Proteksi Finansial Islam Terhadap Para Medis



Oleh: Endang Setyowati
(Kontributor Muslimah Voice)

Telah dua bulan lebih rakyat Indonesia melakukan aktifitas di rumah saja. Kemudian di tambah lagi adanya seruan agar "hidup damai" dengan corona sebelum ditemukannya vaksin. Dengan kebijakan seperti itu, alih-alih korban berkurang.

Justru korbannya terus bertambah.
Seperti dilansir Merdeka.com, (27/5/2020),
Data per 27 Mei 2020 pukul 12.00 WIB, terdapat penambahan kasus positif sebanyak 686 orang. Dengan demikian, total keseluruhan kasus positif sebanyak 23.851. Kasus sembuh bertambah 151 orang. Sehingga total menjadi 6.057 orang. Sementara kasus meninggal juga meningkat sebanyak 55 orang.

Dengan demikian total keseluruhan menjadi 1.473 kasus. Adapun penambahan kasus terbanyak terjadi di Jawa Timur dengan 199 kasus baru. Setelah itu disusul oleh DKI Jakarta dengan 97 kasus baru dan Kalimantan Selatan dengan 73 kasus baru.

Begitupun juga dengan para dokter dan perawat yang menjadi garda terdepan dalam berjibaku melawan wabah. Mereka bertaruh nyawa, menuangkan seluruh tenaga dan waktu disalurkan secara tulus demi menyelamatkan pasien yang terinfeksi virus corona.

Salah satu korban dari tim medis, adalah Ari Puspita Sari, S.Kep., Ns., sebagai pejuang medis melawan penyebaran virus corona. Setelah berstatus PDP dan dites ulang, dirinya dinyatakan positif terinfeksi. Senin (18/5) sekitar pukul 11.00 Wib, Ari harus kembali ke pangkuan Sang Pencipta.

Beliau perawat dari RS Royal Surabaya, yang sedang hamil 4 bulan menjalani masa kritis setelah terinfeksi Covid dan komplikasi lainnya.
Merdeka.com, (19/5/2020).

Semakin banyaknya korban tenaga medis yang gugur saat menangani wabah, ternyata itu tidak menjadikan pemerintah empati kepada mereka. Mereka bahkan tidak mendapatkan perhatian yang memadai.

Jangankan memberikan perlindungan utuh dengan kebijakan yang terintegrasi agar pasien covid-19 ini tidak terus melonjak, bahkan proteksi finansial juga tidak diberikan. Sebagian tidak mendapat tunjangan, THR (Tunjangan Hari Raya) perawat honorer dipotong bahkan ada yang dirumahkan, karena Rumah Sakit daerah kesulitan dana.

Wartakotalive, (21/5/2020),     Di tengah wabah virus corona atau Covid-19, ratusan tenaga medis dipecat. Diketahui, ratusan tenaga medis dipecat saat wabah virus corona tersebut terjadi di RSUD Ogan Ilir.

Direktur RSUD Ogan Ilir dr Roretta Arta Guna Riama, ia membenarkan informasi pemecatan tersebut.
“Ya keputusan di tangan bupati, SK TKS (tenaga kerja sukarela) yang menerbitkan bapak bupati, jadi yang bisa memecat bapak bupati,” katanya melalui pesan WhatsApp, rabu (20/05/2020).

Padahal gugurnya tenaga medis atau pemecatan sama dengan berkurangnya prajurit di garda depan medan tempur.
Beginilah jika yang diterapkan sistem kapitalis, tidak ada rasa empati namun hanya ada untung dan rugi. Berbeda dengan pelayanan kesehatan di masa khilafah.

Ia adalah pelayanan kesehatan terbaik sepanjang masa, dilingkupi atmosfir kemanusiaan yang begitu sempurna. Hal ini karena negara hadir sebagai penerap syariat Islam secara kaffah, termasuk yang bertanggung jawab langsung dan sepenuhnya terhadap pemenuhan hajat pelayanan kesehatan gratis berkualitas terbaik bagi setiap individu.

Sebab Rasulullah saw telah menegaskan yang artinya,” “Imam(Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia, adalah (laksana) penggembala. Dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR Al- Bukhari).

Dan di dalam Islam, para dokter akan mendapatkan penghargaan yang luar biasa. Seperti kisah tentang Muhadzdab al-Din Ibn al-Naqqasy. Ia merupakan seorang dokter dari Baghdad, Irak pada abad ke 11.
Pergi ke Mesir dan menemui dokter kepala dan mengutarakan maksudnya.
Kemudian al-Naqqasy mendapatkan imbalan tiap bulan sebesar 15 dinar.

Kemudian ia pun mendapatkan apartemen lengkap dengan perabotannya, seperangkat pakaian mewah, seekor keledai terbaik. Dan mendapatkan seorang budak.
Ada juga kisah tentang seorang dokter Kristen, Ibn Tilmidz yang memiliki pendapatan tahunan yang jumlahnya lebih dari 20 ribu dinar.

Begitulah jika Islam diterapkan, akan menghargai para tenaga medis yang berada di garda depan melawan wabah saat ini. Jadi kenapa tidak segera bersama-sama kita saling bergandengan tangan untuk menerapkan syariah Islam secara kaffah?[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم