut. Mereka mengatakan bahwa hal itu akan menjadi ancaman bagi Israel. Kemerdekaan penuh dan total-tanpa ada negara Palestina, adalah satu-satunya tujuan yang ingin dicapai Israel. Israel menginginkan Palestina dihapuskan, rakyatnya diusir, kalau perlu seluruh penduduk Palestina dihabisi, dibunuh. Semuanya ini diperlukan untuk menjamin keselamatan warga dan negara Israel.
Lalu mengapa kita sebagai seorang muslim, penguasa negeri-negeri muslim malah menyarankan solusi dua negara sebagai jalan tengah konflik di Palestina?
Kita tidak boleh lupa bahwa pemilik sesungguhnya tanah tersebut adalah rakyat Palestina. Penjajahan dan perampasan paksa oleh Israel tidak serta merta menjadikan tanah Palestina menjadi milik Israel. Jika hal yang demikian itu diperbolehkan, maka Belanda juga seharusnya memiliki hak atas separoh wilayah Indonesia. Dikarenakan Belanda menjajah Indonesia, bahkan lebih lama dari yang dilakukan Israel terhadap Palestina.
Lalu apa yang harus kita lakukan?
Menghadapi Israel tidak bisa dengan cara normal, karena apa yang mereka perbuat terhadap Palestina diluar nalar orang yang normal. Mereka adalah bangsa penghianat dan penjajah, melakukan kekejaman, kebiadaban, dan tidak berbelas kasihan sedikit pun. Cara negosiasi dan perjanjian damai tidak akan pernah membuahkan hasil. Terbukti, dengan selalu dilanggarnya perjanjian damai oleh Israel. Jadi pembicaraan biasa tidak akan mampu menyelesaikan masalah Palestina. Butuh kekuatan yang besar untuk menekan Israel dan membuatnya bertekuk lutut.
Apakah kekuatan besar yang dibutuhkan itu seperti yang dimiliki oleh Amerika atau Rusia atau China, yang dengan mudah melakukan negosiasi, melakukan kerjasama, bahkan bersekongkol dengan musuh dari musuhnya?
Tentu saja bukan.
Bukan negera seperti ini yang dibutuhkan oleh Palestina dan kaum muslimin. Amerika, Rusia, dan China memang negara yang kuat secara militer dan memiliki teknologi perang yang canggih. Namun itu tidak cukup. Keberpihakan negara tersebut hanya didasarkan pada keuntungan materi saja seperti yang biasa terjadi pada sistem kapitalisme. Bisa jadi hari ini Amerika dan Rusia berseberangan, tapi besok akan bergandengan tangan jika mereka mendapatkan keuntungan yang sama.
Lalu negara seperti apa yang dibutuhkan?
Yang dibutuhkan adalah negara yang kuat, independen, tidak menggantungkan nasib pada negara lain, tidak terikat koalisi, dan kuat keberpihakannya terhadap Islam dan kaum muslimin. Kita sudah pernah memiliki negara tersebut beberapa puluh tahun yang lalu. Sebuah kekuatan adidaya, negara terbesar yang pernah menguasai hampir 3/4 dunia, yang tidak pernah kita jumpai lagi negara seperti itu sesudahnya. Negara tersebut adalah Daulah Khilafah Islamiyah.
Daulah Khilafah-lah satu-satunya institusi negara yang pernah membebaskan Palestina, mengusir penjajah, dan mengembalikan hak dan kehormatan kaum muslimin. Tidak akan dibiarkan sejengkal tanah lenyap tanpa ada perhitungan yang benar. Darah yang mengalir, nyawa manusia yang melayang akan dituntut dengan balasan yang setimpal. Tidak akan ada lagi anak-anak dan keluarga yang dibom di rumahnya sendiri. Tidak akan ada lagi seorang ayah yang menangis karena seluruh keluarganya tewas dalam serangan drone penjajah pengecut.
Khilafah adalah bagian dari ajaran Islam. Sistem ini adalah satu-satunya sistem yang diwariskan oleh Khulafaur Rasyidin. Yakni sistem kekhalifahan, bukan sistem demokrasi, bukan sistem parlementer, apalagi sistem putra mahkota. Dan fakta sejarah membuktikan bahwa hanya dengan Khilafah saja-lah Palestina bisa dibebaskan. Dua hal ini seharusnya sudah cukup menjadi pegangan yang kuat bagi kita sebagai seorang muslim untuk mengambil sistem Khilafah sebagai jalan mencapai kedamaian di Palestina.
Khilafah akan menghilangkan sekat nasionalisme diantara negeri-negeri Islam. Saat ini nasionalisme dianggap sebagai sebuah pemahaman yang patriotik dan sangat diperlukan untuk membela kemerdekaan suatu bangsa. Tapi sadarkah kita, bahwa ide nasionalisme inilah ide yang memecah belah persatuan umat Islam. Ide ini adalah racun yang menjadikan penguasa Mesir tidak mengirimkan pasukan atau tentara untuk membela saudaranya di Palestina. Padahal pembantaian sudah tampak jelas di depan mata. Dengan alasan itu bukan urusan negara Mesir, dan tidak sepatutnya negara Mesir mencampuri urusan internal negara lainnya. Itulah nasionalisme, racun yang menghancurkan persaudaraan Islam. Hal Itu juga dilakukan oleh penguasa Yordania, Arab Saudi, Qatar, Turki, Pakistan, Indonesia, dan lainnya. Hanya diam saat melihat pembunuhan massal sedang terjadi di Palestina.
Khilafah Islam akan memobilisasi jihad untuk membebaskan Palestina dan negeri-negeri kaum muslimin lainnya. Ini adalah solusi Islam, bagian dari ajaran syariat Islam. Pasukan Islam akan berjaga-jaga disetiap perbatasan negeri-negeri kaum muslimin, memastikan tidak ada penjajahan dan pelanggaran kedaulatan terhadap wilayah daulah. Keamanan diletakkan di tangan kaum muslimin, tidak lagi diserahkan kepada pihak asing. Khilafah tidak akan membiarkan penghianatan perjanjian terjadi.
Itu adalah solusi yang ditawarkan Islam untuk masalah Palestina. Jika kita benar-benar ingin mencari solusi untuk masalah Palestina, tentu kita tidak akan ragu untuk memilih sistem Khilafah sebagai solusinya. Sebab, sudah terbukti hanya Khilafah-lah satu-satunya yang mampu membebaskan Palestina.
Wallahu 'alam bishowab.
¹) https://www.tvOnenews.com
²) https://www.tempo.com
³) https://www.kompas.com