Probolinggo-Masih dalam bulan Rabiulawal dimana dibulan ini ada sebuah sejarah momentum kelahiran Rasulullah Muhammad SAW, maka muslimah Leces Kabupaten Probolinggo kembali menggelar majelis taklim yang bertajuk "Cinta Rosul, Cinta Syariah" pada hari Ahad, 24 November 2019 yang dihadiri oleh puluhan peserta muslimah yang berasal dari Leces dan sekitarnya dari berbagai kalangan usia dan profesi.
Acara yang dipandu oleh Ustadzah Cicik ini diawali dengan gema sholawat yang diikuti oleh peserta majelis taklim, dilanjutkan pembacaan ayat suci Al Quran oleh ukhti Nabila.
Kemudian pemaparan materi yang disampaikan oleh Ustadzah Mariyati.
Beliau menjelaskan bahwa kita telah berada di penghujung bulan Rabiulawal dimana di bulan ini umat islam di Indonesia bersuka cita memperingati kelahiran Rasulullah SAW yang biasa kita sebut sebagai Maulid Nabi.
Beliau mengawalinya bagaimana asal mula atau sejarah peringatan maulid nabi ini yaitu orang yang pertama kali memperingayi perayaan ini adalah sosok Sholahuddin Al Ayyubi (penguasa Haromain), yang ketika itu wilayah kekuasaannya sedang didera peperangan melawan pasukan salib pada sekitar tahun 580 H. Pada saat itu kondisi kekuatan pasukan yang sangat lemah sehingga peperangan tersebut dimenangkan oleh Pasukan Salib yang berhasil merebut Palestina berada di genggaman kaum kafir.
Sehingga ketika ada momentum kelahiran Rasulullah ini, beliau memperingati maulid nabi yang bertujuan untuk menggelorakan ghiroh jihad kaum muslimin agar bangkit kembali untuk merebut kembali tanah Yerussalem. Dan pada akhirnya, pada tshun 583 H, Yerussalem berhasil ditaklukkan kembali berada dipangkuan kaum muslimin.
Ustadzah Mariyati yang juga akrab dipanggil Ustadzah Yati ini juga menegaskan bahwa seharusnya pada peringatan Maulid Nabi ini kita gunakan sebaik-baiknya untuk semakin menumbuhkan rasa cinta kita kepada Allah dan RasulNya. Karena dalam sebuah hadist "Anta Man Ahbabta" yang artinya bahwa kelak kita akan dikumpulkan bersama siapakah orang yang kita cintai. Ditambah lagi dikatakan bahwa Sabda Rasulullah saw : “Belum sempurna iman kalian, hingga aku lebih dicintainya, dari ayah ibunya, dan anaknya, dan seluruh manusia” (Shahih Bukhari) Maka sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam dengan meletakkan rasa cintanya itu kepada Allah dan rasulNya ditingkatan yang pertama.
Karena ancaman Allah pun begitu keras dalam Al Quran bagi mereka yang tidak mencintai Allah dan RasulNya, dalam surat At Taubah ayat 24 “Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At Taubah: 24).
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Jika semua hal-hal tadi lebih dicintai daripada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah, maka tunggulah musibah dan malapetaka yang akan menimpa kalian.”
Ancaman keras inilah yang menunjukkan bahwa mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari makhluk lainnya adalah wajib.
Mengapa kita harus mencintai Rasulullah? Yaitu karena Rasulullah adalah pribadi yang sempurna yang memberikan teladan terbaik atau uswatun hasanah kepada kita sehingga apabila kita mencintainya tentu kita akan mentaati risalah yang beliau bawa. Selain itu, dengan mencintai Rasulullah maka kita akan merasakan manisnya iman.
Dari Anas radhiyallahu ’anhu , Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
“Tiga perkara yang membuat seseorang akan mendapatkan manisnya iman yaitu: Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya; mencintai saudaranya hanya karena Allah; dan benci kembali pada kekufuran sebagaimana benci dilemparkan dalam api.” (HR. Bukhari).
Selain itu beliau juga menyampaikan bahwa bukti kecintaan kita kepada Rasul adalah taat pada syariah Islam yang beliau bawa. Karena Syariat Islam lah yang akan membawa kita pada jalan kebenaran yang diridhoi Allah. Namun faktanya pada kondisi sekarang ini, kita hidup ditengah-tengah masyarakat atau negara yang tidak menerapkan aturan Islam. Sehingga diibaratkan bahwa umat Islam hidup bukan pada habitatnya, mengapa? Karena umat Islam dipaksa untuk hidup pada hukum yang mengusung ide sekulerismenya. Maka wajar ketika syariat Islam itu tidak diterapkan ditengah-tengah kita akan mengakibatkan kerusakan dimana-mana dalam seluruh aspek kehidupan. Termasuk ketidakadilan yang diterima umat Islam bagi penghina Rasulullah seperti yang baru-baru ini dilakukan oleh Bu Sukmawati yang membandingakan Rasulullah Muhammad dengan Ir. Soekarno. Tidak ada hukum di Indonesia yang mampu menjerat mereka ke meja hijau sekalipun.
Berbeda apabila Islam diterapkan dalam sebuah negara. Permasalahan apapun akan menjadikan Islam sebagai solusinya. Dan syariat Islam hanya bisa diterapkan oleh sebuah negara yang bernama Khilafah.
Para peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan pada pemateri, dan salah seorang peserta bernama Ibu Elly bertanya bagaimana contohnya jika kita mencintai nabi dengan menjalankan risalah yang nabi bawa dan menjauhi larangannya?
Kemudian pemateri menjawab bahwa contoh perbuatan yang harus kita jauhi yaitu meminum khamr. Memang secara individu kita mungkin bisa menghindarinya, tapi negara tidak mampu untuk menstop perusahaan yang memproduksi dan mengedarkan khamr. Justru memberikan legalitas apabila perusahaan tersebut memenuhi prosedur perijinan. Selain itu, adapun riba. Padahal telah jelas bahwa Riba itu haram namun ekonomi Imdonesia apapun berbasis riba, termasuk hutang pemerintah untuk membangun infrastruktur, dsb juga mengandung unsur riba. Kalau menjalankan apapun yang Nabi bawa yaitu dakwah untuk menerapkan syariah Islam, yang justru pengemban dakwah atau ulama yang menyerukan Khilafah malah dikriminalisasi dan dianggap sebagai radikal.
Kemudian acara yang berlangsung 2 jam ini ditutup dengan pembacaan doa oleh Ustadzah Afida, dan diakhiri dengan pembagian doorprize menarik untuk beberapa peserta.[] (illa)