Oleh Dyan Ulandari
Sungguh menyedihkan apa yang dialami Ibu Ervina, wanita asal Sulawesi Selatan. Perasaan yang harusnya bahagia sirna karena jabang bayi justru tak bergerak dan meninggal dalam kandungan di waktu jelang kelahirannya. Bagaimana tidak, perjuangan mengandung berbulan-bulan, akhirnya tak berdaya di hadapan meja administrasi.
Bersumber dari www.bbc.com (18/6/2020) Ibu Ervina sempat ditolak 3 kali oleh rumah sakit karena biaya rapid test dan swab testnya tidak ada yang menanggung. Padahal test indikasi covid merupakan prasyarat sebelum proses melahirkan. Hingga akhirnya janin meninggal dalam kandungan karena tak kunjung mendapatkan tindakan persalinan.
Wabah covid masih bercokol di negeri ini. Warganya, terutama ketika hendak bepergian dengan transportasi atau pelayanan kesehatan tertentu wajib menjalani tes indikasi covid-19.
Sebenarnya tak masalah jika dilakukan test indikasi covid. Malah suatu keharusan yang wajib diselenggarakan oleh negara. Namun sayangnya, hak rakyat tersebut justru malah dikapitalisasi.
Test virus yang mustinya gratis malah dikomersialisasi bahkan dibanderol harga tinggi. Rapid test, PCR test, maupun swab test didapat dengan rentang harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Harga yang mahal dengan masa berlaku test yang bisa dipakai hitungan hari.
Ibu atau calon ibu seharusnya konsentrasi menyiapkan kondisi lahir dan batinnya menghadapi persalinan. Ibu harusnya dihindarkan dari stress, memperbanyak aktivitas dzikir, tilawah, dan sebagainya. Namun justru disibukkan dengan urusan administrasi atau biaya persalinan.
Hal itu sangat berbanding terbalik dengan peradaban Islam dalam melayani kesehatan masyarakat. Paradigma yang berbeda membuat kesehatan dan fasilitas rumah sakit didapat dengan mudah tanpa syarat biaya bagi semua warga. Selain itu pelayanan kesehatan disertai kualitas yang tinggi, termasuk untuk ibu dan anak.
/Layanan Gratis dan Berkualitas/
Dalam Islam, gratis bukan berarti tak bermutu. Justru gratis disertai kualitas tinggi adalah salah satu bentuk hikmat pertanggung jawaban penguasa di hadapan Allah kelak. Layanan kesehatan yang berkualitas dijamin ketersediaannya oleh negara. Semua itu disediakan secara gratis bagi seluruh warga negara yang membutuhkan tanpa pandang ras, agama, kaya, miskin, atau yang lainnya.
Seperti itulah yang diperintahkan oleh Allah. Sudah dicontohkan secara langsung oleh Rasulullah dilanjutkan hingga para khalifah yang meneruskan pemerintahannya. Diantaranya saat Khalifah Umar bin Khaththab mengatasi wabah penyakit sejenis lepra di Syams.
Sedikit contoh lain yakni rumah sakit Marakesh di Maroko yang didirikan tahun 1190 M masa al Mansyur Ya'qub Ibn Yusuf. Rumah sakit tersebut didesain dengan cantik dan indah. Bagaimana tidak, rumah sakit dilengkapi taman yang indah lengkap dengan aneka pohon buah, bunga-bunga, telaga buatan disertai air yang mengalir ke seluruh terowongan. Pasien akan rileks, dan mempercepat proses pemulihan.
Bangunan gedung pasien wanita dan pria dibuat terpisah. Ruangan pasien luas sehingga menambah kenyamanan. Terdapat ruang khas perawatan untuk anak dan bayi, dibagi juga menurut klasifikasi lainnya. Setiap ruang juga dilengkapi peralatan yang dibutuhkan dokter. Seluruh warga termasuk ibu hamil dan melahirkan memperoleh fasilitas kesehatan gratis tanpa syarat apalagi administrasi berbelit.
Dipersilahkan juga bagi yang ingin membuka rumah sakit swasta. Namun hal utama rumah sakit yang disediakan pemerintah jumlahnya sudah mencukupi bagi seluruh warga dan disertai tenaga medis yang berkualitas tinggi.
/Cukupkah Kas Negara Menjamin Layanan Kesehatan?/
Berobat secara berkualitas maupun konsultasi tanpa biaya sudah menjadi hak masyarakat. Dana yang dimiliki negara untuk membiayai dokter, fasilitas kesehatan, termasuk riset, pengembangan kedokteran, dan farmasi. Atas izin Allah kas negara lebih dari cukup.
Hal itu karena dengan pengelolaan bersumber baitul mal diantaranya yakni negara mengelola seluruh sumber daya alam dan harta milik umum dipersembahkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. APBN bebas utang riba, budaya ta'awun (tolong menolong), disertai banyak institusi terkait layanan kesehatan didirikan agar kebutuhan masyarakat terhadap layanan kesehatan gratis dapat terpenuhi.
Tentu saja hanya kepemimpinan atas dasar takwalah yang mampu menghasilkan peradaban seperti itu. Karena keyakinan, ketakutan, dan ketundukannya pada Allah SWT akan diwujudkan dalam menjalani segala sesuatu dalam koridor syari'ah-Nya.
Sangat masyhur sabda Nabi Muhammad SAW berikut: Siapa saja yang menyempitkan (urusan orang lain), niscaya Allah akan menyempitkan urusannya kelak pada Hari Kiamat (HR al-Bukhori). Beliaupun mendoakan keburukan bagi penguasa yang membebani rakyatnya, "Ya Allah, siapa saja yang memiliki hak mengatur suatu urusan umatku, lalu ia menyempitkan mereka, sempitkanlah dia". "Siapa saja yang memiliki hak untuk mengatur suatu urusan umatku, lalu dia memperlakukan mereka dengan baik, perlakukanlah dia dengan baik". (HR Ahmad dan Muslim).
Wallahua'lam bisshowab.[]