Let's Move Dear



By Ruby Alamanda


Mengutip dari detik.com, media sosial bukanlah hal baru di era sekarang ini. Global Digital Reports dari Data Reportal bahkan melaporkan ada 5,25 miliar orang yang aktif di media sosial. Uniknya, perasaan terhubung ini tidak menghilangkan perasaan sepi.Linimasa yang dipenuhi video hiburan dan kisah personal masih membuat banyak pengguna merasa terasing dari dunia nyata.

(https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-8117333/riset-ungkap-konten-tiktok-bikin-pengguna-jadi-lonely-in-the-crowd-apa-itu)


Islam itu dahulu asing dan kembali asing. Memang paling mudah dan nikmat itu ketika kita berada dalam sistem Islam. Sejauh mata memandang hanya keagungan Allah yang di gaungkan. Sholawat kepada junjungan mulia Rasulullah Muhammad SAW. Allah menghadirkan Islam dalam diri kita bukan tanpa sebab. Islam hadir menyelesaikan segala macam persoalan. Baik persoalan berat maupun ringan. Hablum minallah lancar, hablum minannas lancar. Islam itu lengkap, keren pokoknya. 


Seperti fakta diatas, mengapa hal ini bisa terjadi, karena manusia hanya sibuk dengan gawainya saja. Dengan alasan butuh hiburan, maka loss dalam menggunakan medsos. Berselancar dengan hati riang gembira. Meski demikian nyatanya dia butuh dunia nyata, ga sekedar dunia maya seperti itu bukan? Kering, hampa, hambar dirasa. Padahal main medsos udah riang gembira. Ada yang kurang bukan? Karena kita ini makhluk sosial memerlukan satu sama lain. Lihatlah bagaimana dahulu para sahabat berada di tengah-tengah umat dalam mendakwahkan Islam. Sigap, gesit, dan penuh energi surgawi. Jauh dari beban dunia. Meski ada bisa teratasi. MasyaAllah. 


Luar biasa Islam, Hanya Islam yang sesuai dengan fitrah manusia. Makanya hanya dengan Islam semua bisa beres. 


Di dalam Islam manusia diajarkan untuk tidak individualis, semua harus gerak. Baik laki-laki maupun perempuan. Dakwah kepada yang lain. Baik muslim maupun non muslim. Oleh karena nya tidak ada yang bikin bete, sebel, murung, hampa, hambar donk, karena Islam itu hidup. Nyaman akan selalu ada ketika berada didalamnya.


Dan juga kontrol keluarga, masyarakat dan negara sangat kuat, sehingga ketika ada yang merasa terbebani dalam hidup maka akan ada solusinya.Tidak seperti sekarang yang mungkin hanya bapak RT yang peduli pada warganya.


Di dunia Kapitalis saat ini, semua mengurusi dirinya sendiri, cuek terhadap sesama. Makanya generasi Z mudah merasa kesepian, jauh dari mental yang healthy. Isinya kalau ga flexing ya flexing banget... Pagi sibuk kerja, siang sibuk kongkow-kongkow dengan sahabatnya. Lebih jauh malah ada yang insecure banget sampai-sampai tidak mau kongkow-kongkow lho... Menyendiri, murung, menutuo diri. Efek apa coba, kurasa ini efek dari budaya flexing baik dikalangan artis ataupun mereka yang merasa "kaya" Bukan? Sehingga membuat beberapa Gen Z insecure merasa jauh tertinggal dari rekan- rekannya. Ga cukup gaya, ga cukup berdaya guna. 


Paling enak tuh dalam Islam memang, semua diarahkan, diatur dengan apik. Kerja untuk ibadah, kuliah atau belajar ya untuk ibadah. Ga ada flexing, kongkow-kongkow adanya untuk membahas Islam, diskusi tentang bagaimana kelanjutan Islam kedepan, bagaimana Islam bisa di sebarluaskan keindahannya, kehebatannya. 


Pemuda nya sibuk mengembangkan potensi dengan selalu menyandarkan dirinya pada Allah, aturan Allah, jauh dari maksiat. 


Fikiran nya hanya ditujukan kepada kemuliaan Islam, bagaimana Islam di emban, bagaimana agar teman-teman satu level bisa merasakan manisnya Iman Islam.


Banyak sahabat yang bisa di jadikan panutan gen Z ini, mulai dari Ali bin Abi Thalib, si ganteng Mus'ab bin Umair, Anas bin Malik, Zaid bin Tsabit, Arqam bin Arqam, dll. Hanya Islam dan kecemerlangan nya yang diupayakan. Hidupnya hanya untuk kemuliaan Islam bukan yang lain. Apakah jaman sekarang masih relate jika Islam di tegakkan, tentu saja relate banget, coba perhatikan jika kita jauh dari Islam, apa yang terjadi, sejenak saja lupakan sholat ngaji dan dakwah, apa yang terjadi? Kalang kabut, kita jauh dari rasa nyaman, kita jadi merasa jauh dari Allah, jauh dari dekapan Allah bukan? 


Maka mari kita arahkan pandangan kita pada Islam, bagaimana kita bisa mengembangkan Islam, menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia, sehingga hati kita akal kita tidak kering, tidak hampa, karena senantiasa berada pada rel yang benar, bukan rel Kapitalis-Sekuler yang penuh dusta. Jadikan Islam sebagai spirit dalam hidup kita, hingga maut menjemput, sehingga akan mendapatkan Khusnul Khatimah, karena terus memperjuangkan Islam walaupun kita masih gen Z yang penuh dengan gelora mudanya. Sehingga nanti ketika usia tua menyambut maka kita udah terbiasa dengan keajaiban-keajaiban yang udah kita ukir sejak gen Z. Wallahu a'lam bissawab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama