Oleh : Ayu Anggita (Mahasiswa)
Muslimahvoice.com - Tanah Surga, indahnya selalu dirindu sang jiwa, membalut duka jadi suka. Damai menyatu walau beda.
Dilansir dari pernyataan Mahfud MD bahwa agama, khususnya Islam, dapat menerima sistem politik dan pemerintahan apapun, termasuk demokrasi. Kemudian dilanjutkan bahwa agama itu peraturan dan normanya, prinsipnya, datang vertikal, dari Tuhan. Pedoman hidup manusia. Wahyu Tuhan yang wajib diikuti sesuai keyakinan. Sementara demokrasi hanya model dan sistem di dalam bernegara. Normanya lahir secara horizontal.
Namun, realita berkata lain tentang demokrasi yang seakan bertentangan terhadap Islam. Acapkali kita menjumpai kasus demi kasus kriminalisasi terhadap ulama maupun aktivis Islam yang bergemuruh menggaungkan solusi Islam kaffah dengan memperjuangkan Khilafah.
Lantas, demikianlah sisi lain yang terpotret dalam ketidakadilan demokrasi yang sekaligus membuka tabir kepincangan penerapan sistem demokrasi itu sendiri. Hingga yang terjadi, muncullah berbagai kritik dan kecaman menyoal anomali penerapan system demokrasi, serta krisis kepercayaan oleh masyarakat pada pemerintahan.
Dan parahnya, yang mengkhawatirkan tak hanya sekedar anomali semata, namun dengan adanya realita yang terjadi serta hukum negara yang tumpul ke atas dan runcing ke bawah semakin menampakkan wajah asli demokrasi, yang seakan tak mampu menyelesaikan segala permasalahan masyarakat yang multidimensi.
Hingga wajar muncul sebuah paradigma yang menyatakan bahwa inilah wajah asli "hipokrisi demokrasi", yang bertajuk semu dengan landasan yang katanya "dari, untuk, oleh rakyat" namun nyatanya? "Entah rakyat yang mana" kata anak pelosok negeri.
Kemudian terkait Islam menerima sistem demokrasi. Yaitu, ketika dikata demokrasi diterima oleh Islam, namun mengapa kenyataannya berbalik arah. Dimana jalan atas pengkajian kelayakan "khilafah" yang merupakan dari bagian ajaran Islam ditutup. Lalu selanjutnya, menyebar informasi bahwa "khilafah" merupakan ajaran sesat, dan tidak bias diterapkan di negara yang penuh dengan kebhinekaan ini.
Miris memang, tajuk kebenaran berselimut ilusi yang menghantarkan pada sebuah rindu yang semu pada demokrasi. Lantas, ada beda yang bersatu tentang rindu, yang mengajar arti sebuah pelajaran alam. Yang dengannya tersemat jejak mulia kejayaannya.
Dan dengannya, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam QS. Al-Hasyr[59]:18 yang berbunyi:
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
Lantas, demikianlah kita seorang Muslim pun tak serta merta memberikan pernyataan, pemikiran, atau mungkin tudingan tanpa berlandaskan dalil atau bukti yang mendasarinya. Sama halnya terkait sistem yang diterima Islam hanyalah sistem Islam semata yang dengannya tegak syariat Allah secara kaffah, tegak berdiri dibawah institusi daulah khilafah. Dan atasnya rahmat Allah tercurah ruah dalam keberkahan penerapannya.
Wallahu a'lam bishowab.[]