Propaganda Penjajah Dibalik Evakuasi Rakyat Gaza Ke Indonesia




Oleh: Nashila Mumtazah

Kekejaman Zionis Israel semakin menggila. Luka dan duka yang menyelimuti warga Gaza pun tak  ada habisnya. Berderai air mata tak pernah henti, pertumpahan darah tak pernah usai dan korban nyawa tak terhitung lagi. 

Berbagai empati pun datang dari berbagai kalangan mulai dari aksi di berbagai belahan negara, seruan boikot dan sebagainya. Termasuk Presiden Prabowo mengumumkan bahwa pemerintah Indonesia bersiap untuk mengevakuasi warga Palestina yang terluka dan terkena trauma, termasuk anak-anak yatim piatu yang sangat membutuhkan perlindungan dan dukungan. Ia menyatakan bahwa pemerintah Palestina serta pihak terkait lainnya telah mengungkapkan keinginan untuk dievakuasi ke Indonesia, dan pemerintah Indonesia siap mengirimkan pesawat untuk mengangkut sekitar 1.000 orang dalam gelombang pertama evakuasi. (Beritasatu.com, 09/04/2025)

Pernyataan ini menjadi kontroversial di tengah-tengah publik. Bagaimana tidak, hal tersebut justru memuluskan agenda pengusiran warga Gaza seperti yang diinginkan oleh penjajah. Sebab Zionis sangat haus terhadap tanah Palestina. 

Hal ini sejalan dengan pandangan Pengamat isu geopolitik Timur Tengah, Smith Alhadar, yang menyatakan bahwa rencana Prabowo adalah rencana kontroversial dan akan memantik protes dari luar negeri. Sebab, merelokasi warga Gaza akan berpotensi memupus harapan kemerdekaan Palestina. Belum ada yang bisa menjamin warga Gaza yang direlokasi dapat kembali ke tanah airnya. 

Terlebih lagi pernyataan ini justru kontra produktif dengan seruan jihad yang disuarakan oleh banyak pihak hari ini, yang menyadari bahwa tidak ada solusi hakiki selain jihad.  Jika masih terkungkung dalam solusi parsial dan alternatif yang semu, sejatinya tidak akan pernah mampu mengatasi problem Palestina. Buktinya berbagai upaya sudah dilakukan tapi tidak mampu menghentikan penjajahan dan genosida. 

Propaganda Dibalik Evakuasi Warga Gaza

Evakuasi rakyat Gaza jelas makin menjauhkan dari solusi hakiki, karena sejatinya Zionis-lah yang melakukan pendudukan bahkan perampasan wilayah. Sudah seharusnya Zionis yang diusir dari tanah Plaestina dan bukannya warga Gaza yang dievakuasi.

Jika ditelisik secara mendalam, justru akan didapati bahwa evakuasi warga Gaza adalah propaganda Amerika Serikat dan Zionis. Zionis yang sangat rakus dengan tanah Palestina mendapat bekingan terbesar dari AS, sementara Donald Trump sangat berambisi untuk mengendalikan Gaza. Hal ini tampak semakin jelas melalui inisiatif perjanjian gencatan senjata yang diajukan pada Januari 2025. Dalam perjanjian tersebut, mencakup rencana rekonstruksi Gaza dengan alasan wilayah itu tidak layak huni. Trump melobi negara-negara Arab seperti Mesir, Yordania, dan Turki untuk bersedia menerima pengungsi dari Gaza, tapi usaha itu sejauh ini mengalami penolakan.

Kongkalikong AS dan Zionis dalam menguasai Palestina bukan lagi rahasia umum. Media asing melaporkan bahwa AS dan Zion*s tengah melakukan kontak rahasia dengan beberapa negara Afrika untuk mengeksplorasi kemungkinan relokasi warga Gaza. Indonesia juga disebut-sebut sebagai salah satu negara tujuan relokasi.

Evakuasi tersebut bisa jadi merupakan bentuk tekanan AS terhadap Indonesia atas kebijakan baru AS menaikkan tarif impor. Naiknya tarif impor merupakan  strategi untuk memperkuat ekonomi domestik AS dan memenangkan lobi untuk kepentingan politik dan ekonomi AS, termasuk rancangannya di Gaza Palestina. 

Keberhasilan upaya Indonesia dalam melakukan negosiasi atas kebijakan tersebut bisa jadi akan digunakan alat untuk menekan Indonesia agar melakukan evakuasi warga Gaza.  Inilah buah simalakama bagi negeri yang tergantung pada negara lain.

Hanya Jihad Solusi Palestina

Berdasarkan International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC), evakuasi adalah pemindahan sementara warga sipil dari daerah berbahaya ke tempat yang lebih aman. Dalam konteks konflik, evakuasi kemanusiaan menjadi elemen penting dari respons darurat.

Penting untuk dicatat bahwa evakuasi dianggap sah hanya jika dilakukan secara sukarela, bersifat sementara, dan tidak menghilangkan hak individu untuk kembali ke tempat asal mereka.

Namun evakuasi warga Gaza bukan semata-mata karena bertujuan untuk keamanan, melainkan itu semua adalah topeng untuk memuluskan keinginan penjajah yang menginginkan kekosongan warga Gaza di wilayah Palestina. Justru evakuasi warga Gaza adalah cara menyenangkan hati Zionis beserta sekutu-sekutunya. 

Maka tidak ada solusi lain yang perlu dilakukan oleh pemimpin negeri muslim selain menyambut seruan jihad, sebagaimana fatwa jihad yang diserukan oleh  persatuan Ulama Muslim Internasional (IUMS) bagi seluruh negara Muslim untuk turun tangan dalam memperjuangkan Palestina. Namun hari ini, sekat-sekat nasionalisme dan prinsip tak boleh ikut campur urusan negara lain menjadi penghalang menyambut seruan jihad. Sikap ini menunjukkan pengkhianatan pemimpin negeri muslim.

Negeri Muslim seharusnya menjadi negara adidaya yang memimpin dunia. Khilafah sebagai negara adidaya akan menerapkan syariat Islam sehingga menjadi rahmat bagi seluruh alam dan membela setiap muslim. Sayangnya hari ini Khilafah belum tegak, nasib umat islam pun makin sengsara.

Umat harus terus didorong untuk menolak evakuasi warga Palestina.  Juga menyeru penguasa Muslim untuk mengirimkan tentara demi membela saudaranya di Palestina. Pada saat yang sama, umat juga harus semakin kuat berjuang untuk menegakkah Khilafah. Karena hanya jihad dan tegaknya Khilafah solusi hakiki membebaskan Palestina dari cengkeraman penjajah.

Gerakan umat ini membutuhkan kepemimpinan partai islam ideologis agar tetap berada di jalur perjuangan yang benar sehingga memberikan pengaruh besar dalam mendorong penguasa negeri muslim untuk mengirimkan tentara untuk berjihad dan tegaknya Khilafah. 

Wallahu'alam.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama