A New Normal Life Bikin Corona Makin Awet



Oleh : Salma Shakila
(Analis Muslimah Voice)

Euforia lebaran, hari raya besar umat Islam di negeri yang umat Islamnya terbesar di dunia ini terpaksa hanya berlangsung 1 atau 2 hari saja. Bukan hanya soal kondisi hari raya di tengah pandemi tapi soal anjuran pemerintah yang mulai menyiapkan negara dan warganya untuk  skenario 'A New Normal Life' yang sudah harus segera dimulai. Sesuai tidak sesuai dengan fakta-fakta penyebaran Covid-19 yang semakin bertambah. Hal itu tidak diperhatikan. Yang penting kehidupan harus kembali berjalan normal. Karena kalau normal seperti dulu, sudah dipastikan tidak bisa maka diistilahkan "A New Normal Life'.

Ekonomi sudah ambruk begitu lama akibat wabah. Walaupun kemarin sempat 'ditiup' dengan cara bantuan sosial diberikan dalam bentuk tunai. Seminggu sebelum lebaran bersamaan dengan pelonggaran PSBB. Jadilah uang mengalir ke baju lebaran sampai 'umpel-umpelan'.  Termasuk mempersilakan masyarakat yang terbiasa konsumtif ketika berhari raya dengan membuka mal-mal yang kontroversial itu. Tapi ekonomi ini harus kembali berjalan. Masyarakat harus kembali bekerja, bertanggung jawab atas kehidupan masing-masing. Tak mungkin pemerintah terus menerus menanggung kebutuhan rakyat.

"Emang pas PSBB, pemerintah menanggung kebutuhan rakyat ya?"

"Oh," Rakyat said.

Bukannya wajar saja negara membiayai rakyatnya. Selain negeri ini punya SDA alam yang luar biasa besar sebagai harta milik negera. Bukankah rakyat juga membayar pajak yang banyak? Lalu kemana dana itu semua?

====

Entah masyarakat paham kurva landai atau tidak. Itu tak penting lagi. Jumlah pasien positif, meninggal dan sembuh tetap diumumkan dan tetap naik jumlahnya. Alasannya karena sudah semakin banyak yang ditest jadi otomatis semakin banyak. Jadi wajar saja. Bukankah jumlah banyak itu menunjukkan real pasien positif Covid-19 memang banyak. Terlebih angka kematian di Indonesia tertinggi se Asia Tenggara.

Tapi lagi-lagi ada jawabannya. Kan jumlah penduduk Indonesia sangat banyak. Jadi jumlah kematian sejumlah itu prosentasenya sangat sedikit. Astahfirullah. Bukan tentang prosentase tapi tentang nyawa warga negara orang per orang. Karena dalam setiap angka 1 dalam hitungan itu ada nyawanya yang akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak.

Jelas pemerintah mulai angkat tangan mengatasi wabah di negeri ini. Memang untuk mengatasi wabah ini butuh usaha dan waktu yang teramat panjang. Selain itu juga butuh ekstra kesabaran sampai wabah ini hilang. Tapi lihatlah di saat jumlah korban belum belum menurun satupun tetap saja pemerintah memilih opsih 'A New Normal Life'. Bukan ini akan membuat wabah makin awet dan berlangsung teramat panjang. Covid-19 akan dibiarkan mengganas dan semakin meraja rela. Dalam 'A New Normal Life' masyarakat akan dipaksa untuk bekerja menyambung nyawa dan bertaruh nyawa. Sementara pemerintah abai terhadap nyawa rakyatnya.

====

Masyarakat telah disiapkan sedemikian rupa. Timeline telah disebar secara luas pada masyarakat kapan Indonesia kan memulai 'A New Normal Life'. Skenario dimulai awal Juni mendatang dan dirumuskan dalam 5 fase mulai tanggal 1 Juni, 8 Juni, 15 Juni,  6 Juli, 20 Juli dan 27 Juli 2020. Setiap fase akan diikuti dengan membuka berbagai sektor industri, jasa bisnis, toko, pasar, mal , sektor kebudayaan, sektor pendidikan, dan aktivitas sehari-hari lainnya.

Dengan berani pemerintah membuat timeline. Kendali nyawa warganya yang menjadi taruhannya. Karena bagaimanapun 'A New Normal Life' ini bukan hanya perkara hidup dengan protokol kesehatan semata. Bagaimana dengan fasilitas kesehatan? Bukankah sekarang banyak Rumah Sakit  yang tumbang dan menolak pasien Covid-19 akibat jumlah pasien Covid-19 yang terlampau banyak. Selain sejak awal adanya pandemi di negeri ini telah banyak Nakes yang positif Covid-19.

Seharusnya yang menentukan timeline bukan dengan ukuran ekonomi yang terpuruk tapi viruslah yangvmembuat timeline. Artinya harus  berdasar pada timeline kalender epidomologi. Kondisi virus penyebab pandemi harus menjadi ukuran landasan kapan aktivitas bisa kembali dinormalkan. Dan ini membutuhkan data saintifik yang dilakukan para ilmuwan.
Seharusnya pemerintah sekuat tenaga melindungi rakyatnya. Bukan malah abai terhadap rakyatnya.

====

Begitulah watak kapitalisme yang rakus. Hanya dengan alasan ekonomi, nyawa sekian rakyanya diabaikan.

'They don't really care about us" begitulah gambarannya. Bantuan sosial memang ada tapi lihatlah 'runyam' distribusinya. Belum lagi derita para nakes yang sampai berkorban nyawa membelalakan mata kita tentang jahatnya sistem kapitalisme. Dan kita akan semakin jijik pada watak kapitalisme yang jahat ini karena wabah yang terjadi di seluruh dunia ini dijadikan ajang untuk mengeruk keuntungan. Monopoli harga atas alat-alat kesehatan, obat-obatan, sabun-sabun pembersih oleh para kapitalis membuat nestapa rakyat semakin bertambah-tambah.

Bukankah kesehatan dalam sistem kapitalis adalah hal yang dikomersilkan. 'A New Normal Life' akan menjadikan komersialisasi kesehatan semakin tinggi. Inilah yang menjadi target berikutnya dari sistem kapitalis yaitu keuntungan berlipat-lipat dari bisnis segala hal yang terkait dengan kesehatan terutama penangan Covid -19. Setelah pemaksaan rakyat untuk bekerja menggerakkan ekonomi walaupun bertaruh nyawa.

Jadi sebenarnya yang disebut A New Life yang dimaksud seharusnya adalah sistem yang meninggalkan kapitalisme yang jahat. Tapi beralih pada sistem shohih yang menghargai manusia dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sistem yang mengatur kehidupan manusia mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Sistem yang mengatur bagaimana penanganan wabah dengan lockdown dan jaminan kebutuhan sampai wabah hilang. Itu tidak lain adalah sistem Islam yang diterapkan dalam naungan Daulah Khilafah Islam. Allahu Akbar.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم