Cinta Hakiki Untuk Yang Dinanti



Endah Sulistiowati
Dir. Muslimah Voice

Dan tiadalah Kami (Allah) mengutus engkau (Muhammad), kecuali untuk menjadi rahmat bagi semesta alam (QS. Al-anbiya’ :lO7).

Ayat diatas begitu populer di kalangan umat Islam baik yang faqih atau yang awam. Tapi, semua satu kata bahwa Islam yang dibawa Rasulullah akan membawa rahmat bagi seluruh alam termasuk umat manusia. Setelah Rasulullah berhijrah ke Madinah praktis semua aturan kehidupan saat itu diatur dengan Islam, kemudian dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin dan patah Khalifah setelahnya. Hingga hampir 13 abad semua ter-cover oleh cahaya Islam.

Namun sayangnya, hal ini di kebiri oleh pemikiran relevan-tidak relevan, ada-tidak ada, baku-tidak baku, dsb. Sehingga sikap yang demikian itulah yang menjadikan umat Islam semakin jauh dari Islam itu sendiri. Islam menjadi asing bagi pemeluknya. Bahkan ajaran Islam dikerdilkan dengan istilah-istilah yang rancu dan manipulatif. Baik dari para pemimpin negara ini ataupun dari para ulama yang justru membelokkan arah berfikir umat.

Saat ini umat Islam membutuhkan pemimpin yang bisa membawa pada kebenaran hakiki, yang dia mau dan mampu menjadi junah (tameng) bagi umat, sehidup dia bisa berlindung dibelakangnya. Pemimpin yang murni mencintai rakyatnya dan rakyat mencintanya. Berbaur, sebagaimana Rasulullah tidak pernah menghadirkan batas, antara hubungannya dengan umat.

Kerinduan umat akan insan mulia tersebut semakin menjadi, ketika hanya untuk mengangkat panji-panjinya saja berbagai tuduhan keji dilayangkan. Hanya dengan menyebut khilafah saja harus berhadapan dengan lapisan aparat negara. Indonesia ini negeri muslim terbesar di dunia! Yang memiliki banyak Ulama, ada ribuan pesantren di sini. Kenapa tipis sekali pembelaan aparat negara terhadap Islam?

Cinta dan benci itu sebenarnya hanya tipis saja, hanya seperti dua sisi mata uang, namun sayangnya efeknya luar biasa. Maka jika seseorang mengaku dirinya muslim dan mengaku mencintai Rasulullah SAW, hari-harinya akan dipenuhi pembelaan untuk yang tercinta. Di satu sisi sholawat terus digaungkan, namun di sisi yang lain penolakan terhadap syariah terus disuarakan.

Padahal, setiap pengakuan bahwa kita mencintai Rasulullah, maka ada konsekuensi yang harus dipenuhi, yaitu mengambil seluruh syariah yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak pilih-pilih, atau mengambil yang satu tapi menolak yang lain. Karena syariah yang dibawa oleh Rasulullah adalah satu paket yang harus diambil dan diaplikasikan dalam seluruh aspek kehidupan. Inilah yang akan menjadi bukti cinta kita kepada Rasulullah SAW, apakah cinta kita hakiki atau cinta palsu.

Rasulullah SAW pernah bersabda :

فَوَ الَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

"Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah beriman dengan sempurna di antara kalian, hingga aku lebih ia cintai daripada ayahnya, anaknya, dan seluruh manusia”. (HR. Imam Bukhari dan Muslim).

Imam Nawawi dalam _Syarah Shahih Muslim_ menjelaskan hadis itu dengan berkata :

... قال القاضي عياض رحمه الله ومن محبته صلى الله عليه و سلم نصرة سنته والذب عن شريعته وتمنى حضور حياته فيبذل ماله ونفسه دونه

"...Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah berkata, 'Di antara bentuk kecintaan kepada Nabi SAW adalah menolong sunnahnya, dan membela syariatnya, dan menginginkan kehadiran kehidupan beliau SAW, hingga ia mencurahkan segala harta dan jiwanya untuk membela Rasulullah SAW”. (Imam Nawawi, _Syarah Shahih Muslim,_ Juz 2/15-16).

Jadi, bagi muslim yang mencintai Rasulullah SAW, haruslah membuktikan kecintaannya dengan mengikuti dan membela Syariah Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Itulah bukti bahwa dia lebih mencintai Rasulullah SAW dibandingkan manusia siapapun selain Rasulullah SAW.



*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama