Demokrasi Bukan Jalan Perjuangan Umat Islam



Oleh: Ika Mawarningtyas
Analis Muslimah Voice

Pilpres (2019) kemarin tak kalah panasnya dengan Pilgub DKI Jakarta (2017) lalu. Umat Islam yang fokus berada dalam barisan oposisi menaruh harapannya pada calon dari oposisi. Setelah perjuangan panjang hingga berdarah-darah. Dukungan umat tetap kalah karena gegap gempitanya kemenangan petahana.

Koalisi antara rival lama ini berpotensi menyebabkan menurunnya kualitas demokrasi di Indonesia, kata Sydney Morning Herald.

Pengamat politik Greg Fealy dari Australian National University menyatakan pengangkatan Prabowo kontroversial dan yang paling mengejutkan karena kedua belah pihak bersaing ketat sebelumnya.(bbc.com 23/10/2019)

Mau dibilang menurunkan nilai demokrasi atau apapun. Tapi hal ini membenarkan bahwa demokrasi bukanlah jalan perjuangan umat Islam. Umat Islam sudah ditipu berkali-kali sistem ini.

Janji-janji manis demokrasi hanya manis dibibir saja, kenyataanya menyesakkan dada dan menyesengsarakan umat. Berikut ringkasan betapa hipokritnya demokrasi:

1. Katanya 'freedom speech', tapi pendapat ajaran Islam dibungkam dan dikebiri. Bahkan tak henti-hentinya dicap radikal, radikul, dan redekil. Kebebasan berpendapat seolah menjadi legitimasi untuk melawan pendapat-pendapat Islam. Jadi, omong kosong kebebasan berpendapat. Contohnya saja Khilafah yang baru pada tataran gagasan solusi yang ditawarkan untuk menyelamatkan negeri ini, tidak henti-hentinya mendapatkan monsterisasi. Dari radikal sampai dijadikan 'common enemy', padahal ini baru berupa gagasan. Kapitalisme, sekulerisme, dan liberalisme yang jelas-jelas merusak negeri ini di manja-manja dalam sistem ini.

2. Demokrasi katanya menjamin HAM. Tapi pada faktanya HAM umat Islam menjalankan segala syariat Nya dihalangi bahkan dihambat. Demokrasi hanya menerima Islam sebagai ibadah ritual. Bukan Islam sebagai pengatur kehidupan. Lebih-lebih, ketaatan pada syariat tak henti-hentinya di cap intoleran, pemecah belah, dan radikal. Contohnya, Muslim yang tidak mengucapkan selamat hari perayaan agama lain, dicap intoleran. Ajaran Islam yang melarang umat memilih pemimpin non Muslim dan zalim juga dianggap intoleran dan memecah belah.

3. Katanya demokrasi itu menggadang-gadang pendapat rakyat. Tapi rakyat kritik kritis sampai berdarah-darah pun tetap saja diabaikan aspirasinya.

Data Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) dan Komnas HAM menunjukan setidaknya 52 orang meninggal dalam demonstrasi yang diadakan sepanjang tahun 2019.(bbc.com 29/10/2019)

Lucunya lagi, rakyat yang kritis ataupun nyinyir harus siap dipecat dari jabatan strategisnya di tempat kerjanya.

Belum lagi banyak kebijakan yang lebih menguntungkan para kapitalis daripada rakyat. Seperti kebijakan impor yang melukai hati petani dan peternak, atas dasar kebutuhan pasar yang kurang, impor tetap saja dilakukan. Di sisi lain petani dan peternak mengalami harga banting setiap panen datang.

Kapitalisasi SDA dan infrastruktur ini juga menciderai keadilan dan membuat rakyat tak menikmati kekayaan yang dimiliki. Rakyat pula yang menjadi tumbal pembayaran hutang ribawi yang dilakukan oleh penguasa.

Begitulah fakta yang terjadi bagaimana demokrasi bersikap yang lebih menganakemaskan kapitalis dan menganaktirikan Islam. Mereka menempatkan Islam sebagai rival dan menuntut umat Islam untuk mengikuti segala titah demokrasi atas nama kebebasan. Akhirnya, umat Islam harus menanggalkan satu demi satu syariat Islam hingga keluar dari jalan Islam secara utuh. Inilah jebakan halus demokrasi, semakin menjauhkan pada syariat Islam dengan segala tipu dayanya.

Oleh karenanya tidak dipungkiri bahwa umat Islam harus berani mengambil jalan sendiri, yaitu jalan perjuangan tanpa harus ikut berenang dalam kolam 'buthek' (baca:kotor) demokrasi. Umat Islam harus meneladani perjuangan perubahan hakiki menuju Islam yang telah dicontohkan Nabi Muhammad Saw. Dimana Nabi Muhammad Saw mencontohkan perjuangan di luar sistem. Sebagaimana seperti yang dijelaskan di bawah ini,

1. Memperkuat aqidah umat dan menjadikan Islam sebagai solusi tuntas atas segala kesemrawutan yang terjadi jika diterapkan aturan yang bukan berasal dari Islam

2. Melakukan penyadaran bahwa pangkal kerusakan yang terjadi di muka bumi ini karena mengabaikan penerapan Syariat Islam yang agung nan mulia. Serta memahamkan bahwa dengan penerapan Islam secara sempurna, dunia ini mampu diselamatkan dari segala kerusakan.

3. Memenangkan opini Islam di tengah-tengah umat. Baik di dunia nyata dan di dunia maya. Segala narasi dan propaganda busuk menyerang Islam harus dilawan dengan mejelaskan keagungan dan kemuliaan Islam itu sendiri. Sehingga umat tidak teracuni dengan opini busuk mereka.

4. Mengajak segala elemen masyarakat untuk bersatu dan bersama mendakwahkan Islam dan melakukan penyadaran untuk kembali kepada syariat Islam.

5. Mencari dukungan dan mengajak berjuang para simpul umat yang ada di tengah-tengah masyarakat. Atas izin Allah, jika nashrullah itu turun. Impian umat Islam untuk kembali diatur oleh syariat Islam secara kaffah akan menjadi kenyataan. Simpul umat disini adalah para ulama bukan para tokoh politik yang pragmatis. Umat Islam jangan berharap lagi pada tokoh politik yang pada faktanya 'mencla mencle' omongannya berdasarkan kepentingan golongan. Hanya ulama harapan hakiki umat Islam saat ini. Merekalah mercusuar peradaban Islam yang akan kembali.

Jika umat Islam serius, berani, konsisten, masif dan bersatu padu tanpa ada ashobiyah golongan. Insya Allah kemenangan Islam tinggal tunggu waktu. Allahuakbar..!

Semoga kutipan ayat di bawah mampu menyalakan bara dakwah dan melelehkan hati yang kadang beku,

“Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (TQS. Ash-Shaff : 8).

"Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul,(yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan.Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang.” (TQS. Ash-Shaffat: 171-173)

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (TQS. An-Nuur: 55).[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama