Oleh: Etik Pibriani
Di tengah situasi perpolitikan yang masih panas akibat ketegangan di Timur Tengah dan juga tingginya tensi politik di Asia Selatan antara Pakistan dan India, muncul berita yang membuat warganet heboh.
Berangkat 32 pulang 47, apaan sih itu??
Yaaa.... itu adalah hasil kesepakatan akhir tarif impor, perang dagang yang dimulai oleh Amerika terhadap Indonesia!
Amerika mencoba menunjukkan kembali taring hegemoninya sebagai adidaya kapitalis di dunia. Amerika memulai perang tarif, perang dagang dengan hampir seluruh negara-negara di dunia. Secara sepihak Amerika menerapkan tarif resiprokal yang tinggi terhadap negara-negara lain dan tarif yang sangat tinggi terhadap negara yang menjadi target Amerika.
China adalah salah satu negara target Amerika, dengan tarif yang dikenakan sebesar 145% atas barang-barang yang diimpor dari China. Tentu saja China tidak tinggal diam. China membalas menaikkan tarif sebesar 125% untuk barang-barang impor dari Amerika. Pertempuran dua raksasa ekonomi ini memang 'gila-gilaan'. Siapa yang mampu bertahan dia yang akan menang.
Beda China, beda Indonesia. China melawan kekuatan dengan kekuatan. Sedangkan Indonesia melawan kekuatan dengan pelunakan. China percaya diri dengan kemampuan ekonomi dan finansialnya. Mereka menekan balik kebijakan Amerika, dan menyebabkan penurunan ekonomi Amerika sampai 0.3 persen di kuartal pertama 2025.
Lalu apa yang ditawarkan Indonesia?
Indonesia menawarkan pelunakan.
Agak mengherankan memang, tapi inilah yang terjadi. Dengan harapan akan ada pelunakan yang sama (penurunan) terhadap tarif 32 persen atas Indonesia. Pelunakan yang ditawarkan Indonesia diantaranya penurunan tarif impor atas barang dari Amerika, penambahan kuota impor gandum, LPG, dan beberapa komoditas impor lainnya.
Lalu apa hasilnya?
Yaa..itu tadi.... Dari 32 persen tarif impor, menjadi 47 persen. Kenaikan yang hebat !
Delegasi Indonesia dipimpin langsung oleh Airlangga Hartarto selaku Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian. Ada juga Sri Mulyani selaku Menkeu, dan terlibat juga dari Kementerian Luar Negeri (Menlu) dan Kementerian Perdagangan (Mendag).
Secara personal, delegasi Indonesia terdiri dari orang berkelas, berpengalaman, berpengaruh dan tidak kaleng-kaleng. Tapi mengapa hasilnya 'zonk' ??
Bahkan Trump sempat melontarkan tuduhan bahwa negara-negara berkembang (termasuk Indonesia-red) sebagai "licker ass", atau penjilat pantat. Atau bahasa kita mungkin.... semisal peminta-minta atau pengemis-ngemis kebijakan. Aduh...,betapa malu rasanya.
Beda hasil China, beda hasil Indonesia. China mampu menekan Amerika sehingga memberlakukan penundaan tarif selama 90 hari dan menurunkannya menjadi 115 persen. Sedangkan Indonesia dari 32 persen menjadi 47 persen. Indonesia di 'jagal' di meja perundingan AS.
AS menyebut sistem pembayaran Indonesia melalui QRIS dan GPN, telah membatasi akses pembayaran via lembaga keuangan AS seperti MasterCard dan Visa. Dan ini adalah "pelanggan" menurut AS, dan Indonesia harus dihukum (dieksekusi) karena pelanggan ini.
Amerika Vs Indonesia.
Tentu bukan lawan main yang seimbang. Amerika adalah negara kapitalis dengan ideologi kapitalismenya, punya visi dan misi yang jelas dalam setiap kebijakan. Termasuk kebijakan perdagangannya. Sedangkan Indonesia hanya negara pembebek kapitalis. Pastinya visi dan misinya mengikuti induknya, AS. Tidak akan banyak yang berubah dari Indonesia, tidak akan banyak perlawanan dari Indonesia.
Negara ideologis (kapitalis) harus dilawan dengan negara ideologis juga. Itu kunci permainannya. Dan Amerika sangat memahami hal ini. Amerika tidak akan membiarkan negara lain muncul dengan karakter ideologisnya. Baik itu ideologi Islam maupun ideologi Sosialis.
Pilihan untuk melawan negara kapitalis (AS) memang hanya ada dua, yaitu dengan ideologi Sosialis , atau ideologi Islam.
Kita mau pilih mana ?
Itupun kalau kita ingin memenangkan permainan ini.
Jika tidak, status negara pembebek rasanya juga sudah cukup.
Ideologi Sosialis vs Ideologi Kapitalis vs Ideologi Islam
Ini baru lawan main yang seimbang. Ideologi sosialisme diwakili oleh Uni Soviet yang sudah runtuh pada tahun 1991 setelah berkuasa selama 69 tahun. Tidak banyak peninggalan sejarah yang dihasilkan uni Soviet karena singkatnya masa berkuasa. Tetapi jejak kekejaman pada masa Lenin dan Stalin masih tercatat dalam lembaran sejarah peradaban manusia.
Ideologi kapitalisme direpresentasikan oleh AS sejak tahun 1924 sampai saat ini, kurang lebih telah berlangsung satu abad lamanya. Kita bisa merasakan secara langsung bagaimana ideologi ini diterapkan atas kita. Memang terjadi modernisasi di segala bidang. Namun tidak kita pungkiri terjadi juga kemerosotan moral, rusaknya akhlak penguasa, kejahatan, kriminalitas, kemiskinan, mahalnya biaya hidup, kecurangan para kapitalis, penguasaan sekelompok orang atas mayoritas manusia, distribusi harta yang tidak merata, dan seabrek persoalan lainnya sebagai dampak penerapan sistem kapitalisme.
Ideologi Islam diwakili oleh kekhilafahan Islam yang kekuasaannya terbentang luas hampir 3/4 dunia, dan berlangsung selama berabad-abad lamanya mulai dari Rasulullah hijrah sampai tahun 1924 ditandai dengan runtuhnya Kekhilafahan Turki Usmani. Peninggalan sejarah Islam bermacam-macam jenisnya, mulai dari sains, teknologi, matematika, kedokteran, seni, arsitektur, sastra, astronomi, dan masih banyak lagi. Ideologi ini unik dan khas, membawa kesejahteraan, pemerataan, keadilan, keamanan, dan membentuk peradaban yang mulia, sehingga diterima oleh manusia sampai berabad-abad lamanya.
Nah... jika mau memenangkan permainan tingkat dunia, haruslah mengambil Ideologi Islam ini. Terbukti berjaya dan diterima oleh manusia.
Indonesia, tentukan pilihanmu sekarang juga !
Wallahu'alam bishowab.