Setelah Damai Dengan Corona Kurva Melandai, Mungkinkah?


Oleh : NS. Rahayu

Kebijakan pemerintah pusat yang menetapkan pelonggaran PSBB dengan semboyan hidup berdamai dengan corona membuat semuanya ambyar seketika, segala upaya pemerintah daerah, tenaga medis dan masyarakat yang di rumah saja menjadi sia-sia belaka.

Pemerintah pusat bukannya berupaya untuk menghentikan laju penyebaran si cantik nan kejam covid 19 ini, justru berusaha untuk menjamurkan dan menyebarluaskan virus dengan kebijakan yang sangat tidak masuk akal, berdamai dengan corona.

Hingga jagad twiter trending dengan tagar Indonesia terserah, dikarenakan rasa kecewa para tenaga kesehatan dan masyarakat. Sebab pelonggaran itu akan membuat masyarakat beraktivitas seperti biasa kembali tanpa mempedulikan sedang masa pandemi.

Sebaimana yang dilansir Radarmadiun.co.id Bundaran Taman Praja di Jalan SerayuTimur adalah pilihan favorit warga Madiun untuk ngabuburit dan menjadi pasar tumpah setiap ramadhan, tak terkecuali di masa pandemi.  Priyo, warga setempat prihatin dengan keramaian itu, Seperti ambyar begitu karena masih masa pandemi.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Madiun Gaguk Hariyono menegaskan tidak ada larangan berjualan untuk pasar modern dan tradisional. Termasuk pedagang kaki lima (PKL) di Bundaran Taman Praja selama mematuhi aturan yaitu harus jaga jarak, menyediakan tempat cuci tangan, pakai masker, dan tidak menyediakan tempat duduk.
Pada dasarnya kebijakan tersebut diambil karena negara tidak punya dana untuk memberikan jaminan hidup rakyatnya ketika memberlakukan lockdown. Upaya program jaring sosial yang sebelumnya digembor-gemborkan oleh pemerintah pada akhirnya menjadi guyonan oleh masyarakat.

Sudahlah tidak merata secara keseluruhan, bantuan yang diberikan justru terkesan setengah hati dan rumit. Sehingga rakyat dibiarkan untuk mencari nafkah sendiri ditengah pandemi dan tenaga medis dibiarkan untuk berjuang sendiri.

Rakyat Ibarat Tinggal di Belantara

Maka pelonggaran ini seperti berada di rimba belantara, hukum rimbalah  yang  berlaku. Siapa kuat pasti mampu bertahan hidup dan yang lemah akan mati atau menjadi santapan si raja rimba sendiri, seleksi alam yang berlaku!

Kebijakan pelonggaran PSBB merupakan siasat PemPus supaya ekonomi negara berjalan, ketika ekonomi tetap berjalan yang diuntungkan bukan rakyat tapi pemerintah, pemerintah mendapatkan pendapatan dari sektor ekonomi riil dalam sektor kecil.

Pemerintah beranggapan bisa mendapatkan retribusi dari pedagang PKL (pedagang kaki lima)  dan  dalam sektor besar pemerintah mendapatkan pajak dari pabrik-pabrik  yang beroperasi, sehingga PHK bisa ditekan, masyarakat tetap pegang uang secara otomatis tingkat konsumsi akan kembali membaik.

Semua dilakukan agar sektor ekonomi tetap berjalan dengan mengabaikan kesehatan rakyat. Padahal tanpa lockdown sangat mustahil penyebaran virus ini akan berhenti. Dan pemerintah sangat terlihat tidak akan melakukan lockdown justru meminta kita berdamai dengan corona.

Kurva Melandai Tanpa Lockdown, mungkinkah?

Saat wabah belum menampakkan tingkat penurunan dan PSBB masih berlaku, rakyat sudah disuguhi kebijakan pelonggaran PSBB dan jajaran penguasa menyatakan pandemi saat ini dengan kurva melandai. Mungkinkah?

Sebagaimana yang dilansir Bisnis.com (10/5/20) , Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai rencana pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada awal Juni harus kembali dikaji. Apabila pasien dalam pengawasan (PDP) masih terus menunjukkan tren peningkatan hingga akhir Mei 2020, pelonggaran PSBB masih belum saatnya dilakukan atau prematur.

Kurva melandai itu ternyata tidak terjadi, justru terjadi peningkatan kasus baru covid 19. Dari Tribunnews.com (25/5/20) info terupdate per 25/5/20 di Surabaya, Jatim berdasarkan data yang dilansir dari laman lawancovid_19.surabaya.go,id dan infocovid19.jatimprov.go.id, kasus positif corona meningkat sebanyak 48 kasus sehingga kini menjadi 1975 kasus.

Pelonggaran PSBB menjadi bukti betapa kejamnya sistem kapitalis atas nama ekonomi yang menumbalkan nyawa rakyat.
Solusi Islam Mengatasi Masalah Tanpa Masalah Baru
Hal ini sangat bertolak belakang dengan islam. Islam mempunya aturan yang komplit, islam mewajibkan lockdown bagi wilayah yang terkena wabah sejak awal kemunculannya. Karantina total wilayah wabah dilakukan  untuk mencegah penyebaran lebih jauh ke wilayah lainnya
Rasullah, SAW bersabda : Jika kalian mendengar wabah di suatu wilayah, janganlah kalian memasukinya. Jika wabah terjadi di tempat kalian berada, jangan kalian tinggalkan tempat itu. (HR. Bukhari)

Dalam sistem ekonomi Islam, standar pertama yang akan dilakukan negara adalah menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok hingga sekunder tiap individu masyarakat. Standar ini dilakukan baik saat negara dalam kondisi aman ataupun terkena bencana seperti bencana alam, kelaparan atau wabah seperti Covid 19.

Dan uniknya model karantina wilayah wabah ini tidak mematikan sektor ekonomi negara karena karantina dalam Islam ini membuat warga yang sehat tetap sehat dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari mereka tanpa kwawatir terdampak baik wilayah dan individunya.

Islam sebagai agama dan aturan hidup yang sempurna sudah memberikan contoh real ribuan tahun lalu bagaimana cara menangani masalah tanpa menimbulkan masalah baru, termasuk saat terjadi wabah. Manusia tinggal mengambil dan menerapkannya dan hanya dapat  terwujud dalam Khilafah.  Wallahualam bi shawab.[]





*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama