Kunjungan Macron: Ada Propaganda Dibalik Kerjasama?



Oleh: Rahmawati Ayu Kartini (Pemerhati Sosial)


Kedatangan Presiden Perancis Emmanuel Macron memberi arti. Presiden yang sempat kontroversial di negaranya karena menikahi gurunya ini, hadir di Istana Merdeka Jakarta pada Rabu, 28 Mei 2025. Ini menandai 75 tahun hubungan diplomatik dan 10 tahun kemitraan strategis antara Indonesia dan Perancis. 


Dalam pertemuan bilateral, kedua pemimpin menekankan pentingnya kerjasama ditengah ketidakpastian geopolitik dan geoekonomi global. Presiden Prabowo menyambut baik rencana kerjasama di bidang ekonomi, teknologi, keamanan, dan budaya. (Kompas.id, 29/5/2025)


Propaganda Macron?


Kedatangan Macron tentu membuat kita bertanya-tanya: apa maksud kedatangannya? Apakah hanya sekedar menjalin kerjasama tanpa embel-embel yang lain?


Karena kita ketahui, Perancis adalah sekutu Amerika Serikat (AS) sebagai pendukung setia Israel. Sementara Israel saat ini tengah melakukan genosida terhadap Gaza.


Sebagai negeri muslim terbesar di dunia, peran Indonesia terhadap Palestina sangat besar pengaruhnya terhadap negeri-negeri muslim yang lain. Jika beberapa waktu lalu Presiden Prabowo pernah menyebut bahwa Indonesia tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, sejak kunjungan Macron pendapatnya berubah bahwa Indonesia akan mengakui negara Israel asal Israel mengakui terlebih dulu negara Palestina. Sehingga tidak akan menutup kemungkinan, Indonesia akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel!


Ada udang di balik batu. Ada propaganda dibalik kerjasama. Kunjungan Macron mampu memberikan perubahan sikap Indonesia terhadap Palestina. 


Hal ini wajar saja karena Perancis dulunya adalah salah satu negara kristen Eropa yang aktif memerangi Islam dalam perang salib. Perancis termasuk negara yang menjadi perintis perjanjian Westphalia tahun 1648 yang mengakui adanya bentuk kedaulatan atau negara. Inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya negara-negara nasionalisme.


Tidak heran, solusi mereka untuk Palestina-Israel adalah 'Two State Solution', atau solusi dua negara. Dan propaganda ini akhirnya berhasil merubah opini presiden dari negeri muslim terbesar.


Tidak ada solusi selain jihad fisabilillah


Sejak lama solusi 'Two State Solution' bagi Palestina telah menjadi bagian dari rencana musuh-musuh Islam. Tentu saja hal ini sangat mengkhianati warga Palestina. Karena Palestina adalah tanah suci milik umat Islam, haram hukumnya menyerahkan wilayahnya kepada musuh-musuh Islam. 


Bahkan Allah SWT sendiri yang memilihnya sebagai tanah yang disucikan. Sebagaimana firmanNya di QS. Al Isra ayat 1:


"Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat."


Bahkan Khalifah Turki Utsmani Sultan Abdul Hamid II, pernah menolak mentah-mentah utusan zionis Israel yang akan menyewa tanah di Palestina dengan membayar jumlah uang yang sangat besar. Padahal saat itu negara khilafah sedang dalam krisis ekonomi. Menurut Sultan Palestina bukanlah miliknya, melainkan milik seluruh umat Islam. Walaupun badannya akan tercabik-cabik dalam mempertahankannya, beliau tidak akan pernah menyerahkan Palestina kepada zionis.


Dan saat ini ketika Khalifah tidak ada lagi, Palestina diserahkan kepada PBB yang kita tahu pendiri dan pemimpinnya adalah negara-negara pendukung zionis Israel. Bagaimana mungkin Palestina akan mereka beri kedaulatan dan kemerdekaan penuh bersanding dengan Israel? Ini hanya akal-akalan mereka agar Israel diakui umat Islam mencaplok wilayah di Palestina!


Karena itu, benarlah apa yang dikatakan oleh Sultan Abdul Hamid II. Tidak ada jalan lain untuk melindungi Palestina melainkan dengan jihad fisabilillah, walaupun badannya akan tercabik-cabik. Inilah dahulu yang telah dicontohkan Rasulullah Saw dan para sahabat ketika pertahankan wilayah Syam (Palestina). Telah banyak peperangan dilakukan para sahabat dan pemimpin Islam melawan Romawi (penguasa Palestina saat itu), yang merupakan nenek moyang AS dan Israel saat ini. Perang Mu'tah, perang Yarmuk, perang salib, telah menjadi bukti bahwa hanya jihad yang bisa menyelamatkan dan membebaskan Palestina.


Namun jihad tidak bisa dilakukan tanpa koordinasi negara. Harus ada komando dari Khalifah, pemimpin umat Islam sedunia. Jihad tanpa otoritas negara akan sulit dan berat dilakukan. Karena itu umat Islam harus bersatu untuk mewujudkan Khilafah Islamiyah. Hanya Khilafah yang bisa mengembalikan izzah (kemuliaan) Islam dan kaum muslimin saat ini.


Penggalan surat dari warga Gaza ini hendaknya menjadi renungan kita bersama:


".. Kalian tidak perlu mengkhawatirkan keadaan kami, karena jelas tujuan kami adalah surga. Mestinya kalian khawatirkan diri kalian sendiri, karena belum jelas apakah surga yang akan kalian  dapatkan?.."


Mari kita kuatkan kesadaran iman dan takwa kita, perbaiki ilmu agama dan prioritas utama dalam hidup. Apakah akhirat yang menjadi fokus perhatian atau dunia masih melenakan kita? Palestina adalah ujian bagi kita semua. Kelak Allah akan menanyakan apakah kita telah bersungguh-sungguh turut mewujudkan kemerdekaan untuk Palestina?


Wallahu a'lam bishshawab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم