Bansos Ala Kapitalis (BAK), Akankah Berbuah Manis?


Oleh: Ulul Ilmi 

Dampak adanya covid-19 sangat terasa diseluruh dunia dari berbagai lapisan masyarakat. Termasuk di Indonesia, rakyat miskin semakin miskin. Hingga ada yang berhari-hari harus menahan lapar, karena tidak ada makanan yang bisa dimakan.

Ditengah merebaknya wabah corona, dan ramainya berita bansos yang digelontorkan pemerintah, baik pusat maupun daerah, bersliweran berita tentang warga yang masih mengalami kesulitan dan kesempitan hidup. Bahkan kekhawatiran akan terjadi kelaparan akibat dari Covid-19, dirasakan oleh masyarakat.

Lantas kemudian ramai dimedia diberitakan tentang berbagai macam bansos yang digelontorkan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Rupa bantuannya ada  uang dan barang, yakni berupa bahan sembako. Akankah bansos ini berbuah manis bagi masyarakat?

/Pemberian Bansos Tak Sesusai Harapan/

Kehidupan rakyat semakin tak menentu, anjuran pemerintah untuk di rumah saja tak berlaku. Mereka harus tetap keluar rumah untuk bekerja keras membanting tulang untuk menyambung hidup. Mengais rupiah demi rupiah hanya untuk sesuap nasi. Virus yang berbahaya bagi mereka bukanlah corona tapi kelaparan yang akan mereka hadapi.

Sebagaimana dikutip dilaman SuaraJatim.id- Sejumlah warga Dusun Baban Tengah, Desa Mulyorejo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengaku tidak takut pada virus Corona, tetapi lebih takut anak mereka mengalami kelaparan.

Seperti yang disampaikan oleh salah seorang ibu rumah tangga yang bernama bu Iwan, saat dikonfirmasi suaraindonesia.co.id--jaringanSuara.Com, Rabu (01/04/2020). alasan demi memenuhi kebutuhan primer, perempuan ini tetap berjualan meski dikepung wabah Corona.

Kehidupan masyarakat begitu berat, tertekan ditambah lagi kelaparan dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Bansos yang diberikan tidak juga menyelesaikan persoalan. Bahkan sebagian tidak tepat sasaran, dan yang lebih parah lagi, dikalangan masyarakat muncul kecemburuan. Betul-betul bansos tak sesuai harapan.

Menyebarnya virus corona pada dasarnya bukan karena rakyat yang bandel karena tidak mematuhi kebijakan negara semata. Namun sebaliknya, justru pemerintahlah yang tidak mau memberlakukan karantina wilayah malah memilih menetapkan PSBB.

Padahal pilihan PSBB merupakan bukti nyata pemerintah tidak mau menanggung kehidupan rakyat. Rakyat dibiarkan mencari sesuap nasi sendiri ditengah merebaknya wabah. Bukannya kasihan dengan nyawa rakyatnya malah PSBB ini di buat ajang oleh pemerintah supaya perekonomian tetap berjalan. Astaghfirullahal’dziim.

/Bansos Ala Kapitalis, Miris/

Ketika pemerintah tak terima dituduh lepas tanggungjawab kepada rakyatnya, diberikanlah bantuan sebagai pelipur lara. Namun sayang bantuan tersebut tidak menyentuh seluruh lapisan masyarakat, padahal yang terkena dampak corona hampir seluruh masyarakat.

Seperti biasa pendataan yang tidak tepat, sistem birokrasi berbelit dan tumpang tindih membuat carut marut bansos dari pemerintah. Rakyat kecil yang seharusnya dapat bansos nyatanya banyak yang tidak mendapatkan alasannya karena telah mendapatkan bantuan lain sebelumnya.

Diberitakan oleh KOMPAS.TV - Seorang kakek bersama istrinya yang hidup dibawah garis kemiskinan mengaku tak mendapat bantuan dari pemerintah saat pandemi corona.

Dengan sisa kekuatan yang ada, Sukardi, kakek asal Ponorogo, Jawa Timur ini, tetap mengumpulkan kayu bakar untuk dijual. Selain itu, ia pun harus merawat sang istri yang menderita sakit komplikasi. Namun apa daya, mereka tak memiliki uang untuk mencukupi kebutuhan hidup, apalagi untuk berobat.

