Oposisi Bukan Karena Kursi?



Oleh: Yuyun Rumiwati

Posisi dan kursi telah terpenuhi.   Baik di legislatif pun eksekutif.  Lalu bagaimana langkah politik pihak oposisi.  Nasdem mulai mendekat ke PKS yang sejak awal oposisi.  Meski berbeda pandangan politik.  Tapi mereka ada satu kesamaan yaitu cinta kebangsaan begitu yang disampaikan tokoh parpol Nasdem.  Langkah selanjutnya Nasdem juga akan melakukan kerjasama PAN dan demokrat Demokrat.

Pengamat politik dari Universitas Paramadina Djayadi Hanan menilai manuver nasdem merapat partai oposisi ada kaitannya dengan persiapan pilpres 2024 (kompas.com, 3/11/2019).

Lalu,  bagaimana seharusnya seorang muslim  menyikapi kondisi tetsebut?

1. Konsisten Dengan Pandangan Islam

Langkah yang diambil bagi tiap mukmin adalah jelas,  cara pandangnya Islam pun langkah yang diambil konsisten dengan Islam.  Bukan pragmatis karena kepentingan sesaat. Tidak menjadikan fakta sebagai sumber hukum. Tapi justru fakta yang tidak searah dengan sumber hukum berusaha diubah agar selaras dengan apa yang diridhai pemilik alam,  manusia dan kehidupan ini.

Sejatinya seorang muslim bukan berfokus di oposisi atau semata. Tapi konsistensi dalam melakukan kewajiban amar ma'ruf nahi munkar lah yang mendorong untuk bersikap kritis pada penguasa. 

Semangat amar ma'ruf nahi munkar akan tetap berjalan.  Sehingga cukup jelas langkah politiknya.  Yaitu mengawal kebaikan,  dan melarang kemunkaran.  Dan sebesar - besar kemunkaran adalah kemunkaran sistem dan kebijakan penguasa.  Yang berdampak pada penzaliman banyak manusia.

2. Tidak terjebak Pragmatisme Politik Sekuler

Politik sekuler memandang bahwa tujuan politik ujung-ujungnya adalah meraih kekuasaan.  Tak heran bahwa suara dan kursi menjadi rebutan dalam kancah perpolitikan.  Idealisme pun kadang tergadai kan demi kepentingan pragmatis.

Karenanya langkah yang diambil sebagai oposisi bukan karena tak dapat kursi,  atau karena sebuah strategi untuk raih simpati dan kursi di pesta demokrasi ke depan. 

Jika hal itu terjadi maka umat tidak akan melihat kejernihan visi dan misi sebuah partai.  Selain hanya proyek cari muka dan simpati untuk raih kursi.  Jika demikian, apa bedanya dengan partai yang duduk di jajaran kekuasaan saat ini?  Cuma kesempatan berkuasa yang membedakan. 

3. Cerdaskan umat secara politik Islam. 

Partai atau individu yang sadar politik dan urgensitasnya pencerdasan politik umat. Akan istiqomah mengawal umat dengan cara pandang Islam dalam mengatur kehidupannya. Termasuk pengaturan kenegaraan. Inilah kekhasan parpol Islam dengan parpol sekuler. Karena Politik dalam Islam cara pengaturan urusan umat sesuai dengan syariat Allah. 

Ketidakpatan memahami makna politik.  Atau sempitnya memahami makna politik sekedar coblos mencoblos,  berebut kursi dan suara,  berakibat pada kebiasaan musiman mendekati umat.  Mendekat ketika pemilu menjelang.  Lalu,  pasca pemilu pun hilang. 

Lebih dari itu,  kelalaian dalam mencerdaskan politik umat akan mengantarkan pada bunuh diri politik umat.  Mengapa demikian?  Umat akan kian terjerumus dalam permainan politik sekuler Demokrasi.  Yang suaranya hanya sebagai alat meraup kursi.  Namun,  kebijakan yang diambil ketika berkuasa hanya untuk kepentingan para kapital pemilik modal.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama