Politik Nasi Goreng



Oleh: Ika Mawarningtyas
(Analis Muslimah Voice)

Politik nasi goreng adalah menciptakan narasi yang mencekam, menyeramkan, menarik seluruh perhatian publik dan menggorengnya berkali-kali, sampai mengaburkan peristiwa ataupun fakta yang sedang panas terjadi. (Ika Mawar, 26/7)

Sungguh realita yang terjadi di negeri ini sangatlah miris dan mengkhawatirkan:
1. Naiknya berbagai pajak dan munculnya pajak-pajak baru yang mencekik rakyat.

2. Isu APBN jebol menghantui negeri ini. Jelas jika APBN jebol, kemana negeri ini mencari suntikan dana kalo bukan dari utang? Padahal, utang negeri ini sudah di angka 5000 T lebih.

3. Banyaknya perusahaan negeri yang bertumbangan, dari Krakatau Stell hingga PT. Pos Indonesia terancam bangkrut.

4. Impor dijadikan solusi butuh pangan dan pembangunan ini telah mematikan perusahaan dalam negeri dan petani negeri. Dari petani beras, gula, garam, lada, rempah, sampai perusahaan baja semua terancam merugi bahkan bangkrut.

5. Dua puluh tiga proyek one belt one road yang telah diteken dengan China. Ini bahaya yang nyata, karena ada ancaman debt trap China yang menghantui. Bunga yang tinggi jika tak mampu bayar menjadi ancaman nyata, karena infrastruktur yang dibangun bisa diakuisisi oleh China.

6. Maraknya kejahatan seksual yang telah merusak generasi bangsa. Dari pemerkosaan, pedofilia, L68T, free sex, kumpul kebo, sodomi, dan lain-lain telah merusak jiwa dan akal bangsa ini.

7. Ancaman peredaran Narkotika dan penyakit HIV AIDS. 27000 pelajar Jateng terindikasi HIV AIDS, belum lagi yang kecanduan Narkoba berapa? Bahaya kecanduan narkoba dan penyakit HIV AIDS juga menjadi momok hancurnya generasi bangsa.

8. Korupsi yang kian ugal-ugalan. Banyak pejabat yang kena kasus korupsi karena mereka ingin mengembalikan modal kampanye. Selain itu, mereka korupsi memang untuk memenuhi syahwat politiknya.

Inilah secuil paparan kondisi akibat diterapkannya sistem Kapitalisme Sekuler, tapi penguasa negeri ini malah sibuk menggoreng radikalisme, Khilafah, bendera tauhid, ormas terlarang, anti Pancasila, dan lain-lain.

Ada upaya pengaburan kondisi negeri yang cukup mengkhawatirkan. Sehingga rakyat tidak fokus pada masalah ini, malah sibuk dengan masalah yang diada-adakan.

Radikalisme, narasi ini digunakan untuk menghantam dakwah Islam, padahal Islam tak pernah mengajarkan kekerasan. Jika amar ma'ruf nahi munkar dicap radikal, ini perbuatan sungguh dzolim dan melawan Allah Tuhan Semesta Alam.

Khilafah adalah ajaran Islam. Seolah ada upaya memonsterisasi Khilafah, padahal neokolonialisme China dan neoimperialisme Amerika di depan mata. Bendera tauhid adalah bendera yang bertuliskan lafaz tauhid, tetap saja digoreng ini bendera ormas terlarang dan lain-lain.

Narasi anti Pancasila yang dituduhkan kepada umat Islam yang mendakwahkan Islam kaffah, jelas ini juga fitnah. Karena Islam adalah ajaran tauhid, ber KeTuhanan Yang Maha Esa, kenapa dituduh anti Pancasila? Padahal mereka para koruptor suka bersembunyi di balik slogan Saya Pancasila dan Saya Saya lainnya.

Inilah pemandangan politik nasi goreng di negeri ini. Mengaburkan realita yang ada, dan memunculkan narasi gorengan untuk mengalihkan kejadian yang sedang panas. Wallahu a'lam. []

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم