Boikot Produk Perancis, Cukupkah?

 



Penulis : Alimatul Mufida (Pemerhati Remaja)



Muslimah-voice.com - Boikot produk Prancis. Sudah sepekan lebih Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menjadi sorotan akibat ucapannya yang kontroversial. Sejumlah pernyataannya yang dinilai menghina Islam menuai kecaman dari penjuru dunia. Dia juga menyatakan tidak akan menghalangi  penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad S.A.W., oleh majalah Charlie Hebdo, yang menyulut amarah umat Muslim, dan mempertahankan kebebasan berpendapat. Di sisi lain Prancis juga diguncang serangkaian peristiwa berdarah dan lonjakan kasus infeksi virus corona. (cnnindonesia.com, 2/11/2020)


/Bukan Kali Pertama/


Kasus pelecehan terhadap Nabi Muhammad SAW oleh negeri  ber-icon menara Eiffel tersebut bukan kali pertama. Perancis sudah beberapa kali menyulut amarah kaum muslimin yang dimulai sejak abad 18-19 masehi pada masa kekhilafahan utsmani yang dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid II. Kala itu seorang sastrawan perancis bernama Voltaire berinisiatif untuk membuat panggung seni yang ditujukan untuk mempertunjukkan sebuah pertunjukan dengan alur cerita yang melecehkan Rasulullah, akan tetapi, pertunjukan itu digagalkan oleh Sultan Abdul Hamid II. Beliau mengecam pemerintahan perancis jika tidak menghentikan pertunjukan akan memutuskan hubungan politik serta bersikap ofensif untuk mengerahkan militernya untuk berperang. Tanpa berpikir panjang Voltaire langsung menghentikan inisiatifnya. 


Kasus pelecehan terhadap Rasulullah berlanjut di tahun terakhir 2015 kaum Muslim sempat dibuat geram dengan terbitnya majalah Charlie Hebdo yang menggunakan sampul karikatur menghina nabi Muhammad.  Kasus-kasus serupa terus terjadi hingga terakhir di tahun 2020, majalah tersebut masih menerbitkan kembali karikatur yang melecehkan nabi Muhammad atas dasar kebebasan berekspresi. Negara yang menggaungkan dirinya sebagai negara sekuler tersebut juga telah membuat jagad raya geger karena insiden tertembak matinya seorang pelajar oleh aparat perancis yang diduga sebagai pelaku pembunuhan seorang guru yang melecehkan Nabi Muhammad. lagi-lagi atas dasar kebebasan dan preventif terorisme. 


Di zaman ini memang terorisme ditujukan kepada kaum muslimin seolah-olah agama Islam adalah biang daripada terorisme, berbagai pembunuhan dan peperangan yang identik dengan kekerasan. Negara-negara Barat selalu saja menyudutkan islam sebagai pihak yang tertuduh. Padahal, ketika kita tengok histori masa lalu siapa yang lebih pantas disebut teroris? Siapa dibalik dalang peristiwa berdarah perang salib? Siapa dalang dibalik perampasan tanah atas Palestina? Pembunuhan berjuta-juta nyawa atas Palestina yang hingga sekarang tak kunjung ada ujungnya. Siapa dalang dibalik bom Hiroshima-Nagasaki? Siapa dalang dibalik perang Dunia 1 dan 2 yang membumihanguskan berjuta-juta nyawa? Dan siapa pula dalang dibalik peristiwa pembunuhan massal muslim bosnia, Uyghur dan Afrika? Yang pasti bukanlah kaum Muslim karena kaum Muslim lah yang menjadi korban. Lantas, siapa yang lebih pantas disebut teroris? 


/Ghirah Umat Masih Ada/


Seperti yang kita ketahui bahwa ghirah atau semangat kaum muslimin masih ada dan masih akan terus melekat ditandai dengan rasa geram yang memuncak karena kekasihnya, panutannya dan baginda Nabi nya telah dinistakan oleh penguasa perancis laknatullah alaih. Beberapa hari terakhir yang bertepatan pula dengan maulid nabi jagad maya Twitter dan instagram juga dipenuhi  dengan hashtag #boikotprodukperansis #boycottfrenchproduct perancis setelah penguasa perancis ber-statement bahwa dia mendukung penuh penerbitan majalah dengan sampul melecehkan nabi Muhammad atas dasar kebebasan berperilaku. 


Konsekuensi Cinta


Memang sudah menjadi kewajiban kita sebagai ummat islam untuk membela Rasulullah SAW karena kita sudah berikrar, bersaksi dan  bersyahadat dan konsekuensi beriman kepada Rasulullah adalah dengan mencintai beliau melebihi cinta kita dengan makhluk Allah yang lain akan tetapi, cinta juga butuh bukti, cinta tidak sebatas lisan saja tapi disertai dengan perbuatan. Bukti konkret cinta kepada Rasulullah adalah dengan membela pribadinya dan ajarannya serta menjalankan semua sunnahnya. 


Memang tindakan yang dibenarkan untuk memboikot semua produk yang berasal dari Perancis, semuanya tanpa terkecuali. Karena pemboikotan lah satu-satunya tindakan yang dapat kita lakukan. Akan tetapi, yang harus kita garis bawahi disini adalah produk Perancis bukan hanya entitas fisik saja tapi juga non fisik yaitu sekulerisme-liberalisme yang sudah sangat masyhur diketahui bahwa ide-ide sekuler- Demokrasi juga dilahirkan dari peradaban Perancis tepatnya ketika peristiwa revolusi Perancis.


 Sebagai seorang muslim seharusnya kita juga memboikot produk non fisik tersebut. Lagi-lagi atas dasar bukti mencintai Rasulullah dengan menerapkan seluruh ajarannya tanpa terkecuali termasuk dalam aspek politi, dengan cara membuang jauh-jauh ideologi kapitalis sekuler demokrasi dan beralih pada kepemimpinan yang Rasulullah ajarkan. Adalah dengan kembali mengimplementasikan hukum-hukum yang beliau pernah terapkan selama 13 abad yaitu hukum yang bersumber dari al Qur’an dan sunnah. 


Dengan diterapkannya kembali aturan islam dalam bingkai institusi khilafah maka akan terjamin nyawa kaum muslimin dan selesailah masalah-masalah penistaan agama. Karena memang umat islam benar- benar membutuhkan junnah atau perisai agar kasus-kasus seperti ini dapat terselesaikan dan hanya khilafah mampu menyelesaikannya karena islam memiliki solusi komprehensif atas atas bukan hanya menyelesaikan kasus penghinaan kepada nabi lebih daripada itu aturan islam dapat menyelesaikan segala macam problematika yang ada. 


Wallahu a'lam bish showab. []


#BoikotProdukPrancis 

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم