Bunga Mawar Bunga Melati, Ramadhan Berakhir, Taqwa Makin Terpatri



Oleh Ika Mawarningtyas
Analis Muslimah Voice


Ramadhan bulan suci nan mulia telah berakhir. Hal ini cukup menambah kesedihan umat Islam ditinggal bulan penuh ampunan dan rahmat. Sungguh hal tersebut tidak boleh memudarkan semangat ketaqwaan kita semua, tentunya semakin menguatkan ketaatan kita dalam taqwa di bulan-bulan selanjutnya.

Karena hakikinya, buah manis ramadhan adalah bertambahnya ketaqwaan seusai ramadhan berakhir.

Bulan Ramadhan adalah bulan istimewa, sekalipun demikian masih saja ada yang menyia-nyiakan kedatangan bulan ramadhan, karena tidak mengisinya dengan amalan-amalan yang menguatkan ketaatannya.

Bahkan, adapula semangat ibadah hanya dijadikan rutinitas Ramadhan. Setelah ramadhan usai, semangat itu pun pudar. Sedihnya lagi jika Ramadhan usai, maksiyat pun seolah bisa dilakukan lagi.

Karena kita semua tahu, bulan Ramadhan amalan baik dilipatgandakan, begitu juga dosa yang dilakukan juga dilipatgandakn. Astaghfirullahal'adzim, semoga kita senantiasa istiqomah seusai ramadhan berakhir.

• Merawat Keistiqomah Seusai Ramadhan

Tentunya menjadi dambaan setiap umat Islam memiliki ketaqwaan yang kuat dan kokoh setelah ramadhan berakhir.

Ibnu Taimiyah mengingatkan, "Siapa saja yang bertekad meninggalkan maksiyat pada bulan Ramadhan saja, tanpa memiliki tekad yang sama pada bulan lainnya, ia bukan seorang yang benar-benar bertobat." (al Majmu' al-Fatawa, 10/743).

Amalan yang paling dicintai Allah SWT adalah keteguhan atau keistiqomahan, sebagaimana Nabi Saw pernah diminitai nasihat oleh seorang sahabat, Beliay bersabda:

"Katakanlah, 'Aku beriman kepada Allah.' Kemudian beristiqomahlah!" (HR. Muslim)

Selanjutnya Allah SWT menjanjikan derajat yang agung bagi siapa hamba-hamba-Nya yang mampu istiqomah,

"Sungguh orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah," lalu mereka beristiqomah, kepada mereka malaikay akan turun dengan mengatakan, "Janganlah kalian takut dan jangan pula merasa sedih. Bergembiralah dengan surga yang telah Allah janjikan kepada kalian." (TQS al-Fushshilat [41]: 30)

Berikut ini adalah beberapa tips untuk merawat keistiqomahan seusai ramadhan, yaitu:

Pertama, senantiasa mengingat kematian dan tempat kembali kita semua hanya kepada Allah SWT. Hidup di dunia ini hanyalah fana, semua akan kembali kepada Allah SWT untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan.

Salah satu cara untuk menjadi pribadi yang selamat seusai kematian hanyalah dengan memupuk ketaqwaan dan selalu istiqomah.

Kedua, mentaati Allah SWT dan Rosul-Nya secara keseluruhan dan menjadikan ketundukan tersebut mutlak hanya pada Allah SWT dan Rosul-Nya.

Sebagai seorang Muslim tentunya tak ada ketundukan lain selain pada Allah SWT dan Rosul-Nya.

Ketiga, mentaati setiap perintah dan menjauhi segala larangan Allah SWT. Ketaatan yang terpatri adalah ketaatan yang keseluruhan tidak memilah-milah berdasar suka dan tidak suka atau cocok dan tidak cocok pada perintah-Nya. Melainkan menyeluruh tanpa memilah-milah maupun prasmanan dalam ketaatan tersebut.


Keempat, bersabar dalam ketaatan. Kesabaran bukan hanya terkait menahan amarah saja, tapi kesabaran yang agung adalah kesabaran dalam ketaatan.

Karena hanya dengan sabar, keistiqomahan dapat bertahan lama. Ya, tentunya namanya orang sedang berusaha untuk taat tak lepas dari banyaknya ujian yang menerpa. Jika tidak diiringi dengan sabar, pastilah ambyar ketaatan tersebut.

Kelima, tetap beramal shalih sekalipun sedikit. Amal yang paling dicintai Allah SWT adalah yang istiqomah sekalipun sedikit. Nabi Saw bersabda,

Amalan yang paling dicintai adalah yang paling berkelanjutan meski hanya sedikit (HR. Muslim).

• Khatimah

Demikianlah sedikit tips untuk mempertahankan ketaqwaan seusai ramadhan yaitu dengan memupuk keistiqomahan. Karena jangan sampai kita hanya taat di bulan ramadhan saja, tapi senantiasa taat sepanjang massa hingga ajal menjemput.

Allah SWT. berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
Di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi. Jika dia memperoleh kebajikan, tetaplah dia dalam keadaan itu. Jika dia ditimpa suatu bencana, berbaliklah dia ke belakang. Rugilah dia di dunia dan di akhirat. Yang demikian  adalah kerugian yang nyata
(TQS al-Hajj [22]: 11). []

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم