Hilangnya Naluri Seorang Ibu dalam Sistem Sekular


Oleh: Nur Aliah, SKM
(Member Akademi Menulis Kreatif)

Memiliki buah hati adalah dambaan, terlebih bagi seorang istri. Mengandung, melahirkan, menyusuinya dan mengasuhnya adalah tugas yang sangat mulia. rasa sakit melahirkan dan lelahnya tak dihiraukan semua dilakukan dengan ikhlas dan karena nalurinya seabagi seorang ibu.

Namun apa jadinya jika seorang ibu kehilangan nalurinya dan justru menyebabkan bahaya dan bahkan akibat perbuatannya menyebabkan anaknya  meninggal? anak yang tak berdosa justru menjadi pelampiasan emosi ibunya.

Seperti kasus seorang ibu YN (20) ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan bayi berusia tiga bulan di Cianjur, Jawa Barat. YN membiarkan anaknya mengambang di bak mandi hingga tewas, ia kesal terhadap suaminya dan sakit hati membayangkan kejadian perselingkuhan suaminya ketika YN masi mengandung dulu. (28/09/2019).

Kasus lain, seorang ibu NP (21) menggelonggong anaknya ZNL (2,5) dengan air galon hingga tewas.  “Ia stress diancam diceraikan apabila anaknya ini dalam kondisi kurus tidak bisa gemuk, padahal kondisi ekonomi keluarga tidak memungkinkan memberi gizi yang baik” kata Kanit Reskrim Polsek Kebon Jeruk AKP Irwandhy Idrus. (DetikNews,25/10/2019).

Kasus di atas menambah daftar panjang kasus para ibu yang berlaku keji terhadap anak kandunya sendiri, ibu yang seharusnya mengasihi, mendidik dan menjaga anaknya bahkan yang seharusnya rela mengorbankan segalanya termasuk nyawanya sendiri justru sebaliknya. Mengapa hal demikian bisa terjadi, kemanakah naluri seorang ibu yang mencintai anaknya?

Beberapa kasus demikian ketika diusut selalu alasan ibu melakukannya adalah karena sakit hati dengan suaminya, depresi, ada konflik dalam rumah tangganya, dll.

Biasanya masyarakat dan pemerintah  menyimpulkan depresi adalah penyebab ibu tega melakukan hal-hal yang tak biasa bahkan sampai menghilangkan nyawa anaknya sendiri. Salah satu upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah dengan mengimbau para bidan desa untuk memantau ibu pasca persalinan untuk mencegah hal buruk akibat baby blues syndrom yang kerap dialami ibu pasca melahirkan.

Depresi adalah suatu kondisi medis berupa perasaan sedih yang berdampak negatif terhadap pikiran, tindakan, perasaan, dan kesehatan mental seseorang. Adapun penyebannya bisa bermacam-macam, namun intinya orang depresi adalah orang yang lemah dan putus asa dalam menghadapi kondisi yang tidak sesuai keinginannya.

Saat ini salah satu masalah terberat masyarakat adalah masalah ekonomi, harga kebutuhan pokok semaki mahal, tarif listrik naik, iuran BPJS naik dua kali lipat, biaya sekolah anak juga mahal, semua itu menjadi beban bagi sebagian besar masyarakt. Ditambah sulitnya mendapatkan pekerjaan sehingga banyak masyarakat yang jadi pengangguran.

Pengamat Ekonomi Imaduddin Abdullah mengungkapkan, ekonomi menjadi pemicu timbulnya stress di masyarakat, terutama di Indonesia. Dalam sejumlah kasus, Imaduddin menyatakan, faktor ekonomi bisa menjadi alasan seseorang bunuh diri atau berperilaku kriminal. (Republika.co.id)
Sekalipun mendapatkan pekerjaan namun tak sedikit yang harus menghela napas panjang karena imbalan yang diterima masih jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan tiap bulannya, atau kerja keras tak sebanding dengan hasil yang didapat.

