Pemerintah Tidak Peduli Dengan Wabah. Masyarakat Telah Pasrah. Tenaga Medis Sudah Lelah. Indonesia Terserah!



Oleh: Retno Kurniawati
(Analis Musliah Voice )

Muncul postingan dan tagar Indonesia terserah yang akhir-akhir ini viral bukan tanpa sebab. Penyebabnya adalah pemerintah tidak peduli lagi pada wabah. Masyarakat telah pasrah.Tapi ironisnya kita sebagai masyarakat dituntut tetep tidak boleh menyerah bagaimanapun alasanya.
Tenaga medis sudah lelah. Sudah berderet nama yang wafat, gugur di medan tugas karena covid-19 ini. Sampai 15 mei 2020 tercatat 55 tenaga medis yang gugur. Sepanjang 1 Januari-27 April 2020, terdapat 49.563 kasus demam berdarah dengan kematian sebanyak 310 orang. Sementara sejak didapati pada 2 Maret hingga 17 Mei 2020, terdapat 17.514 kasus positif Covid-19 dengan kematian sebanyak 1.148 orang.

 Dibandingkan demam berdarah, Covid-19 jauh lebih mematikan sekitar 10 kali lipatnya. Tingkat kematian Covid-19 sekitar 65 orang per 1.000 pasien sementara demam berdarah sekitar 6 orang per 1.000 pasien. Menggembirakannya, tingkat kematian demam berdarah dibandingkan tahun 2019 di periode yang kurang lebih sama menurun dari 0,9 persen menjadi 0,6 persen. Mungkin kesadaran kita akan pentingnya menjaga kesehatan yang muncul karena Covid-19 berdampak juga untuk beberapa pencegahan penyakit lain.

Meski tidak bisa dipungkiri, pandemi ini sungguh sulit dihadapi. Karena musuhnya tidak hanya virus. Bukan karena virusnya yang mematikan. Bukan karena tenaga medis yang tidak ahli. Bukan pula karena alat kesehatannya kurang canggih. Tapi virus kecil mungil bahkan kasat mata ini berhasil meluluhlantakkan segala bidang kehidupan. Ekonomi, pendidikan, politik, sosial, dan membuat kalang kabut tim medis.

Ekonomi hancur berantakan. Ekonomi di tuntut mau tidak mau untuk berevolusi. Semua harus beralih ke dunia digital. Kalau tidak mau menyesuaikan diri rasanya sulit untuk bernafas saja. Ekonomi-ekonomi pada sektor pariwisata terpaksa harus tutup yang entah sampai kapan.

Pendidikan ikut dibuat bingung tak karuan. Belajar dirumah saja membuat pengeluaran tambahan untuk beli pulsa dan kuota. Bagi yang biasa membimbing putra-putrinya dalam belajar mungkin tidak terlalu berimbas malah menambah keakrabab orang tua dan anak namun kalau yang tidak terbiasa akan membuat kerepotan.

Politik turut berguncang. Berbagai kebijakan di keluarkan namun rasanya belum memperoleh sebuah aturan yang pas dan cocok untuk di terapkan. Sosial kemasyarakatan pun menjadi rawan pertentangan. Di tengah pandemi, masyarakat yang minim edukasi menjadi mudah terprovokasi mudah panas tersulut emosi. Berita yang simpang siur. Akibat stres dan ketidakjelasan sumber ekonomi.

Diperparah dengan di saat seperti ini, negara justru tak memberi solusi. Pemimpin hanya sibuk mencitrakan diri. Kebijakan yang diambil malah kontradiktif dengan penanganan pandemi. Itulah salah satu penyebab munculnya tagar #IndonesiaTerserah.

PSBB diterapkan di berbagai kota. Tempat ibadah di batasi aktifitasnya. Namun anehnya mall-mall, pasar dan pusat perbelanjaan tetap ramai. Banyak keramaian tapi tak ditindaklanjuti. Tenaga medis sudah lelah. Segala pengorbanan mereka seakan percuma. Meninggalkan keluarga demi tugas mulia dan sumpah jabatan namun kebijakan pemerintah justru menambah beban mereka. Ataukah negara sengaja agar tenaga medis makin menderita? Mengapa bukan para pejabat saja yang menggantikan tugas mereka? Pejabat pembuat kebijakan.

Uniknya pandemi ini terjadi pada bulan ramadhan, bulan nan mulia. Ini masa saat doa diijabah. Saat-saat yang mulia dan penuh berkah. Saat segala kesulitan akan dibalas Allah dengan kemenangan. Maka, ini bukan saatnya berputus asa. Ini saatnya berdoa. Melangitkan harap agar wabah segera tiada. Mengoptimalkan waktu saat harus di rumah saja. Pasti dibalik segala kesulitan ini ada hikmah. Allah sedang menunjukkan, inilah kerusakan yang terjadi karena mengabaikan aturanNya. Wabah ini menjadi teguran agar kembali padaNya. Kembali menerapkan aturanNya yang sempurna.

Inilah saatnya kita makin menggencarkan dakwah. Membongkar kebobrokan sistem kapitalisme buatan manusia. Aturan-aturan buatan manusia. Mengungkap keagungan Islam dalam mengatasi segala masalah. Dan memperjuangkan ditegakkannya sistem Islam yang kaffah.

Kamu yang peduli dan sayang Indonesia, ini bukan saatnya menyerah. Bukan saatnya berdiam diri dan pasrah. Gunakan jarimu dan kuotamu bermanfaat untuk dakwah. Buka hanya  bilang terserah lantas tunduk pada sistem yang salah. Karena yang kita inginkan, Indonesia menerapkan Islam yang kaffah. Dalam naungan Khilafah.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama