Oleh: Ledy Ummu Zaid
Seperti yang kita ketahui, masih banyak lulusan Perguruan Tinggi (PT) yang tidak memiliki pekerjaan alias menganggur. Di sisi lain, ketika ada job fair, mereka akan bertemu dengan para lulusan sekolah menengah atas (SMA) dan diploma. Semua berlomba-lomba mendapat pekerjaan yang ideal. Namun, tak sedikit yang pulang dengan tangan kosong. Ya benar, pengangguran memang masih menjadi mimpi kelam para pencari kerja.
Pengangguran Mimpi Kelam Pencari Kerja
Baru-baru ini ditemukan fakta menarik bahwa pada tahun 2024, Indonesia mendapat peringkat 1 dalam data pengangguran se-Asia Tenggara, seperti yang dilansir dari laman kompas.com (30/04/2024). Negeri ini menjadi yang tertinggi di antara enam negara yang tergabung dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Hal ini didapat dari laporan International Monetary Fund (IMF) per April 2024.
Adapun laporan tersebut merujuk pada World Economic Outlook April 2024. Data pengangguran ini menghitung persentase angkatan kerja, yakni penduduk berusia 15 tahun ke atas yang sedang mencari pekerjaan. Walhasil, per April 2024, tercatat ada 5,2 persen pengangguran di Indonesia. Di tahun sebelumnya, tercatat ada 5,3 persen pengangguran. Jadi, ini bisa dikatakan terjadi penurunan, meski hanya 0,1 persen.
Sedangkan, dilansir dari laman bbc.com (30/04/2025), lulusan PT mulai dari diploma hingga sarjana banyak yang banting setir menjadi asisten rumah tangga (ART), baby sitter, sopir, bahkan office boy. Ini lantaran kebutuhan untuk bertahan hidup di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil hari ini. Ditambah lagi dengan minimnya lapangan kerja di sektor formal dan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi dimana-mana semakin menambah beban hidup masyarakat.
Sebagai contoh, Heru Kurniawan, seorang Sarjana Teknik Mesin lulusan 2023 yang nekat banting setir menjadi sopir mobil rental. Ia mengatakan keluarga tidak mempermasalahkan pekerjaannya, tetapi ia sendiri yang terkadang merasa sayang dengan gelar sarjana yang telah didapat. Baginya, perjuangan menempuh pendidikan di PT tidaklah mudah karena menghabiskan waktu dan biaya.
Sama halnya dengan Heru, ada seorang Sarjana Manajemen lulusan 2023 yang sudah hampir dua tahun bekerja sebagai pramukantor atau office boy. Ia adalah Ihlazul Amal. Ihlazul mengungkapkan sulitnya mencari pekerjaan menyebabkan ia mau menerima tawaran pekerjaan ini. Akhirnya, ia hanya bisa pasrah dan beryukur karena masih memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Tak hanya itu, sejumlah pengamat berpendapat bahwa situasi ini mengkhawatirkan dan sudah seharusnya menjadi reminder bagi pemerintah. Dengan kata lain, berharap pemerintah sadar akan kondisi ekonomi Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja. Dengan demikian, mereka dapat bergegas menyusun strategi yang tepat untuk mengatasi persoalan pengangguran ini.
Pengangguran, Keniscayaan dalam Sistem Kapitalisme
Dari data yang dilaporkan IMF, akhirnya kita tahu bahwa Indonesia juara 1 dalam hal pengangguran, atau dengan kata lain tertinggi se-ASEAN pada tahun lalu. Adapun yang sangat disayangkan yakni banyak lulusan PT yang justru jobless alias pengangguran. Tak hanya itu, banyak dari mereka yang nekat banting setir bekerja di luar background pendidikan.
Dewasa ini, sulitnya mencari pekerjaan merupakan suatu keniscayaan di sistem kapitalisme. Kehidupan yang berlandaskan pada ideologi yang salah (materi) hanya menggiring masyarakat untuk memandang kehidupan berdasarkan pemikiran manusia belaka. Sebagai contoh, negara yang menganut ideologi kapitalisme cenderung hanya bertindak sebagai regulator yang mementingkan korporat. Pemerintah tidak mau ambil pusing menjamin terbukanya lapangan pekerjaan seluas-luasnya.
Dengan demikian, terjadi kesenjangan antara lapangan pekerjaan dan pencari kerja. Terbukti dengan upaya negara yang justru menyerahkan tanggung jawab membuka lapangan kerja kepada pihak swasta/korporasi. Dalam hal ini, pintu investasi terbuka selebar-lebarnya di Indonesia. Akibatnya, pengelolaan sumber daya alam dan energi (SDAE) juga tak menutup kemungkinan jatuh kepada swasta bahkan asing.
Islam Punya Solusi Tepat
Pada dasarnya, Islam rahmatan lil alamin atau rahmat bagi seluruh alam. Hal ini menandakan syariat Islam tentu akan sesuai dengan semua makhluk di dunia. Termasuk syariat Islam yang mewajibkan seorang pemimpin keluarga untuk menjadi qowwam yang baik bagi keluarganya, yakni dengan memberi nafkah.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam meriwayatkan dalam sebuah hadis, “Seseorang cukup dikatakan berdosa jika ia melalaikan orang yang ia wajib beri nafkah.” (HR. Abu Daud).
Dengan demikian, negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi rakyatnya. Dalam Islam, daulah (negara) akan menerapkan sistem ekonomi Islam yang mampu membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Misalnya, negara akan mengelola sumber daya alam dan energi (SDAE) secara mandiri yang mana hasilnya akan dikembalikan untuk kepentingan rakyat. Oleh karenanya, haram hukumnya pengelolaan tersebut diserahkan kepada swasta apalagi asing.
Walhasil, lapangan kerja dari sektor industri dapat menyerap para pencari kerja dalam jumlah besar. Tidak perlu ditanyakan lagi, laki-laki dapat dengan mudah menafkahi keluarganya. Kemudian, mereka juga tidak harus memikirkan urusan pendidikan dan kesehatan karena sudah ditanggung negara secara gratis.
Seorang khalifah atau pemimpin negara paham betul bahwa tanggung jawab mengurus rakyat ini akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “Tidaklah seorang manusia yang diamanati Allah subhanahu wa ta’ala untuk mengurus urusan rakyat, lalu mati dalam keadaan ia menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan surga baginya.” (HR. Bukhari).
Maka tak heran, dalam Islam, negara adalah raa'in (pengurus rakyat). Dengan penerapan sistem Islam, yakni khilafah ala minhajin nubuwwah, syariat Islam akan diterapkan secara kafah (menyeluruh). Adapun hukum yang berlaku datang dari Sang Khalik, Allah subhanahu wa ta’ala, bukan hukum buatan manusia yang fitrahnya lemah dan terbatas.
Khatimah
Seperti yang bisa dilihat, kaum muslimin hari ini masih jauh dari kesejahteraan dan keadilan pun tak tercapai. Negara yang menganut ideologi kapitalisme sekuler pasti akan memisahkan agama dari kehidupan. Tampak jelas pemerintah berlepas tangan dalam mengurus rakyat secara menyeluruh. Dalam hal ketenagakerjaan ini saja, negara tidak berhasil menjamin terbukanya lapangan pekerjaan yang memadai. Akhirnya, pengangguran selalu menjadi mimpi kelam para pencari kerja. Di sisi lain, kepemimpinan Islam dalam naungan Khilafah akan menjaga rakyat di dunia hingga urusan akhiratnya dengan Akidah Islamiyah.
Wallahu a’lam bishshowab. []
Referensi:
https://www.bbc.com/indonesia/articles/ckge4pv4xgzo
https://www.kompas.com/edu/read/2025/04/30/145625071/laporan-imf-indonesia-nomor-1-tingkat-pengangguran-tertinggi-di-asean
https://muslimahnews.net/2024/01/20/26507/
https://rumaysho.com/19982-kerja-dong-jangan-jadi-pengangguran.html
https://www.youtube.com/watch?v=FaeKudiMZrs
https://github.com/Yoast/wordpress-seo/blob/trunk/packages/yoastseo/src/languageProcessing/languages/id/config/transitionWords.js