Oleh : Anita Irmawati
muslimah-voice.com - Cinta Nabi. Peringatan Maulid Nabi setiap tanggal 12 Rabi'ul Awal selalu ramai digelar. Mulai dari masjil ta'lim, pondok pesantren, sekolah, instansi/lembaga dan organisasi masyarakat yang tutut menyelenggarakan dan memperingati Maulid Nabi. Tak heran hal ini menjadi semarak dilakukan, mengingat nabi Muhammad Saw. merupakan panutan bagi ummat manusia yang diutus oleh Allah SWT.
Namun demikian, acara Maulid Nabi belumlah terasa sakral dengan penuh penghayatan. Walaupun telah membumikan shalawat bahkan mengadakan pengajian dalam kegiatan acaranya. Sayangnya, acara ini masih saja sebatas acara seremoni yang diadakan satu tahun sekali. Nasihat-nasihat keteladanan sejati bahkan motivasi-motivasi dalam perjuangan untuk membumikan Islam dari suri tauladan (Rasulullah Saw.) masih belum erat berikatan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Arti Cinta Hamba pada Sang Pencipta
Dalam kitab Min Muqawimat Nafsiyah Islamiyah, Cinta seorang hamba kepada Allah dan rasul-Nya dibahas dalam beberapa definisi cinta yakni Al-Azhari berkata, “Arti cinta seorang hamba kepada
Allah dan Rasul-Nya adalah menaati dan mengikuti perintah
Allah dan Rasul-Nya.” Al-Baidhawi berkata, “Cinta adalah
keinginan untuk taat.” Ibnu Arafah berkata, “Cinta menurut
istilah orang arab adalah menghendaki sesuatu untuk
meraihnya.” Al-Zujaj berkata, “Cintanya manusia kepada Allah
dan Rasul-Nya adalah menaati keduanya dan ridha terhadap
segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah
saw.” (Min Muqawimat Nafsiyah Islamiyah, hal. 40)
Artinya, ketika merasakan cinta maka ada keinginan berbuat taat, mengikut perintah dan menjauhi larangan bahkan dengan ridha terhadap ketentuannya. Inilah cinta sejati nan hakiki. Jelas, saat menyatakan cinta bukan sekadar kata yang terucap dari lisan. Namun, sudah menjadi kewajiban dalam melakukan aksi, karena cinta juga butuh bukti tak sekadar kata dalam hati.
Pun dalam mencintai Allah Sang Pencipta dan pemilik langit dan bumi serta Rasulullah utusan-Nya maka seutuh cinta mesti diberikan. Termasuk dalam menjalankan aturan yang telah ditetapkan. Karena sejatinya cinta ingin menjaga, sama halnya ketika Allah memerintahkan kepada manusia untuk mengatur segara urusan dengan aturan yang telah dirisalahkan kepada Nabi Muhammad Saw. maka tanpa ada kata tapi aturan mesti kita jalankan. Karena sesungguhnya Allah adalah sang pencipta dan manusia adalah makhluk yang diciptakan. Sudah jelas, Sang Pencipta merancang buku panduan untuk manusia sedangkan manusia sudah seharusnya mengikuti buku panduan tersebut.
Cinta Sejati Taat Tanpa Nanti Langsung Beraksi
Maka dari itu jika cinta sejati maka akan langsung beraksi. Mematuhi peraturan mulai dari melakukan apa yang diperintahkan dan menjauhi larangannya. Senada dengan semua risalah yang disampaikannya, semua sistem aturan manusia yang sudah digariskan oleh Allah SWT. Taat syariat langsung bergerak.
ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ(١٢٣) وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ(١٢٤) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا(١٢٥) قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَىٰ(١٢٦).
"... maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. Dia berkata, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?" Dia (Allah) berfirman, "Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan". (TQS. Thâhâ [20]: 123-126)
Wallahu'alam bisahwab[]
#CintaNabi