Oleh: Rahmawati Ayu Kartini (Pemerhati Sosial)
Terbakarnya kapal motor Barcelona V di perairan Pulau Talise Minahasa Utara Sulawesi Utara, adalah kecelakaan transportasi laut ketiga kalinya sejak Juni.
Pada Minggu siang (20/7/2025) kapal Barcelona V terbakar hebat. Berdasarkan rekaman video Abdul Rahman Agus yang diunggah di media sosial, api menyala hebat di badan kapal.
Pada Senin (14/7/2025), kecelakaan angkutan laut juga terjadi di Selat Sipora, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Perahu panjang atau _long boat_ itu terbalik karena gelombang tinggi mencapai 3-4 meter. Armada tersebut mengangkut 18 penumpang dan semua dinyatakan selamat.
Sebelumnya Kapal Motor Penumpang Tunu Pratama Jaya mengalami kecelakaan dari pelabuhan Ketapang Banyuwangi Jawa Timur, menuju Gilimanuk, Bali. Tragedi ini terjadi di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025). Kecelakaan ini menewaskan 12 orang dari 65 penumpang. (kompas.id, 21/7/2025)
*Minim Pengawasan*
Menurut pengajar maritim Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Raja Oloan Saut Gurning, kecelakaan bisa karena faktor regulasi dan pengawasan. "Makin menggejala sejak sepuluh tahun belakangan. Nggak ada efek jera dan terus berulang. Seakan-akan macam-macam aspek keselamatan tidak dilakukan karena biaya operasional kapal tinggi dan dari pemerintah tidak dilakukan (pengawasan)," ujarnya.
Menurutnya, pemerintah terkesan hanya mengumpulkan berbagai masukan dan rekomendasi, tanpa ada perubahan nyata. Padahal pemerintah memiliki peran penting dalam memastikan keselamatan angkutan penyeberangan dan pelayaran dengan baik.
*Kelalaian berujung petaka*
Jangan sampai kapal penyeberangan menjadi perangkap kematian bagi masyarakat, akibat kelalaian.
Dekan Fakultas Teknologi Kelautan ITS, Setyo Nugroho menambahkan bahwa 90 persen kecelakaan pelayaran adalah kelalaian manusia. Aspek kelalaian itu misalnya, kurangnya pemeliharaan pada mesin dan struktur kapal. Penghitungan stabilitas muatan kapal tidak atau kurang cermat terhitung karena minimnya pengetahuan kru kapal. Setidaknya 80 persen kecelakaan kapal dipicu penanganan muatan yang tidak benar.
Cuaca ekstrem memang tidak bisa diabaikan, karena akan memicu gelombang tinggi dan empasan yang membahayakan stabilitas kapal. Maka, penting sekali untuk memperhatikan peringatan dari otoritas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Kecelakaan pelayaran, mengindikasikan sejumlah pemicu bersamaan yaitu cuaca buruk, pengoperasian kapal tak sesuai prosedur, dan kondisi mesin tidak andal. Namun, kapal tetap dinyatakan layak beroperasi. Penting untuk dilakukan evaluasi menyeluruh terkait prosedur dan sistem manajemen muatan, perawatan, inspeksi, pengelolaan navigasi serta cuaca.
*Solusi Islam untuk transportasi umum*
Dalam Islam, pemerintah (pemimpin) ibarat perisai untuk melindungi rakyatnya. Pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas pengurusan rakyat, di dunia dan akhirat.
Persoalan kecelakaan pelayaran atau kecelakaan transportasi umum lainnya tidak akan atau minim terjadi, jika pembangunan berfokus untuk melayani rakyat. Karena dalam Islam, kewajiban pemimpin adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Tiap jiwa muslim begitu sangat dihargai. Bahkan hancurnya dunia ini dianggap lebih ringan daripada hilangnya nyawa seorang muslim. Sebagaimana hadits berikut:
"Kehancuran dunia ini lebih ringan di sisi Allah daripada pembunuhan seorang muslim". (HR. An Nasa'i)
Atas dasar itulah, pelayanan terhadap transportasi umum begitu sangat diperhatikan dalam Islam. Khalifah Umar bin Khattab pernah berkata ketika melihat jalan yang rusak:
"Aku akan segera perbaiki. Sebab aku takut dimintai tanggung jawab di hadapan Allah nanti jika ada keledai yang terjungkal.."
Jika hewan saja diperhatikan keselamatannya, apalagi manusia. Inilah konsep Islam Rahmatan Lil Alamin, memberikan rahmat bagi lingkungan.
Pemimpin lainnya, yakni Sultan Abdul Hamid II Khalifah dari Turki Utsmani, pernah membangun rel kereta api Hijaz yang menghubungkan ibukota Kesultanan Turki Utsmani saat itu (Istambul) hingga ke Mekkah dan Madinah. Salah satu tujuan utama pembangunan rel kereta adalah untuk memudahkan perjalanan jama'ah haji yang awalnya berminggu-minggu menjadi beberapa hari saja.
Dan juga saat itu banyak penculikan jama'ah haji yang berangkat lewat laut. Untuk meminimalisir bahaya pada umat Islam, Sultan berinisiatif membangun jalan kereta api.
Teladan dari para Khalifah umat Islam ini, mestinya menampar sistem operasional transportasi umum di negeri ini. Iman dan takwa-lah yang membuat keseriusan dan kehati-hatian muncul. Baik itu dari pemimpin atau pejabat dan petugas transportasi umumnya.
Nyawa rakyat begitu berharga. Rakyat bukan sekedar angka yang bisa dihitung jumlahnya jika menjadi korban kecelakaan. Hukum dan regulasi buatan manusia terbukti tidak tuntas dalam menyelesaikan masalah. Hanya syariat Islam saja solusi tuntas dalam persoalan transportasi umum. Karena Islam adalah dari Allah, aturan sempurna untuk kehidupan manusia.
Wallahu a'lam bishshowab.[]