Oleh : Fauziyah Ali
Fenomena bucin lagi viral. Salah - benar lewat. Yang penting cinta. Semua berubah jadi benar. Fenomena ini baru di kalangan mileneal. Fenomena baru sekitar satu tahunan mengemuka.
Bucin alias budak cinta, memperbudak orang atas nama cinta. Bucin akan melakukan apa saja demi orang yang dicintainya tanpa mempedulikan apakah itu sesuai dengan aturan yang berlaku atau tidak. Semua dilakukan atas nama cinta. Asal untuk cinta semua wajib dilakoni walaupun harus 'nyungsep' ke got sekalipun.
Hanya yang perlu disikapi garis merahnya bucin itu pada pergaulan bebas. Akibatnya terjadilah kehamilan di luar nikah, bayi dibuang bahkan aborsi. Virus merah jambu berubah menjadi merah darah. Para bucin yang tergila-gila dengan cinta akan melakukan apa saja, asal itu demi membuktikan cinta mereka. Bagi mereka cinta tanpa pengorbanan itu ngeflat alias hambar.
Astagfirulllah, konyol memang tapi inilah fakta dan realita hari ini. Banyak orang yang jadi bucin terutama generasi muda. Beginilah gambaran generasi rapuh yang mudah banget terombang-ambing
====
Cinta itu sendiri adalah fitrah. Tapi ingat tak perlu gegabah dalam pemenuhannya. Tidak semuanya harus dipenuhi. Istilahnya, demi kebaikan cinta bisa diatur. Cinta diatur oleh aturan yang datang dari Sang Maha Pemilik Cinta pasti beres. Pasti kebaikan terjamin dunia dan akhirat.
Islam pun punya solusi atas persoalan pemenuhan cinta yang menggebu-gebu ini yaitu diantaranya dengan cara menahan pandangan dari yang membangkitkan syahwat, bersihkan diri dari segala hubungan yang tidak halal, keluar dari komunitas bucin, dan solusi pamungkas adalah menikah.
Setelah itu jangan lupa, hijrah ke kehidupan yang lebih baik, lebih jelas, lebih santun, lebih aman dari siksa api neraka. Gambaran kehidupan seperti itu ada dalam Islam. Ambillah Islam sebagai 'way of life'. Percayalah ini akan baik untuk kehidupan di dunia dan akhirat.
Jadi cinta sih cinta tapi jangan segitunya kali. Ingat, cinta boleh tapi oon, jangan. Karena itu mengenaskan.[]