Ajeng Najwa, S.IP.
(Pengamat Politik dan Sosial
Sejak ajakan berdamai dengan Corona, presiden Jokowi kembali mengeluarkan statement untuk mulai beradaptasi dengan tatanan kehidupan baru atau New Normal. Sebenarnya apakah yang dimaksud New Normal? Ada apa di balik New Normal?
New Normal akan dinarasikan sebagai kehidupan baru yang menuntut masyarakat untuk beradaptasi dengan tatanan yang akan berubah menyesuaikan dengan adanya kasus covid19. Rencananya di awal Juni akan dibuka beberapa sektor bisnis jasa dan barang, disusul dengan dibuka kembali kantor-kantor perusahaan BUMN dan sejenisnya, hingga sekolah-sekolah dan tempat keramaian lain yang akan dioperasikan kembali. Sejak pelonggaran PSBB, adaptasi menuju New Normal mulai terlihat. Terbukti dari dibukanya bandara Soekarno Hatta, tersebar luas foto kondisi berjubelnya penumpang di dalam bandara, yang sudah sangat jelas manusia berdesakan tanpa memperhatikan protokol kesehatan. Sementara wabah sedang mengganas. Terbukti dengan temuan petugas bandara bahwa ada 40 orang positif corona (metro.tempo.com 8 Mei 2020)
Bagi yang akrab dengan kajian lintas ideologi, strategi new normal ini sangat akrab dalam pemerintahan ala kapitalisme. Dimana yang kita pahami pernyataan Sekjen PBB berikut ketika mencanangkan konsep new normal life, "Semua yang kita lakukan baik saat krisis maupun sesudahnya harus dengan fokus yang kuat untuk membangun ekonomi dan masyarakat yang lebih setara, inklusif, dan berkelanjutan yang lebih tangguh dalam menghadapi pandemi, perubahan iklim, dan berbagai tantangan global lainnya yang kita hadapi. (Muslimahnews.com 15 Mei 2020).
Selain itu, Kementerian Perekonomian mengeluarkan skenario "hidup normal" atau new normal. Skenario ini dibuat mulai awal Juni 2020 mendatang. Proposal dibuat oleh Ekonom Senior Raden Pardede Dipresentasikan pada Menko Perekonomian Airlangga Hartarto melalui conference bertajuk 'Road Map Ekonomi Kesehatan Keluar Covid-19'. (Mataram.tribunnews 13Mei2020)
Jika melihat pernyataan sekjen PBB dan menko Perekonomian, New Normal ditetapkan tidak lain hanya untuk menghidupkan kembali ekonomi yang hampir mati. Karena sejak mencuaknya kasus covid19, banyak usaha kecil skala mikro hingga makro yang gulung tikar dan mengalami penurunan pendapatan.
Padahal Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr Hermawan Saputra mengkritik persiapan pemerintah menjalankan kehidupan new normal. Menurut dia belum saatnya, karena temuan kasus baru terus meningkat dari hari ke hari (merdeka.com 25Mei2020)
Dr Hermawan melanjutkan, beberapa syarat yang harus dilalui agar bisa memberlakukan New Normal adalah, ada bukti penurunan / pelambatan kasus covid, adanya optimalisasi PSBB, masyarakat yang aware terhadap ketahanan tubuh, dan terakhir ada dukungan infrastruktur yang cukup untuk menunjang kehidupan baru ini. Akan tetapi, Indonesia belum secara merata mengalami perlambatan kasus covid19, PSBB pun malah dilonggarkan sehingga masyarakat berani keluar rumah dan berpotensi tinggi sebagai penular ataupun tertular. Himbauan agar masyarakat memperhatikan protokol kesehatan dalam kehidupan normal baru dengan menjaga kebersihan, menggunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan sangat tidak cukup. Maka jelaslah, skenario New Normal adalah wajah baru Herd Immunity yang sudah banyak diadopsi oleh negara kapitalis untuk melindungi sektor bisnisnya yang hampir punah. Tanpa sedikitpun peduli akan ratusan jiwa yang melayang akibat mudahnya tertular dan menularkan virus corona.
Bak seleksi alam, yang lemah akan tumbang. Sungguh bukan solusi yang humanis. Tidakkah mereka berpikir, bahwa harta hanya akan mudah dicari jika badan kita sehat? Untuk apakah mengejar keuntungan materi sementara badan semakin lemah dan pada akhirnya tak bisa menikmatinya?
Maka bersiaplah menghadapi gelombang kekecewaan rakyat yang merasa semakin didzalimi dengan kebijakan tak berperikemanusiaan ini. Semakin ditekan, mereka akan terus bergolak dan pada akhirnya menemukan sebuah sistem yang apik. Sistem yang akan menjunjung tinggi kemuliaan manusia daripada sekedar keberlimpahan materi. Itulah sistem hidup ala Islam. Sistem yang sempurna bersal dari Sang Khaliq, Pencipta manusia dan seluruh isi bumi ini. Sistem ala Islam dalam menyikapi wabah sangatlah tanggap dan cepat. Tak perlu berlama-lama dan tak perlu mematikan ekonomi banyak orang.
Pemerintahan ala Islam yang telah terbukti sukses menuntaskan segala permasalahan rakyat. Termasuk saat terjadi wabah semacam ini. Pada hadits Nabi, beliau ersabda, “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR al-Bukhari).
Ketika wabah terjadi di zaman Khilafah ‘Umar –saat itu wilayah wabahnya adalah Amawash–, Umar pun menaati syariat dengan melaksanakan prinsip hadis ini dengan membatalkan kepergiannya ke lokasi wabah.
Keputusan pemerintahan Islam untuk lockdown, akan diikuti oleh rakyat karena ketaatan mereka kepada pemimpin, terlebih mereka yakin bahwa Negara tak akan mengabaikan urusan rakyatnya. Pemerintahan yang disyariatkan oleh Islam akan menggunKan sistem ekonomi Islam yang memastikan sistem yang antiriba, moneter berbasis emas perak yang stabil nilainya, dan menempatkan izin Allah sebagai basis penentu kepemilikan, serta basis dalam pengelolaan dan pengembangan harta. Sehingga negara Islam memiliki cadangan dana yang besar untuk menanggung hidup rakyat yang terkena wabah. Jika hal ini diterapkan, maka rakyat terdampak akan tetap berada di rumah dengan hati yang tenang, krn seluruh kebutuham dasar telah dipenuhi oleh khalifah. Sehingga wabah akan cepat mengalami penurunan angka penularan, bahkan wabah akan lebih hilang teratasi. Masyarakat akan tenang, dan tak sampai mengalami penurunan ekonomi, karena kehidupan perekonomian akan tetap berlangsung pada daerah-daerah yang aman.
Begitulah cara cerdas menyikapi wabah ala Islam. Terbukti cepat, mudah, dan sangat efisien dibanding cara-cara pemerintah kapitalisme yang terbukti lamban, minim empati, dan tidak konsisten dalam mengeluarkan kebijakan. Saatnya kita kembali pada fitrah manusia yaitu Islam, yang taat pada seluruh aturan Sang Pencipta, Allah Al Mudabbir sekaligus Pengatur hidup kita.[]