Oleh : Fauziyah Ali
Masya Allah beberapa hari ini telah memasuki, bulan Robbiul Awal, bulan Maulid. Bulan kelahiran Rosulullah Muhammad saw. Seorang muslim yang beriman akan mengakui bahwa Rasulullah saw adalah Rosul Allah utusan Allah. Dengan menyadari keberadaan Rosullullah sebagai utusan Allah maka akan menjadikan muslim itu mencintai Rosullullah dengan kecintaan yang nyata. Bahkan mencintainya adalah suatu keharusan bahkan kewajiban.
Terlebih, kecintaan kepada Rosulullah bisa mengantarkan pada surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Bukankah berada bersama Rosulullah di majelis surga adalah harapan seorang muslim. Tentu cinta yang harusnya dibentuk adalah bukan sembarang cinta, karena setiap orang tahu, cinta surga berharga sangat mahal. Cinta ini harus cinta yang nyata bukan cinta dusta. Cinta yang hanya di bibir saja, tak akan berlaku walaupun sampai berbusa-busa sekalipun.
Anas bin Malik ra berkata, "Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orangtuanya, dan seluruh manusia (HR al- Bukhari, Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, an-Nasai, al-Baihaqi, al-Hakim, dan Ibnu Hibban).
====
Rosulullah saw dalam pribadinya tergambar secara utuh dan agung tentang kemuliaan Islam. Tak satupun pesan Islam yang tidak terpresentasikan dalam diri beliau. Dari beliau terpancar keteladanan, kepribadian yang kokoh.
Dalam diri Rosulullah terpancar keteladanan, cahaya-cahaya mulia dengan kepribadian yang kokoh dan bertanggung jawab. Kepribadian para sahabat yang mulia walau keberadaan sama seperti manusia yang lain mencerminkan pembinaan terhadap para sahabat hadir dari sang maestro yang luar biasa dalam pembinaan.
====
Para sahabat sangat mencintai Rasulullah. Sebagai pembuktian kecintaan kepada Rasulullah, para sahabat berlomba-lomba menunjukkan kecintaan. Para sahabat mendahulukan Rosulullah saw dibandingkan dengan urusan dan kepentingan pribadi.
Tentu siapa saja bisa mengaku-ngaku cinta kepada Rosulullah saw. Siapa saja memungkinkan untuk merayakan Maulid Nabi, yang kemudian mereka klaim bahwa hal itu adalah wujud kecintaan kepada Rosulullah saw. Tapi cinta pada Rasul saw butuh cinta yang nyata bukan cinta palsu yang hanya di bibir saja.
Mencintai Rasulullah berarti juga mencintai sunnah Nabi saw. Sunnah ini berarti petunjuk-petunjuk yang diajarkan oleh Rasulullah saw agar diikuti oleh kita umat beliau. Sunnah itu terdiri dari aqidah dan syariah. Maka konsekuensi dari kecintaan seorang muslim terhadap Rosulullah haruslah menjadikan dirinya taat terhadap syariat Allah sebagaimana yang dicontohkan Rosulullah saw.
====
Akan dipertanyakan bila ada seorang muslim yang mengaku-ngaku mencintai Rosulullah saw tapi enggan melaksanakan syariat Islam. Bahkan menjadi teman dengan pembenci Islam. Walaupun dia merayakan Maulid sekalipun tapi bisa dipastikan kalau cintanya palsu.
Kemuliaan dan keagungan Rosulullah adalah satu keniscayaan yang tidak dapat dibantah. Tapi bagaimanapun rasa cinta pada Rosulullah saw akan menghasilkan kecintaan kepada syariah dan merindukan syariah diterapkan dalam kehidupan.
Kecintaan jangan hanya pada tataran batiniyah tetapi harus dibuktikan dengan meneladani beliau baik dalam perkara yang sederhana maupun yang rumit. Bukan hanya pada tataran ritual, moral semata tapi dalam seluruh aspek kehidupan mencakup seluruh bidang kehidupan seperti ekonomi, pendidikan, sosial, politik dan kenegaraan. Semua ini dilakukan karena kecintaan kepada Rasulullah saw.
Wallahu 'alam Bishowab.[]