Sukardi juga kecewa, meski ia terdaftar sebagai keluarga tak mampu namun ia justru tak mendapat bantuan pemerintah untuk warga terdampak Corona.

Sementara, menurut Kepala Desa Sukardi memang tak mendapat bantuan dari program jaring pengaman sosial bantuan langsung tunai Covid-19, karena Sukardi sudah pernah mendapat program bantuan stimulan perumahan swadaya sebelumnya.

Begitu fakta yang terjadi, bantuan yang seharusnya bisa dirasakan oleh masyarakat, hanya karena aturan yang dibuat dan dengan syarat tertentu justru tidak dapat dirasakan sebagian masyarakat.

Selain itu, isi bansos yang tak seberapa hanya bisa menyambung hidup seminggu dua minggu. Setelah itu rakyat pusing kembali mencari sesuap nasi. Sudah tak menyentuh seluruh rakyat, isi bansos juga tak seberapa masih saja bansos ini digunakan sebagai kendaraan pencitraan. Sungguh terlalu!

Sudah banyak bukti-bukti bahwa pemerintah abai terhadap rakyatnya, pemerintah hanya membantu rakyat sekedarnya lalu diboomingkan seolah-olah telah melakukan banyak hal untuk rakyatnya.

Inilah watak asli pemerintah yang dihasilkan kapitalis demokrasi yang selalu menghitung setiap rupiah yang mereka keluarkan untuk rakyatnya. Pemerintah tidak ingin rugi. Rakyatnyalah yang harus berkorban untuk pemerintah bukan sebaliknya. Hal ini terlihat dari penanganan covid-19 yang tidak tepat.

/Kepemimpinan Islam Unik Dan Menarik/

Watak pemerintahan saat ini sangat bertentangan dengan pemerintahan didalam Islam. Seorang khalifah tidak akan bisa tidur nyenyak melihat rakyatnya kelaparan meskipun satu nyawa. Karena ia sadar bahwa satu nyawa rakyat bisa menyeretnya ke neraka bila tidak meriayah rakyatnya dengan benar.

Oleh karena itu seorang umar ketika menjabat sebagai khalifah, rela memanggul gandum bagi seorang wanita dan anak-anaknya yang kelaparan. Hal itu dilakukan, Karena Umar mengetahui bahwa ini adalah tanggungjawabnya.

Umar juga rela, hidup sebagaimana rakyatnya yang paling miskin. Termasuk rela memakan makanan sebagaimana makanan yang dimakan oleh rakyatnya yang paling miskin. Umar juga rela melewatkan waktu siang dan malamnya untuk mengurusi urusan rakyatnya. Dan rela turun kelapangan memantau langsung bagaimana kehidupan rakyatnya,agar supaya ketika ada persoalan bisa segera diselesaikan. Hal itu dilakukan karena umar sadar betul bahwa kepemimpinan itu adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah swt. Bukan karena pencitraan.

Begitulah seorang pemimpin dalam Islam. Bertanggung jawab terhadap rakyatnya dengan mengatur, melayani kebutuhan rakyat sesuai dengan hukum syara’. Memenuhi kebutuhan pokok akan sandang, pangan, dan papan, jika ada yang tidak mampu. Demikian juga melayani kebutuhan kolektif berupa kesehatan, pendidikan dan keamanan. Semua itu dijalankan dengan satu mekanisme mudah, murah bahkan gratis. Tanpa syarat dan aturan yang berbelit - belit.

Oleh karena itu jika pemerintah saat ini dicitrakan sebagai seorang umar maka dia harus melakukan apa yang pernah dilakukan Umar. Namun hal itu tidak akan pernah bisa terwujud. Karena seorang Umar tercipta bukan dari sistem demokrasi kapitalis namun dari sistem Islam. Oleh karenanya untuk menghasilkan pemimpin-pemimpin yang amanah harus menerapkan sistem Islam kaffah dalam bingkai khilafah.

Wallahu’alam BishawabBishawab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama