Oleh: Ika Mawarningtyas
Analis Muslimah Voice
#TolakRekonsiliasi dan #Rek0nsiliasiMbahmu sempat menjadi trending topic jagat Twitter lalu. Hastag ini adalah ungkapan netizen menolak rencana rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo. Tapi, tak dinyana dan disangka Jokowi dan Prabowo bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pada Sabtu (13/7) kemarin.
Di saat mereka bercengkrama, berpelukan, dan bersalaman, apa kabar 700 nyawa KPPS yang menjadi tumbal pemilu? Apa kabar nyawa yang menjadi korban aksi 225? Tiba-tiba semua senyap, dan dipaksa melupakan dengan berlangsungnya rekonsiliasi kemarin.
Entah ini drakor atau sinetron, tapi ini nyata terjadi Sabtu kemarin. Kecewa, sakit hati, dan marah sempat dirasakan umat. Bahkan GNPF dan PA 212 langsung menarik dukungan mereka kepada Prabowo. Calon yang digadang-gadang bisa membela Ulama dan umat Islam secara totalitas ternyata dengan mudahnya bercengkrama dengan rezim yang telah mengkriminalisasi ulama, oposisi, dan umat Islam.
Ini bukan soal jiwa besar dan persatuan. Karena orang yang berjiwa besar akan tetap teguh membela yang benar tanpa negosiasi dengan lawan yang licik dan culas. Begitu juga persatuan, karena yang memecah belah adalah ketidakadilan di negeri ini. Wajar jika ada dua poros, poros pembela keadilan, dan poros pembela kedzoliman. Lumrah jika rakyat terpecah terkait hal ini. Rakyat yang masih menggunakan akal sehatnya, tidak akan mudah membela sebuah kebijakan yang mendzolimi mereka dan merugikan negara.
Menyakitkan, cukup menyakitkan umat dan ulama. Selama ini bencana yang menimpa umat Islam di negeri ini, yaitu penistaan Quran, Ulama, dan ajaran-ajaran Islam, hanya dijadikan tunggangan untuk meraup suara ulama dan umat Islam. Oleh sebab itu, apakah umat akan terus mengulang penipuan sistematis ala 'democrazy'?
Umat harus semakin dewasa, bahwa habitat mereka bukan berenang di kolam buthek demokrasi. Umat Islam harus bersatu, berjuang, demi tegaknya keadilan di bawah penerapan Syariat Islam secara kaffah. Umat jangan cuma sibuk mencari pemimpin, tapi juga harus disibukkan untuk memperbaiki sistem, yaitu dengan kembali pada hukum Islam secara total. Jangan cuma mau Islam sepotong-potong, ambil Islam, perjuangkan secara kaffah. Insya Allah keberkahan akan turun, dan kesejahteraan bisa dirasakan oleh seluruh umat baik Muslim maupun non Muslim.[]