Drama Berdamai dengan Corona



Afiyah Rasyad

Sekali lagi, pernyataan yang mengundang segudang tanya kembaki terlontar dari lisan orang nomor satu di negeri ini. Dengan mulus diksi berdamai dengan corona dilontarkan. Muncullah keambiguan diksi yang kedua kalinya. Habis mudik terbitlah berdamai dengan corona menjadi ungkapan yang pas.

Drama berdamai dengan corona sudah digelar, mengiringi pelonggaran PSBB yang sudah diwacanakan. Maka, rakyatlah di sini yang lagi-lagi dikorbankan. Bukankah  corona ini sebuah virus yang harus dijinakkan? Kenapa justru harus berdamai dengannya?

Pernyataan berdamai dengan corona menunjukkan sikao keputusasaan dan kemalasan dalam ikhtiar menangani kasus positif covid-19. Mengingat, per 16 Maret saat rakyat harus stay at home, APD dan Alkes tim nakes sangat minim dan sulit, sehingga banyak di antara nakes yang tak luput menjadi pasien yang terinfeksi virus corona ini. Dan kini masyarakat diminta berdamai dengan corona, ada apa?

Berdamai dengan corona bukanlah drama roman picisan, namun sebuah pernyataan yang harus dibuktikan dengan solusi yang tepat dalam menangani penyebaran virus corona. Mengingat sebelum pernyataan berdamai dengan corona ini terlontar, sebuah pernyataan perang melawan covid-19 sudah terlebih dahulu disampaikan pada Konferensi virtual negara-negara G20 oleh presiden.

Dikutip dari Tribunnews.com, Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid mengatakan bahwa pernyataan itu seharusnya diikuti dengan kebijakan dan perintah kepada Kemenristek dan Kemenkes serta lembaga lainnya untuk lakukan koordinasi dan kerjasama agar segera temukan vaksin covid-19. (Minggu, 10/05/2020).

Bagi Hidayat, bangsa ini tidak akan menang perang atau berdamai dengan corona, dan berdaulat secara kesehatan jika tidak maksimal dukung riset untuk menemukan vaksin corona.

Jika memang demikian adanya, justru drama berdamai dengan corona menjadi senjata biologis yang mematikan bagi rakyat. Sikap main-main dengan pernyataan yang dilontarkan akan menambah petaka yang mengintai sewaktu-waktu. Sungguh, hal ini akan menambah kasus positif jika membiarkan rakyat berdamai dengan corona, atau menganggap corona sahabatnya.

Pernyataan yang seperti asal bunyi dan tidak dipikirkan dengan baik menjadi ciri khas pemimpin kapitalis. Pernyataan serampangan dan menyakitkan, bahkan perlakuan dan kebijakan yang mematikan rakyat bukanlah hal urgen dan krusial. Bagi orang kapitalis, semua boleh diucapkan dan diubah sesuka hati demi meraih keuntungan materi.

Maka wajar pernyataan perang melawan corona tak dibuktikan dengan jaminan APD dan alkes yang memadai, kebutuhan pokok tak diperhatikan. Justru membuat pernyataan yang berseberangan, yakni berdamai dengan corona.

Dalam pandangan Islam, suatu wabah yang menimpa tidak boleh dibiarkan dalam waktu yang lama. Wabah tersebut harus segera ditangani agar tak menyebar luas. Kebutuhan akan penanganan wabah akan segera dipenuhi dengan memadai, baik tim kesehatan, alkes, APD,  atau pun logistik kesehatan lainnya semisal pembuatan vaksin.

Khalifah sebagai pemimpin dalam kekhilafahan tidak akan membuat pernyataan rancu dan terkesan main-main dalam menangani wabah. Karena perkara wabah itu berbicara nyawa rakyat. Khalifah akan sangat serius memelihara urusan rakyat, termasuk dalam menyelesaikan wabah yang melanda.

Penyelesaian dan penanganan wabah yang pernah dilakukan suri tauladan ummat manusia, baginda Nabi Muhammad SAW dengan karantina wilayah. Agar warga yang berada di wilayah terdampak wabah tidak keluar, dan yang di luar tidak masuk.

Baginda Rasulullah memenuhi semua kebutuhan dasar rakyatnya, terutama di wilayah yang dikarantina. Mulai kebutuhan pokok individu, hingga kebutuhan penanganan wabah yang menimpa.

Islam akan sangat cepat dalam menyelesaikan wabah, bukan dengan pernyataan atau wacana saja. Tapi tindakan serius yang harus menyelamatkan jiwa. Karena kesehatan dalam Islam menjadi tanggung jawab negara untuk menjaminnya.

Ada atau tidak ada bencana wabah, Islam mewajibkan khalifah untuk memelihara urusan rakyat, menjamin kebutuhan pokok individu rakyat, dan menjamin kebutuhan pokok jamaah seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Maka, saatnya ummat manusia kembali kepada tatanan kehidupan Islam, yang akan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Wallahu a'lam.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم