Masuknya TKA di Tengah PHK



Oleh: Siti Mutmainah

Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibukota. Agaknya istilah tersebut telah terkalahkan oleh kekejaman sistem kapitalis. Jika ibu kota hanya kejam pada orang yang tinggal diwilayahnya, maka sistem kapitalis yang dikenal berasal barat ini jauh lebih kejam baik dari sisi jangkauan luas wilayah maupun keputusan kebijakannya yang pasti akan ditanggung oleh seluruh rakyat di bawahnya.

Seperti ramai diberitakan di media, baru-baru ini diketahui pemerintah memberikan ijin masuknya TKA (tenaga kerja asing) asal Cina. Di tengah pandemi covid-19 yang penderitanya grafiknya terus menanjak naik, banyak pekerja yang dirumahkan bahkan di PHK. Bahkan jumlah tenaga kerja yang di PHK sampai 15 juta orang. Alih-alih pemerintah berusaha mencari terobosan baru untuk mengatasi para karyawan yang jobles dan kehilangan pendapatannya, pemerintah justeru melepaskan perijinan untuk masuknya sekian banyak tenaga kerja asing asal cina. Harapan peluang kerja yang dicari-cari rakyat justeru diberikan kepada warga negara lain. Tentu hal ini menjadi kebijakan yang menyakiti rakyat banyak, belum lagi kondisi pandemi yang belum teratasi, justeru diperumit dengan hadirnya warga negara asing yang berasal dari negeri sumber awal datangnya virus covid-19.

Upaya untuk memberikan bantuan dengan gaji prakerja pun seolah-olah sekedar akal-akalan semata. Bagaimana tidak? Nominal bantuan yang diberikan tidak dapat dicairkan sesuai lebutuhan. Namun hanya dapat dibelanjakan untuk pelatihan online yang telah ditentukan. Itupun pelatihan-pelatihan yang sebenarnya dapat diperoleh di youtube secara gratis.

Tampak betul secara kasat mata, bagamana sistem kapitalis tak layak menjadi sistem yang mengatur mamusia.  Keberpihakannya yang semata-mata hanya kepada para pengusaha dan pemilik modal, benar-benar menjadikannya sistem yang jauh dari manusiawi, tak peduli dengan nasib rakyatnya sendiri. Rakyat hanya dijadikan alat untuk meraih kekuasaan. Saat mereka memerlukan dukungan suara, dimunculkan topeng manis kapitalis dengan janji-janji indah yang seolah peduli terhadap rakyat. Saat telah sampai dalam tampuk kekuasaan, jangankan menepati janji manisnya, bahkan saat rakyat menderita pun  tak diperhatikan.

Hal ini bertolakbelakang dengan sistem kehidupan yang berasal dari Sang Pencipta. Dalam Islam, negara akan benar-benar menjadi penanggung jawab rakyatnya. Negara akan melakukan berbagai cara agar rakyat yang di bawah naungannya mendapatkan perlindungan dan kesejahteraan. Ketika banyak rakyat menjadi penganhuran, negara akan mencari solusi agar teebuka lapangan pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan rakyatnya. Sehingga rakyat terjamin secara ekonomi. Jika ada warga masyarakatnya yang tidak mampu menafkahi diri atau keluarganya, karena kondisi individunya, maka negara akan memastikan ada keluarga (ahli waris) yang menjamin pemwnuhan nafkahnya. Jika tidak ada ahli waris yang dapat menafkahinya, maka negara yang bertanggung jawab  untuk memenuhi kebutuhannya.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم