Oleh : Isna Arifia (Aktivis Dakwah)
Konser yang bertajuk amal penanganan covid-19 yang diselenggarakan BPIB dan MPR beberapa waktu lalu menuai banyak kritik. Konser yang kontroversi tersebut disebut sebut habiskan dana yang menakjubkan.
Dari konser tersebut, penyelenggara mengklaim mendapatkan dana amal sebesar 4 Miliar, 2,55 M diantaranya dari pelelangan motor listrik yang ditandatangani langsung oleh Presiden Jokowi. Motor tersebut dimenangkan oleh seseorang yang mengaku pengusaha asal Jambi bernama M. Nuh. Namun setelah ditelusuri lelaki asal Jambi tersebut ternyata hanya seorang pekerja buruh lepas.
Informasi yang beredar menyebutkan M. Nuh ternyata bukanlah seorang pengusaha seperti yang disebutkan.
Ternyata, pria bernama lengkap Muhammad Nuh itu merupakan warga RT, Kelurahan Sungai Asam, Kecamatan Pasar Jambi. Disebutkan bahwa pria yang lahir pada 19 Maret 1974, itu merupakan buruh harian lepas. (TribunJabar.com)
Prank, itulah yang terjadi. Sekelas pemerintah kena prank oleh seorang buruh lepas. Dan kita lihat bagaimana reaksi pemerintah atas prank tersebut. Pelaku prank langsung ditindak tegas oleh pihak yang berwenang.
Lantas bagaimana dengan prank pemerintah selama ini? Kita tahu, banyak tindakan pemerintah yang justru ngeprank rakyatnya. Dari skandal BPJS yang katanya tarif BPJS akan diturunkan, namun faktanya justru sebaliknya, kenaikan hampir 100%. Padahal di tengah kondisi perekonomian saat ini pemerintah dengan semena-mena menaikkan tarif tersebut. Selain itu, masalah corona yang sedang terjadi saat ini, pemerintah juga dinilai plin plan memberikan solusi dan mengatasinya. Akibatnya masyarakat merasa dipermainkan dan banyak yang beranggapan ini adalah prank pemerintah.
Bahkan beberapa waktu lalu tagar JokowiKingofPrank menjadi trending nomor satu di Twitter Indonesia. Hastag tersebut mencapai angka 34.400. Protes yang diluapkan warganet pun bermacam-macam. Warganet menilai 'prank' yang memiliki arti kebijakan plin-plan dari pemerintah menyaingi prank YouTuber Ferdian Pelaka yang memberikan sekardus sampah dan batu ke transpuan.
Alangkah lucunya, ketika prank M.Nuh menyasar pemerintah. M. Nuh berhasil menjatuhkan wibawa pemerintah di depan rakyatnya. Mungkin ini yang dinamakan King Of Prank kena batunya. Seharusnya dari sini pemerintah bisa mikir dan jera membuat rakyatnya kecewa dengan segudang prank nya. Bagaimanapun bentuknya namanya kena prank, itu pasti menyakitkan. Tidakkah pemerintah berpikir demikian?
Sudah berkali-kali pemerintah menyakiti hati rakyat dengan kebijakannya yang sering kontroversi dan tidak memihak rakyat. Beginilah ketika pemerintah hanya menjadi boneka para Kapitalis asing. Menjadikan negara tidak bisa berdaulat. Sehingga kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan tergantung kepada para Kapitalis. Dan harus mengorbankan rakyat sendiri.
Wahai para penguasa, kami atas nama rakyat jelata, sudah muak dengan prank prank kalian. Harus dengan apalagi menyadarkan kalian dari jeratan penjajah Kapitalis? Prank M. Nuh tidakkah bisa menyadarkan kalian ketika menjadi korban prank tersebut harga diri seperti diinjak-injak? Harus ada berapa M. Nuh lagi untuk membuat kalian jera? Atau hati kalian sudah dibutakan dengan materi belaka sehingga dengan sangat mudah mengorbankan rakyatnya?
Sungguh kedzoliman benar-benar sedang kita alami. Tidakkah kita sadar bagaimana rezim memperlakukan rakyatnya? Pun tidakkah kita menginginkan perubahan yang lebih baik untuk negeri ini? Lantas bagaimana perubahan itu bisa kita lakukan? Dengan menggunakan Islam sebagai dasar berkehidupan termasuk bernegara, akan membawa perubahan yang hakiki. Karena Islam adalah agama sekaligus ideologi yang memberikan solusi atas semua persoalan di muka bumi ini.[]