Film Sejarah Khilafah dan Nusantara Diblokir!? Penguburan Sejarah dan Kekalahan Intelektual

 


Oleh : Karina Larasati


Film “Jejak Khilafah Di Nusantara” merupakan film dokumenter sejarah pertama di Indonesia yang telah tayang perdana pada hari Kamis, 20 Agustus lalu. Film yang diproduksi oleh Komunitas Literasi Islam bersama dengan beberapa peneliti sejarah salah satunya Ricko Pandawa ini film dokumenter sejarah yang bersumber dari data sekunder dan data primer dengan langsung tim produksi turun langsung ke tempat bersejarah atau wawancara ahli sejarah.


Tentu mengenai film dokumenter sejarah pasti isinya banyak membahas mengenai fakta-fakta sejarah. Dan dalam film pun dijelaskan secara runtut alur sejarah yang berkaitan semenjak jaman kenabian, hingga bagaimana Islam masuk dan menyebar di Indonesia. Tim produksi menyatakan tujuan film ini disusun adalah untuk mengedukasi ummat mengenai sejarah Indonesia yang nyata adanya namun jarang dipelajari, karena sejarah merupakan kebenaran yang tidak dapat ditutupi. Selain itu Ust Ismail Yusanto sebagai pengurus Komunitas Literasi Islam juga menyampaikan dalam pembukaan premier film JKDN bagaimana cara yang benar bagi masyarakat untuk menyikapi sejarah, yakni jangan hanya digging the past, namun juga harus digging the truth. Artinya apabila melihat sejarah jangan menggali fakta sejarah, namun fakta kebenaran.


Namun niat baik tim produksi film ini tidak disambut baik oleh pihak tertentu, lantaran pada saat live streaming berlangsung link pemutaran film hilang dengan menyertakan tulisan bahwa film itu diblokir oleh pihak negara atau pemerintah. Tidak hanya sekali ini terjadi selama pemutaran film, namun beberapa kali. Padahal jelas sudah isi film dari awal ditayangkan tidak ada unsur lain selain cerita sejarah Indonesia. Hal ini pun menuai kritik dari penonton, salah satu komentar bertanya heran apakah ada hal yang porno atau tidak lulus sensor atau bagaimana? Karena selama menonton tidak ada apa apa selain cerita sejarah. Kritik lain pun muncul dari wakil sekretaris jenderal (Wasekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain sebab adanya pemblokiran ini, beliau menyatakan “Dengan ini saya meminta jawaban resmi dari pak @jokowi sebagai Presiden RI, Yai Ma’ruf Amin dan pak @mohmahfudmd: Apa alasan Keluhan Pemerintah atas Video Jejak Khilafah sebagai Sejarah? Apakah ada hukum negara yang dilanggar? NKRI negara hukum, tidak oleh sewenang wenang…!” tuturnya. 


Bila melihat fakta, jelas terlihat bahwa pemblokiran film ini merupakan upaya penguburan sejarah yang dilakukan secara sistemik. Namun semua opini penguburan sejarah terawab sudah dengan penjelasan terkait sejarah Kesultanan Demak yang berhubungan dengan Turki Utsmani.


1) Bukti kontak Kesultanan Demak (1482-1549) dengan Turki Utsmani tidak bisa hanya dibatasi pada dokumen-dokumen di Arsip Turki Utsmani saja, juga tidak bisa dibatasi masa Sultan Fatah saja (1482-1518). Sehingga penelitian parsial tersebut tidak bisa digeneralisir untuk kesimpulan umum. Bukti adanya hubungan Kekhalifahan Turki Utsmani dengan Kesultanan Demak melalui Kesultanan Aceh bersumber dari bukti dan saksi sejarah yang juga diakui beberapa sejarawan Barat. 


2) Daulah ‘Aliyah ‘Utsmaniyah yang sezaman dengan Kesultanan Demak dipimpin Sultan Muhammad Al-Fatih (1444-1446 & 1451-481), Sultan Bayazid II (1481-1512), Khalifah Utsmani Pertama: Yavuz Sultan Salim (1512-1520) dan Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M).


3) Kesultanan Demak dipimpin oleh Sultan Fattah (1482-1518 M), Pati Unus (1518-1521), Sultan Trenggono (1521-1546) dan Sunan Prawoto (1546-1549).


4) Setelah dibukanya Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Al-Fatih (20 Jumadil Awwal 857 H/29 Mei 1453) dan didobraknya Roma Italia melalui Otranto (1480), Ferdinand-Isabella melakukan pemaksaan dan pembunuhan terhadap orang Islam dan Yahudi di Andalusia hingga runtuhnya Granada (1492). Paus Alexander VI merestui Perjanjian Tordesillas (1494) yang membagi dunia menjadi 2 bagian, Katolik Spanyol diberi wewenang dunia Barat sedangkan Katolik Portugal diberi wewenang dunia Timur. Inilah awal kolonialisme-imperialisme Kristen Barat terhadap banyak wilayah Islam (Kesultanan) yang minta bantuan Kesultanan ataupun Khilafah Turki Utsmani (1517). 