Mengandung, melahirkan sampai mengurus anak dan pekerjaan rumah  sudah  menguras tenaga dan pikiran, namun istri juga harus ikut berfikir untuk mencari pekerjaan, agar dapat bertahan hidup dalam sistem kapitalis hari ini yang semua serba uang. Semua kesulitan ekonomi ini diakibatkan oleh kebijakan ekonomi Kapitalis yang diterapkan di negeri ini dengan aturan yang menguntungkan segelintir orang.

Indonesia juga menerapkan sistem pendidikan yang berbasis sekulerisme. Sebuah paham yang memisahkan antara agama dan kehidupan. Kurikulum pendidikannya tidak berlandaskan islam.
Akibatnya,  para siswa tidak mendapatkan pemahaman islam yang utuh, aqidah yang kokoh dan ketakwaan yang tinggi dalam menjalankan kehidupan. Sehingga, kondisi hidup yang sulit menyebabkan mereka depresi hingga melakukan hal-hal yang yang berakibat fatal. Termasuk seorang ibu karena tekanan hidup yang dihadapi dengan keimanan yang lemah ia tega melukai bahkan menghilangkan nyawa anaknya.

/Saatnya Kembali Pada Aturan Islam/

Semua problem ini tidak akan terjadi jika pemerintah menerapkan sistem ekonomi Islam. SDA Indonesia yang melimpah, akan mampu menyejahterakan seluruh rakyatnya. Para ibu yang hamil dan menyusui, ibu yang lemah dan miskin, akan mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Sebab dalam Islam, pemimpin bertanggung jawab terhadap seluruh rakyat. Dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Catatan sejarah telah memberikan bukti tentang hal ini.

Pada masa Khalifah Umar bin al-Khattab (634 - 644 M), ia biasa berpatroli keliling Madinah setiap malamnya. Satu malam  Umar bersama istrinya, membantu persalinan seorang ibu, sembari Umar menemani suaminya, hingga lahirlah bayi ibu tersebut. Pada malam lain, Umar mendapati ada anak-anak yang menangis kelaparan, lalu ibunya berpura-pura memasak, padahal hanya mendidihkan air, berharap agar anaknya yang kelaparan menunggu dan tertidur. Melihat itu, Khalifah Umar bersegera mengambil sekarung gandum yang beliau bawa sendiri dan diberikan kepada ibu tersebut. (Al-Bidayah wa an-Nihayah, 7/153-154).
Umar bin Khattab radhiallahu‘anhu menetapkan santunan dari Baitul Mal yang diberikan kepada setiap anak sejak mereka dilahirkan. Ia tempuh kebijakan ini demi menjaga dan melindungi anak-anak. Dan juga menyenangkan hati para ibu yang sedang menyusui (Thabaqat Ibnu Said, (III: 298); ar-Riyadh an-Nadhirah, (II: 389); dan ath-Thifl fi asy-Syari’ah al-Islamiyah).

Betapa mulia hati Umar, tanggungjawabnya sebagai pemimpin tak diragukan lagi.
Semua ini dilakukan karena kecintaan ia terhadap Allah dan RasulNya. Dan karena takutnya Umar terhadap ancaman siksa dari Allah swt. Sebab jika ada rakyatnya yang kesulitan, sementara dia lalai akan hal itu, maka dia harus siap mempertanggungjawabkannya  di hari akhir.

Selain penerapan sistem ekonomi Islam, sistem pendidikan juga merupakan hal mendasar yang harus menjadi fokus perhatian pemerintah. Sistem pendidikan dalam Islam berbasis akidah Islam. Bertujuan membetuk kepribadian Islam. Tercapainya tujuan pendidikan ini akan mencegah terjadinya berbagai tindakan kriminal atau kemaksiatan.

Para ayahnya merupakan ayah yang bertanggung jawab dan petarung di kancah dunia. Para ibunya merupakan sosok yang tangguh, termasuk orang yang mampu mencetak generasi unggul dan takwa. Bukan para ibu berhati keruh yang tega menghilangkan nyawa anaknya.
Semua itu hanya akan terwujud manakala Islam kembali dijadikan sebagai landasan hidup dalam menyelesaikan segala persoalan hidup.
Wallahua'lam bissawab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم