Ainun D. Nufus (Direktur Muslimah Care)
muslimah-voice.com - Peradaban sekuler telah memerosotkan martabat perempuan. Sistem kapitalisme telah melahirkan penderitaan dan kemiskinan yang mengerikan. Ada banyak perempuan terpaksa bekerja dan meninggalkan peran utamanya sebagai ibu. Akibatnya, mereka banyak yang tertekan dan hilang naluri keibuannya serta kaum perempuan tak jarang menjadi sasaran pelecehan. Bahkan tak sedikit di antara mereka yang telah mengeksploitasi dirinya untuk mendapatkan uang demi menutupi seluruh kebutuhannya.
Penjagaan kehormatan perempuan oleh Khilafah telah banyak dibuktikan dalam sejarah. Pada zaman Nabi saw., seorang Muslimah berbelanja di pasar Bani Qainuqa. Seorang Yahudi mengikat ujung pakaiannya sehingga ketika berdiri aurat perempuan tersebut tersingkap diiringi tertawaan orang-orang Yahudi di sekitarnya. Perempuan tersebut berteriak. Kemudian salah seorang Sahabat datang menolong dan langsung membunuh pelakunya. Namun kemudian, orang-orang Yahudi mengeroyok dan membunuh Sahabat tersebut. Ketika berita ini sampai kepada Nabi saw., beliau langsung mengumpulkan tentaranya. Pasukan Rasulullah saw. mengepung mereka dengan rapat selama 15 hari hingga akhirnya Bani Qainuqa menyerah karena ketakutan.
Pada masa Khalifah Umar bin al-Khaththab ia biasa melakukan ronda keliling rumah penduduk setiap malamnya. Satu malam dia mendengar suara tangisan anak-anak dari satu rumah yang ternyata menangis karena kelaparan. Ibu anak-anak itu tengah memasak batu yang tentunya tidak akan pernah kunjung matang. Melihat itu, Khalifah Umar bersegara mengambil sekarung gandum yang beliau bawa sendiri dan diberikan kepada ibu tersebut.
Pada satu malam lainnya, ia mendengar keluhan seorang perempuan—melalui senandung syair—yang rindu akan suaminya yang tengah menjalankan tugas di medan pertempuran. Lalu Khalifah Umar ra. bergegas mendatangi putrinya, Hafshah, untuk bertanya berapa lama seorang wanita tahan menunggu suaminya. Dari jawaban Hafshah, Khalifah Umar mengirimkan perintah kepada para panglima perang yang berada di medan pertempuran, agar tidak membiarkan seorang pun dari tentaranya meninggalkan keluarganya lebih dari empat bulan.
Pada masa Khalifah al-Mu'tashim Billah, pernah seorang perempuan menjerit di Negeri Amuria karena dilecehkan dan dianiaya. Dia memanggil-manggil nama Al-Mu’tashim. Jeritannya didengar dan diperhatikan oleh sang Khalifah. Serta-merta Khalifah al-Mu'tashim mengirim surat untuk Raja Amuria, "Dari Al-Mu’tashim Billah kepada Raja Amuria. Lepaskan wanita itu atau kamu akan berhadapan dengan pasukan yang kepalanya sudah di tempatmu, sedangkan ekornya masih di negeriku. Mereka mencintai mati syahid seperti kalian menyukai khamar!"
Singgasana Raja Amuria pun bergetar ketika sang Raja membaca surat itu. Lalu wanita itu pun segera dibebaskan. Kemudian Amuria ditaklukan oleh tentara kaum Muslim.
Marilah kita memantaskan diri untuk meraih kemuliaan dan kehormatan yang dijanjikan Allah SWT. Mari mendidik diri, keluarga dan seluruh umat Islam untuk taat pada seluruh syariah. Jagalah diri kita dari propaganda sesat dan perjuangan tanpa arah. Sudah saatnya kita sadar bahwa perjuangan untuk tegaknya Islam yang kita tuju. Hanya dengan Islam sajalah ketenteraman, kehormatan dan kemuliaan perempuan akan terwujud.[]
#Perempuan