5) Saksi sejarah Fernao Mendez Pinto (1509-1583) yang pernah bertemu langsung dengan Fatahillah dan Sultan Trenggono di Jawa, memberitakan dalam buku Historia oriental de las Peregrinaciones de Fernand Mendez Pinto portugues, bab 178 (Anarchy in Demak), halaman 392,” They (Minhamundy) fell upon their enemies who at that time were busy dismantling the camp, dealing with them in such a way that in the space of half or an hour, which was as long as the full fury of the battle lasted, twelve thousand men were cut down in the field, two king sand five pates were captured, along with three hundred TURKYS, Abyssinians, and Achinese, as well as their caciz Moulana, the highest digtinary in the Moslem sect, on whose advice the Panguerirao had come there. In addition, four hundred vessels that were beached at the time, with the wounded aboard, were set afire, so that the entire camp was nearly devastated. Withdrawing safely once again, with his ranks depleted by only four hundred men, he let them embark that same day, which was on the ninth of March..” Lihat:  Historia oriental de las Peregrinaciones de Fernand Mendez Pinto portugues, bab 178 (Anarchy in Demak), hlm.392. Fernao Mendez Pinto pada halaman 382,” King of Demak, emperor of all the islands of Java, Kangean, bali, madura and all the other islands in this archipelago. (Raja Demak, kaisar dari semua pulau Jawa, Kangean, bali, madura dan semua pulau lainnya di nusantara ini.)


6) H.J. De Graaf & Th. Pigeaud (Kerajaan Islam Pertama di Jawa, hlm. 89) bersumber dari buku Da Asia jilid VIII bab 21, menyebut berita dari De Couto, orang Portugis bahwa,”Raja Aceh yang gagah berani, Ala’u Addin Syah pada pertengahan abad ke-16 telah mengirim utusan untuk meminta bantuan dari O rey de Dama, Imperador do Java (Raja Demak yang menjadi Maharaja Jawa). Tujuannya adalah untuk melakukan penyerangan terhadap kafir Portugis di Malaka dengan ekspedisinya. Sunan Prawoto menetapkan tekadnya untuk menguasai tanah Jawa seluruhnya, meniru Sultan Turki (Sulaiman Al-Qanuny) dengan menyatakan bahwa,” Apabila usaha ini berhasil, saya akan menjadi Segundo Turco (menjadi Sultan Turki kedua).


7) C. Guillot, Ludvik Kalus, Willem Molen dalam buku Inskripsi Islam tertua di Indonesia, halaman 177 menyebutkan ahli meriam (Khoja Zaenal, muallaf asal Portugis),”F. Mendes Pinto yang menyebutkan keikutsertaan ORANG-ORANG TURKI dalam pertempuran antara Aceh melawan Batak dan Kerajaan Aru sekitar tahun 1540. Menurutnya, ahli-ahli meriam Turki dan Aceh juga membantu kekuatan Islam di Demak sewaktu kota Panarukan dikepung mereka pada tahun 1546…”. Meriam Ki Amuk dan Ki Jimat foto dan wujudnya masih ada buktinya di Banten sampat saat ini.


8) Andre Wink.2003. Indo-Islamic Society : 14th-15th Centuries, hlm.233 menuliskan,” Serang  river which entered the sea between Demak and Japara. This river remained navigable until far into the eighteen century for smaller vessels, at least up to Godong. So that he himself will become another SULTAN OF TURKEY”. “Trenggono assumed the title of Sultan about 1524 M with authorization from Mecca, destroying the remnants of Majapahit four year later. According to a Portuguese observer who visited Java in the 1540, ‘his aim’ to Islamicise all the surrounding peoples. (Sungai Serang yang masuk ke laut antara Demak dan Japara. Sungai ini tetap dapat dilayari hingga abad kedelapan belas untuk kapal-kapal kecil, setidaknya hingga Godong. Sehingga dia sendiri (Sutan Trenggono) akan menjadi Sultan Turki lain. Trenggono menyandang gelar Sultan sekitar tahun 1524 M dengan otorisasi dari Mekah, menghancurkan sisa-sisa Majapahit 4 tahun kemudian. Menurut seorang pengamat Portugis yang mengunjungi Jawa pada tahun 1540, 'tujuannya' untuk mengislamkan semua orang di sekitarnya).”


Dan masih banyak lagi bukti valid sejarah keterkaitan nusantara dengan Khilafah. Bagaimana mungkin kita memungkiri fakta sejarah ini. Maka pemblokiran ini merupakan hal yang tak berlasan dan merupakan bukti nyata hipokrisi demokrasi sebab kekalahan intelektual. Kekalahan intelektual jelas terlihat dari argumen tak masuk akal mengatakan bahwa tidak ada bukti keterkaitan Kekhilafahan Turki pada masa itu dengan Nusantara, karena sudah cukup jelas film ini memberikan bukti konkrit letak lokasi peninggalan sejarah tanggal, bahkan tahun dan alur yang sesuai dengan cerita sejarah hubungan Khilafah dengan Nusantara yang ada di Indonesia. Penguburan sejarah ini juga menjadi kejahatan yang tersistem dan kita tetap harus mengatakan kebenaran, sebab Allah memerintahkan kita untuk menyeru kebenaran dan menentang kedholiman. “Sampun mirsani nopo dereng?” Allaahu akbar![]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم