Oleh : Ummu Brilliant
(Anggota Komunitas Setajam Pena)
Pandemi Corona di negeri tercinta seolah tak mau sirna. Sudah berbulan-bulan dan menempuh berbagai kebijakan, tetapi jumlah kasus kian bertambah. Dengan dalih agar ekonomi berjalan atau tidak stagnan, mulai akhir April lalu pemerintah mencanangkan kebijakan "new normal". Yakni tatanan kehidupan baru di era pandemi, dan ditandai dengan mulai dibukanya transportasi umum, pasar maupun mall-mall secara bertahap, dan tetap dengan mematuhi protokol kesehatan.
/Kebijakan Tak Tepat/
Seperti diberitakan vivanews, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, mengungkapkan bahwa produktif di tengah pandemi virus Corona (covid-19) atau masa normal baru, semakin beresiko di sejumlah daerah. Juru Bicara Khusus Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan itu dikarenakan masih cukup tingginya penyebaran wabah COVID-19 di sejumlah daerah di Indonesia. Berdasarkan wilayah, penyebaran di Jawa Timur masih tertinggi dengan 413 kasus baru, DKI Jakarta 223 kasus baru, Sulawesi Selatan 195 kasus baru, Jawa Tengah 110 karus baru, Bali 91 kasus baru dan Jawa Barat 88 kasus baru.
Dapat dipastikan bahwa kasus akan kian meningkat, mengingat kurangnya edukasi serta tingkat kedisiplinan masyarakat yang masih rendah. Sebagaimana kita ketahui ketika diberlakukan karantina saja masyarakat masih abai dengan aturan, meski memang mereka punya alasan kuat untuk keluar rumah. Yakni tetap mengais rezeki di tengah wabah yang terjadi, karena memang tidak dicukupinya kebutuhan rakyat oleh pemerintah. Harusnya kebijakan pemberlakuan new normal ini dikoreksi lagi oleh pemangku kebijakan.
Terlebih saat ini mulai dibukanya sektor pariwisata, dipastikan kian memperparah kondisi. Bagi sebagian orang yang sudah jenuh di rumah saja, tentu ini momen yang tepat untuk meluapkan rasa yang terpendam karena kondisi. Seperti mendapat angin segar mereka berduyun- duyun memadati tempat wisata. Meski tetap dengan syarat mengikuti protokol kesehatan yang ditentukan. Mulai dari pemeriksaan suhu badan, cuci tangan sebelum masuk area, dan tetap memakai masker.
Keadaan yang sangat menyesakkan dada, khususnya bagi petugas kesehatan. Mereka yang sedari awal getol melakukan edukasi ke masyarakat dan memberikan masukan kepada pemerintah seolah hanya angin lalu saja. Dan ternyata sia-sia, karena selain kebijakan yang mendukung, mereka pun memilih mementingkan nafsu untuk memuaskan dahaga berwisata di tengah pandemi. Mereka seolah tak peduli dengan bahaya yang mengintai, yang bisa membahayakan dirinya dan orang di sekitarnya. Kondisi yang dikhawatirkan berbagai pihak dan bahkan sudah diprediksikan beberapa waktu lalu oleh para ahlinya.
Anehnya, pemerintah beranggapan naiknya kasus hanya karena tes yg semakin massif, bukan karena TIDAK diputusnya rantai sebaran. Seolah sesuatu yang wajar, bahkan dianggap prestasi karena pemerintah menunjukkan sudah melakukan tes ke lebih banyak orang.
Disisi lain pemerintah mengatakan anggaran kesehatan untuk penanganan Covid-19 yang sebesar Rp87,55 triliun tidak akan bertambah hingga akhir tahun walaupun kasus positif Covid-19 saat ini semakin banyak dengan jumlah penambahan rata-rata per hari di atas 1000 kasus.
Nampak sekali kebijakan tak tepat yang diambil dan seharusnya menjadi koreksi. Karena justru program pelonggaran PSBB lah yg seharusnya dievaluasi. Dan pemerintah segera membuat terobosan penanganan termasuk meningkatkan anggaran penanganan.
/Solusi Islam/
Demikianlah jika aturan kapitalis sekuler yang masih diterapkan di negeri kita tercinta. Sesaat seolah memberikan solusi namun nyatanya hanya ilusi. Berharap dapat menyelesaikan masalah tapi malah menimbulkan masalah baru. Inilah tabiat buruk sistem atau aturan buatan manusia. Bagi mereka yang terpenting dan utama adalah mendapatkan manfaat atau keuntungan yang besar meski harus mengorbankan rakyatnya. Terbukti dari kebijakan yang mereka ambil. Lebih penting menyelamatkan ekonomi dibanding menyelamatkan rakyatnya.
Tentu hal ini berbeda dengan Islam. Islam adalah agama yang benar dan sempurna serta paripurna dalam memberikan solusi atas setiap permasalahan manusia. Karena memang datang dari Yang Maha Sempurna, Pencipta sekaligus Pengatur seluruh urusan makhlukNya. Dan sudah barang tentu Dia-lah yang mengetahui sedetail- detailnya tentang semua ciptaanNya.
Dalam Islam, jikalau terjadi wabah di suatu wilayah, maka penguasa akan segera mengambil kebijakan yang cepat, tepat dan solutif. Yakni dengan melakukan karantina wilayah tersebut. Penduduk di wilayah itu dilarang keluar dan penduduk dari luar wilayah juga dilarang masuk ke wilayah itu. Dari sini dipastikan dapat memutus rantai penyebaran penyakit.
Tidak cukup sampai disini, bagi rakyat di daerah wabah mereka akan benar-benar diriayah oleh penguasa. Mulai dari pemeriksaan secara menyeluruh kepada semua rakyat, agar dapat dipisahkan antara yang sehat dan yang sakit. Untuk yang sehat mereka akan diedukasi serta diberikan perawatan untuk meningkatkan stamina atau kekebalan tubuh agar terhindar dari penyakit.
Bagi yang sakit, mereka akan dipisahkan dan dirawat secara gratis hingga benar-benar sembuh. Dan penguasa menjamin semua kebutuhan rakyat di wilayah yang terdampak wabah sebagai konsekuensi dari karantina.
Dan bagi penduduk di luar wilayah yang tidak terdampak wabah, maka mereka diperbolehkan beraktivitas seperti biasa agar roda ekonomi tidak terganggu. Disisi lain para ilmuwan dan ahli akan diberikan kesempatan dan difasilitasi untuk melakukan penelitian agar segera didapatkan vaksin maupun obat bagi wabah yang sedang menjangkit.
Demikianlah Islam memberikan solusi atas setiap permasalahan. Dalam hal ini yang berkaitan dengan penanganan wabah. Semoga kita semua segera sadar untuk segera kembali pada Islam kaffah. Karena yakin dengan Islam kaffah akan membawa berkah. Dan hanya dalam naungan Daulah Islam-lah, satu-satunya institusi yang bisa menerapkan Islam kaffah dalam setiap lini kehidupan. Hingga benar- benar dapat kita rasakan Islam yang rahmatan lil 'alamin.
Wallahu'alam bishowab.[]