New Normal Life : Antara Tren Global dan Kesiapan Internal


Oleh: Puji Rahayu
(Anggota Komunitas Baca Tulis Untuk Peradaban Kota Malang)

Masih dalam kepungan virus corona. Setelah ramai-ramai pelaksanaan PSBB, kini ada istilah baru yang dirilis WHO untuk menghadapi  covid-19 yakni  New Normal Life yang kemudian Indonesia pun mengadopsinya. New normal life ini dipahami sebagai sebuah kehidupan baru yang normal yang digambarkan sebagai sebuah keadaan dimana manusia memasuki situasi dengan berbagai mekanisme yang berbeda dengan kehidupan yang mereka jalani sebelum wabah melanda.

Pemerintah Indonesia sudah gencar mewacanakan scenario new normal ini  sebagai upaya untuk menormalkan kondisi ekonomi.  Namun mirisnya tidak diiringi dengan peningkatan penanganan wabah dari aspek kesehatan.  Banyak keluhan dari tenaga kesehatan  tentang minimnya proteksi dari pemerintah sehingga banyak korban  dari  tenaga medis. Selain itu, ada keluhan tenaga medis yang  belum terima insentif  dan juga ada tenaga medis yang dirumahkan.  Ini menyebabkan berkurangnya tentara yang berjuang di garda depan medan tempur. Hal ini bisa menjadi boomerang kalau new normal life dilaksanakan.

Konsep dari badan kesehatan dunia WHO ini, yang akan dijalankan Indonesia terkesan dipaksakan. Selain kondisi  kurva yang masih  membumbung tinggi, pemerintah juga belum punya peta jalan yang jelas untuk menghadapi new normal life. Kalau new normal life hanya mengikuti  tren global tanpa menyiapkan perangkat memadai, ini akan menjadi masalah baru. Karena disini masyarakat diminta untuk membiasakan diri beraktifitas dalam situasi yang memungkinkan  mereka tertular virus ketika berinteraksi dengan anggota masyarakat lain, baik di tempat keramaian atau ditempat umum. Ketika new normal life itu diberlangsungkan artinya tidak ada lagi kebijakan untuk meminta semua orang berada dalam rumah sampai wabah selesai. Hal ini bisa membahayakan manusia. Alih-alih ekonomi bangkit justru wabah gelombang ke dua mengintai di depan mata.

Negara harus waspada terhadap euphoria new normal life di tengah pandemi . Dan juga harus menggambil pelajaran dari wabah flu Spanyol pada tahun 1918 yang sebagian besar kematian terjadi di gelombang kedua. Yaitu ketika masyarakat  dibebaskan keluar rumah, masyarakat berbondong-bondong merayakannya dengan suka cita di jalan-jalan. Beberapa minggu kemudian, serangan kelombang kedua terjadi dengan puluhan juta kematian. Jangan sampai sejarah flu Spanyol terulang kembali di Indonesia ketika penerapan new normal life.
Mengingat nanti tempat-tempat wisata, kantor-kantor , perusahaan-perusahan, sekolahan dan kampus dibuka kembali sedangkan wabah belum berhenti.
Sebagai orang yang beriman, kita percaya bahwa wabah ini berasal dari Sang Pencipta . Maka dari itu, seharusnya dalam penanganannya dikembalikan pada aturan yang berasal dari Sang Pencipta pula bukan malah mengambil solusi dari sesama manusia. Ini pengabaian syariah namanya. Wajar jika Allah belum berkehendak untuk mencabut pandemi dari buka bumi.

Sudah menjadi pemahaman umum bahwa Islam adalah solusi seluruh masalah kehidupan manusia. Ketika sistem buatan manusia tidak menemukan formula yang bisa dijalankan untuk menggerakkan kembali  roda perekonomian sebagai kebijakan fiscal dan kebijakan moneter di masa pandemi, Islam punya jawabannya. Jika membutuhkan solusi untuk menggerakkan ekonomi secara massif ada jawaban dalam mikro ekonomi syariah. Begitu pula jika membutuhkan stabilitas dalam perekonomian ada jawaban dalam makro ekonomi syariah. Ada jawaban dalam sistem moneter,  sistem keuangan baitul mall,  kebijakan fiscal maupun pungutan yang diterapkan dalam negara berbasis syariah.

Dan  Islam memiliki pandangan yang khas terhadap  hubungan internasional . Umat Islam tidak boleh terpengaruh  oleh kebijakan Internasional , apalagi sampai mengikuti  kebijakan tren Internasional karena bisa menjadi jalan mereka untuk menguasai umat Islam. Selain itu, Islam memiliki sumber hukum tersendiri dalam menyelesaikan masalah ,yang mana ini berbeda dengan  dunia Internasional.  Allah juga telah menetapkan bahwa umat Islam itu umat terbaik dan Islam itu tinggi yang artinya diatas dari yang lain. Jadi Allah telah menetapkan umat Islam bukan berada dalam kekuasaan bangsa lain. Sangat tidak pantas umat Islam yang mulia ini, malah dikuasai bangsa lain. Allah Ta’ala berfirman,

 “Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi  jalan  kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’: 141)

Islam juga memiliki  tuntunan yang berbeda dengan umat lain dalam  menghentikan kebijakan darurat wabah.Islam  memposisikan nyawa manusia sebagai sesuatu yang berharga, sehingga dalam membuat kebijakan tidak boleh membahayakan nyawa manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibanding terbunuhnya seorang muslim tanpa hak.” (HR. Nasai).

Jadi di dalam Islam  ada standar yang jelas, yang menjadi ukuran dalam menghentikan kebijakan darurat wabah. Maka tidak heran ketika Islam di terapkan, pada masa Umar bin khatab  menghadapi wabah, saat itu wabah tidak sampai tersebar luas ke negeri lain seperti saat ini. Itu karena Umar mengikuti apa yang  telah dituntunkan Islam. Untuk itu masih adakah keraguan untuk kembali kepada Islam?[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم