Oleh : Yanna Ash-Shafiyyah
(Kontributor Muslimah Voice)
Ramadhan, adalah satu bulan diantara 12 bulan yang mulia sepanjang tahunnya. Ummat muslim bersuka ria menyambut bulan mulia penuh berkah dan ampunan. Dengan berbekal keyakinan dan bersungguh-sungguh menjalankan satu perintah Allah yaitu melaksanakan salah satu rukun Islam, yaitu berpuasa di bulan Ramadhan supaya menjadi orang yang bertaqwa (Qs. Al-Baqarah : 183), ummat muslim berlomba-lomba dalam kebaikan, mejalankan puasa dengan penuh keimanan, bersedekah, membaca Al-Qur'an hingga bertarget beberapa kali khatam, tholabul ilmi dan aktivitas lain yang mendatangkan kebaikan, baik untuk dirinya atau sesamanya. Sangat terlihat dan terasa suasana keimanannya.
Saat bulan Syawal datang, tradisi silaturahmi, saling memberi hadiah, tersedianya kue-kue lebaran di setiap rumah, makan bersama keluarga dengan menu yang istimewa, baju baru pun sudah disiapkan sebelum datangnya lebaran. Seakan terdapat kekhawatiran hilangnya suasana keimanannya yang sudah terpupuk dan menjadi kebiasaan di bulan Ramadhan akan terkikis dengan hiruk pikuk lebaran di bulan Syawal.
Keluarga, adalah masyarakat terkecil yang dimiliki ummat muslim untuk mempertahankan suasana keimanan di bulan Ramadhan dan akan terus dilaksanakan sepanjang tahun hingga Ramadhan datang kembali. Apakah bisa? Tentu saja bisa. Jika setiap muslim dan semua anggota keluarga memahami dan bisa menyatukan antara pikiran dan perasaan. Pikiran yang membentuk pemahaman, apa, bagaimana dan mengapa ummat muslim harus menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Pemikiran ini harus membentuk pemahaman, bukan karena tradisi atau ikut-ikutan.
Apabila pemikiran ini sudah membentuk pemahaman, maka seorang muslim ketika menjalankan ibadah di sepanjang bulan Ramadhan akan didasarkan pada keimanan. Hanya orang-orang yang beriman saja yang mampu menjalankan ibadah puasa sepanjang bulan Ramadhan. Karena banyak dari ummat muslim, yang pada saat bulan Ramadhan datang, mereka tidak menjalankan ibadah puasa. Maka memang puasa Ramadhan hanya diperintahkan hanya kepada orang yang beriman.
Ketika pemahaman sudah ada, maka suasana keimanannya sepanjang bulan Ramadhan akan dilaksanakan. Tidak hanya pada ranah keluarga, suasana keimanan akan meluas sampai kepada tatanan masyarakat. Sungguh yang demikian adalah nikmat yang Allah berikan. Nikmatnya suasana keimanan ini harus terus dijaga dan terus ditingkatkan sepanjang tahun, bukan hanya di bulan Ramadhan saja.
Sebagai keluarga muslim yang ingin menikmati suasana keimanan sepanjang tahun di bulan Ramadhan, bisa dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :
1. Selalu menanamkan pemahaman di keluarga akan posisi kita sebagai hamba yang memerlukan dzat yang menjadi sandaran. Dzat yang lebih tinggi, dzat yang lebih mulia dan tidak membutuhkan yang lain.
2. Tetap Istiqomah bersama keluarga menjaga kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan keluarga di bulan Ramadhan, misalnya bangun di 1/3 malam terakhir, menjalankan ibadah sunnah atau tambahan, membaca Al-Qur'an, bersedekah, menuntut ilmu dan menyebarkannya.
3. Saling mengingatkan diantara anggota keluarga untuk terus menjalankan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan keluarga di bulan Ramadhan.
4. Setiap anggota keluarga harus mempunyai keinginan yang kuat untuk bersama-sama menjalankan ketaqwaan kepada Allah, sang pencipta dan pengatur alam semesta dan kehidupan.
Menjaga suasana keimanan seperti di bulan Ramadhan di sepanjang tahun tidak mudah. Akan tetapi setiap keluarga harus mengusahakannya. Mengingat keimanan menjalankan ibadah puasa hanya dilaksanakan oleh orang beriman supaya menjadi hamba yang bertaqwa. Maka jika sebuah keluarga mempunyai misi untuk menjadikan setiap anggota keluarganya menjadi pribadi yang bertaqwa, maka tidak boleh tidak, maka suasana keimanan sepanjang Ramadhan harus senantiasa dijaga dan dijadikan kebiasaan sepanjang tahun. Semoga kita dan keluarga kita akan bisa menjaga suasana keimanan ini dan Allah menyematkan predikat taqwa pada setiap diri dan anggota keluarga kita. Aamiin....[]