Oleh: Ummu Fatihah (Aktivis Dakwah Muslimah)
Dilansir dari Kompas.com, pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) yang dimulai pada 23 April 2025 lalu ditemukan kecurangan yang dilakukan para peserta.
Sejak hari pertama UTBK SNBT, Rabu (23/4/2025) tim Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) menemukan ada sembilan kasus kecurangan. Kemudian pada hari Kamis (24/4/2024), tercatat ada lima kasus.
Prof Eduart Wolok selaku Ketua Tim Penanggung jawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) menegaskan bahwa dari pihaknya “sekecil apa pun kecurangan, kami tidak akan mentolerir," ungkapnya pada konferensi pers tanggapan panitia SNPMB terkait dugaan kecurangan UTBK pada tahun 2025, melalui Live Channel Youtub SNPMB BPPP, Jumat (25/4/2025).
Sangat miris, setelah mengetahui fakta bahwa ada calon hahasiswa yang menjadi pelaku kecurangan sekaligus korban rusaknya sistem pendidikan sekuler yang selama ini telah membentuk karakter mereka. Karena semuanya sudah tersistematis dan berlangsung lama, yaitu sejak usia dini mereka telah dididik dengan sistem sekuler.
Adanya pemanfaatan canggihnya teknologi untuk mengakali test UTBK menggambarkan akhlak generasi (calon mahasiswa) buruk karena tidak adanya kejujuran dalam mengikuti test. Hal ini juga mengukuhkan gagalnya sistem pendidikan dalam kapitalisme untuk mewujudkan kepribadian Islam dan memiliki keterampilan.
Hal ini semakin dikuatkan oleh tim survey KPK, yang menyebutkan banyak siswa SMA dan mahasiswa yang menyontek. Dilihat dari aspek kejujuran akademik ini, KPK melaporkan persentase peserta didik yang menyontek walaupun tahu perbuatan itu salah mencapai 44,75%. Tidak hanya menyontek tetapi siswa pun masih melakukan tindakan kecurangan lain.
Hal itu juga menggambarkan orientasi abai pada halal haram dan tidak berlaku jujur saat dalam menempuh pendidikan. Inilah buah dari sistem hidup saat ini yang berlandaskan sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan), yang menjadikan ukuran keberhasilan atau kebahagiaan berorintasi pada materi.
Sistem kapitalisme ini sukses melahirkan individu-individu yang tidak bertakwa, tidak memahami batasan halal dan haram, bersikap liberal (bebas) serta mengejar manfaat duniawi dengan meraih keuntungan sebanyak-banyaknya.
Sistem pendidikan yang seharusnya mencetak manusia berkarakter mulia justru menjadi pabrik penghasil tenaga kerja yang siap bersaing tanpa nilai moral.
Oleh karena itu, kecurangan di UTBK yang terjadi bukan sekedar soal moral individu, tetapi mencerminkan sistem yang menormalisasi persaingan tidak sehat demi keuntungan dan status sekaligus menunjukkan wujud kelemahan dari sistem pendidikan sekuler dalam mencetak generasi yang berintelektual. Selain itu, juga menunjukkan kegagalan membangun generasi berkarakter mulia.
Islam Menjadikan Generasi Yang Berkarakter Mulia
Islam menjadikan kebahagiaan hakiki bagi setiap individu dengan menstandarkan kehidupannya hanya Ridha Allah Ta'ala. Negara Islam akan menjaga setiap individu senantiasa terikat dengan aturan Allah termasuk dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan dalam Islam berasaskan akidah Islam sehingga akan mencetak generasi yang berakhlak mulia, dan generasi yang memiliki kepribadian Islam, yang terikat pada Syariat Allah, memiliki keterampilan yang handal serta berinovasi tinggi dan menjadi agen perubahan.
Generasi cemerlang adalah generasi yang menjadikan Islam sebagai pembentuk karakter dan kepribadian . Pendidikan dalam Islam memadukan antara keimanan dengan kehidupan sehingga berpengaruh besar dalam setiap amal perbuatan.
Sistem Islam memiliki visi yang jelas, yakni mencetak generasi dengan pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan Islam. Dengan kurikulum yang berlandaskan akidah Islam, bukan sebuah utopia akan lahir generasi yang berakhlak mulia, cerdas akalnya dan kuat keimanannya. Ditopang dengan ekonomi Islam yang menyejahterakan dan kebijakan yang bersumber dari syariat Islam.
Maka dengan kuatnya kepribadian Islam, kemajuan teknologi pun akan dimanfaatkan sesuai dengan tuntunan Allah dan semakin meninggikan kalimat Allah SWT.
Wallahu’ alam bishawab