PUNCAK RESESI EKONOMI KUARTAL ll MEMBURUK DAN BERADA DI UJUNG TANDUK



Oleh : Arifah Azkia N.H (Aktivis Mahasiswi Surabaya, Ekonom Syariah)

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, memaparkan prediksinya mengenai ekonomi indonesia di kuartal ll akan memburuk. Ia memberikan sebab dari masalah ini adalah akibat pandemi COVID-19 yang berpotensi menjadi faktor pelemah perekonomian Indonesia.

Jika menelaah lebih dalam terkait pernyataan Mentri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, maka tidak dapat di pungkiri jika prediksi resesi ekonomi yang mencapai puncak defisit di ujung tanduk akan sangat mungkin terjadi bahkan tidak dinafikan jika sudah sering kali terjadi.

Mengacu pada data Bank Indonesia, defisit transaksi berjalan Indonesia menyempit jadi US$30,4 miliar atau setara dengan 2,72 persen dari total produk domestik bruto (PDB) dibandingkan dengan capaian 2018 sebesar US$30,6 miliar atau 2,94 persen dari PDB.
(10 Feb 2020)

Adapun defisit APBN membengkak jadi Rp. 1.039,2 Triliun, Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan defisit APBN 2020 kembali membengkak menjadi 1.039,2 triliun atau 6,34 % dari PDB.

Pada April 2019, juga terlabel mengalami defisit terparah sepanjang RI merdeka. Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis hasil ekspor dan impor serta laporan neraca perdagangan defisit hingga US$ 2,5 miliar. ekspor tercatat US$ 12,6 miliar atau turun 13,1% year on year. Sedangkan impor mencapai US$ 15,10 miliar atau turun 6,58%. _(Detikfinance.com)_

Begitupun pada 2018 neraca dagang tekor, dan menjadi terparah sepanjang sejarah karena dari catatan BPS sejak 1975, telah terjadi enam kali defisit dan paling besar defisitnya berada di tahun 2018.

Maka dari data yang tertera di atas, sangat gamblang bahwasannya defisit dan resesi ekonomian indonesia selalu terjadi setiap tahunnya. Dari sini perlu di garis bawahi, bahwasannya "ada atau tidaknya faktor pandemi yang terjadi, sesungguhnya perekonomian indonesia sudah memburuk dan diambang terpuruk."

Menyoal hal ini, maka sebenarnya bukan hanya pada aspek melihat siapa yang memimpin dan mengatur kebijakan ekonomi Indonesia, karna tidak dipungkiri para ahli sekalipun telah di kerahkan dalam menangani problematika ekonomi Indonesia, pakar ekonom dalam tatanan rezim RI pun tak sedikit.

Lantas faktor apa yang melandasi terjadinya ekonomi terpuruk yang berulang?

Sebenarnya kalau ditarik latar belakang penyebab resesi berulang ekonomi indonesia tidak bisa dilepaskan dari krisis ekonomi global yg bersumber dari sistem ekonomi kapitalisme yang di adobsi. Dimana prioritas utama adalah asas manfaat yang mendominasi. Substansial masalah ekonomi sekarang adalah sistem ekonomi Kapitalis itu sendiri yang sudah sampai pada puncak permasalahan.

Misalnya saja kebijakan impor bahan pangan yang berlebihan, pembangunan yang mengandalkan utang luar negeri, ribawi, penghapusan regulasi terkait dengan kelestarian lingkungan, dan lain sebagainya. Kesalahan dalam mengambil kebijakan ekonomi dan pengadopsian yang berasaskan sistem yang dibuat oleh aturan manusia jelas akan menimbulkan kesenjangan dan tidak dipungkiri akan senantiasa dijalankan untuk kepentingan pemilik modal. Maka hal ini akan berdampak pada penerapan strategi yang salah pula. Alih-alih mencapai pertumbuhan ekonomi yang meroket, tetapi justru merosot.

Adapun beberapa aspek penyebab yang melatar belakangi di lihat dari sisi:

1. Ekonomi kapitalis = monetary based ekonomy (ekonomi berbasis moneter/keuangan).
Yang mengedepankan sektor non riil ( uang tdk hanya dijadikan alat tukar tapi juga sebgai barang yang diperdagangkan ). Begitupun halnya laba ekonomi tidak didapatkan dari kegiatan investasi sektor riil. Investasi spekulatif dalam sektor non riil, menyebabkan bubble ekonomi.
Ditambah adanya riba dlm setiap kegiatan sektor ini. inilah yg membahayakan sistem moneter secara keseluruhan akhirnya berimbas juga pada sektor riil dan ekonomi secara umum.

2. Ekonomi kapitalisme berbasis fiat money/uang kertas yg tidak di back up emas/perak dan tidak punya nilai intrinsik. Naik atau turunnya nilai uang sangat dipengaruhi dengan sektor perpolitikan. inilah yg melahirkan inflasi permanen (Kelemahan mendasarnya disini)

3. Ekonomi berbasis utang.
Dalam hal ini utang diselesaikan dengan cetak uang baru sehingga menyebabkan inflasi.

Disisi lain, solusi semu ala kapitalis (penyelamatan kapitalisme ) yaitu berbasis perbaikan sektor finansial dan moneter. Seperti :

1. Menyuntikkan miliaran dolar untuk menyehatkan likuiditas bank dan lembaga keuangan.

2. Membeli saham, obligasi dan surat berharga yg telah kehilangan sebagian besar nilainya

3. Menurunkan suku bunga agar kredit meningkat, sehingga harapannya ketika kredit meningkat akan mampu menggerakkan sektor riil

Jika ditelaah, penyelamatan ini sebenarnya merupakan penyelamatan semu sehingga krisis akan terus berulang baik secara periodik dan siklik. Karna dari konsep dan solusi sebenarnya tidak nyambung. Sehingga pasti gagal dan pasti resesi akan terus terjadi.

Hal ini akan senantiasa berulang pada negara yang mengadopsi sistem ekonomi kapitalis. Begitupun terlebih pada negara pengekor, seperti halnya Indonesia yang terkungkung dalam lingkup korporasi global akan semakin terpuruk. Maka Inilah kelemahan negara pengekor. Dia tidak punya kemandirian dalam menentukan visi dan misi hidupnya. Dia akan selalu bergantung pada negara2 besar yang menjadi tujuan kekuasaannya. Tergantung siapa yg mempengaruhinya.

Begitupun halnya dengan masalah impor yang merupakan efek ketidakmandirian negara karena tekanan utang yang menjerat. Dari sini dapat disimpulkan, masalah dasarnya terletak pada kemandirian negara menentukan visi misinya.

Maka institusi yg bisa memberi solusi bagi kehancuran ekonomi yaitu hanyalah dengan mengadopsi sistem Islam. Karena konsep shohih yg dimiliki:

1. Politik ekonomi Islam : jaminan pemenuhan kebutuhan  mendasar individu per individu

2. Ekonomi berbasis syariah :
a. Investasi hanya boleh di sektor riil
b. Pungutan diambil pada aset produktif saja ( tidak ada pajak penghasilan dll)

3. Larangan riba dan pasar non riil.
Maka investasi sektor riil akan meningkat dan menjadi solusi masalah ketenaga kerjaan.

/Mengupas kejayaan ekonomi Islam/

Sejarah telah mencatat bahwa aspek ekonomi pernah tengalami masa kejayaan nan kegemilangan di era sistem islam. Yang dibawahi oleh sebuah institusi yang mengadopsi sistem ekonomi islam secara menyeluruh.

Yang bahkan dalam kekuasaannya itu setara degan 39 negara, dengan wilayah seluas 15 juta km persegi, berpenduduk kurang lebih 62 juta orang (1/3 penduduk dunia pada waktu itu) tetapi hanya dalam waktu 29 bulan bisa menciptakan 0 penerima zakat. Yang artinya tidak ada problematika ekonomi dan terjadinya kesejahteraan seluruh rakyatnya.

Hal ini terjadi pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin bin Abdul Aziz yang makmur masyarakat pada waktu itu.

Dalam buku ekonomi Islam 101, Chandra Natadipurba menyatakan bahwa setidaknya ada 3 negara yang sudah menerapkan sistem ekonomi islam secara menyeluruh:
1. Kerajaan Islam di masa nabi Sulaiman
2. Peradaban kota Madinah yang di pimpin Rasulullah
3. Kekhalifahan Umar bin Abdul aziz

Dalam kebijakan sistem ekonomi yang di terapkannya di bawah institusi aturan negara islam, maka Khalifah Umar malakukan Redistribusi kekayaan negara yaitu Dengan melakukan restrukturisasi organisasi negara, pemangkasan birokrasi, penyederhanaan sistem administrasi, pada dasarnya Umar telah menghemat belanja negara, dan pada waktu yang sama, mensosialisasikan semangat bisnis dan kewirausahaan di tengah masyarakat. Dengan cara begitu Umar bin abdul azis memperbesar sumber-sumber pendapatan negara melalui zakat, pajak dan jizyah.

Kejayaan Ekonomi Islam di era Umar bin Abdul Aziz bisa tercipta bukan karena sistem ekonomi saja yang islami. Melainkan karena beliau menegakkan syariah degan tegas dan menyeluruh dalam kekhalifahannya.

Adapun Islam telah memperingatkan dengan gamblang bahwasannya,

"Ekonomi Islam hanya akan mungkin berhasil jika diterapkan dalam masyarakat Islam yang menerapkan Islam secara menyeluruh (kaffah), baik di bidang ekonomi itu sendiri maupun di bidang-bidang lainnya seperti politik, sosial, pendidikan, budaya, dan lain-lain" (Al-Qaradhawi, 1995).

Jika pemimpin itu benar berdasarkan syariat Allah dan senantiasa menjalankan aturan yang telah Allah tegaskan untuk makhluknya, maka insyaAllah keberkahan akan senantiasa Allah berikan begitupun dalam aspek ekonomi yang menjadi pemacu kejaayan suatu negara. sebagaimana firmannya,

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi." (QS. Al-A'raaf: 96).

_Wallahu a'lam bissowab.._[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم