Oleh : Septa Yunis
Analis Muslimah Voice)
Hari Pangan Sedunia atau World Food Day diperingati tangal 16 Oktober setiap tahunnya. Pada tahun ini yang mendapat sorotan adalah perlunya upaya yang lebih keras untuk mengakhiri kelaparan dan bentuk-bentuk kekurangan gizi lainnya.
Namun faktanya, masih banyak masyarakat yang menderita kelaparan akibat beberapa faktor, sampai monyet pun mereka santap. Hal ini yang dilakukan suku anak dalam akibat kemarau panjang yang mengancam lahan pangan mereka. Seperti yang dilansir Harianjogja.com (17/10/2019) Warga suku anak dalam di Jambi dikabarkan mengalami kelaparan. Musim kemarau panjang ternyata juga mengancam sumber pangan bagi warga suku anak dalam (SAD). Sehingga membuat warga SAD yang berada di Kampung Duren Kecamatan Renah Pamenang Kabupaten Merangin, Jambi terancam kelaparan.
Masalah ketahanan pangan masih menjadi PR besar untuk pemerintah mengingat lahan pangan semakin terancam keberadaannya. Menurut Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana (PSP) Kementan Sarwo Edhi mengungkapkan Indonesia kehilangan 650 ribu hektare lahan sawah. Namun tidak dapat langsung disimpulkan berkurangnya lahan sawah karena beralih fungsi. Berkurangnya lahan sawah diketahui setelah dilakukan validasi ulang terhadap data statistik pertanian 2017 oleh Kementerian ATR/BPN.
Akibat berkurangnya lahan pangan tersebut pasti akan berimbas kepada ketahanan pangan yang menjadi kebutuhan pokok rakyat. Dalam masalah ketahanan pangan kita dihadapkan oleh dua hal, di satu sisi masyarakat dapat mengakses kebutuhan pangan dengan terjangkau tanpa harus impor. Disisi lain lahan pertanian dari tahun ke tahun semakin berkurang seiring alih fungsi lahan yang semakin merajalela. Sehingga mengakibatkan produktifitas pertanian semakin berkurang. Lagi-lagi rakyatlah yang akan semakin dirugikan.
Selain masalah lahan pangan, ketahanan pangan juga sangat dipengaruhi oleh kemiskinan yang berujung kurangnya gizi. Kemiskinan yang terus melanda negeri ini adalah buah dari diterapkannya sistem ekonomi neolibelisme kapitalis. Jika sistem tersebut yang diterapkan disuatu negera, maka negara berkembang seperti Indonesia yang tidak kuasa atas negaranya sendiri, mereka akan disetir oleh negara adidaya yaitu Amerika serikat.
Peran negara sangat dibutuhkan dalam mengatasi persoalan yang kompleks seperti ketahanan pangan ini. Karena tugas negara adalah menjamin semua kebutuhan pokok bagi rakyatnya, termasuk pangan. Dan tugas mengupayakan kebutuhan primer tercukupi bagi rakyat ini wajib dimaksimalkan oleh sebuah negara. namun kenyataannya negara sekarang beralih fungsi sebagai negara yang abai terhadap keberlangsungan kesejahteraan rakyatnya. Negara lebih tunduk kepada asing walaupun ketahanan pangannya terancam.
Namun jauh dari asa ketika kapitalismelah yang tetap dipakai dalam mengurus suatu negara. Indonesia butuh sistem yang bisa membawa sejahtera masyarakat tanpa harus tunduk kepada kepentingan asing.
Sebagai sebuah agama yang sempurna, Islam memiliki konsep dan visi dalam mewujudkan ketahanan pangan. Islam memandang pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib dipenuhi per individu. Seorang pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah kelak bila ada satu saja dari rakyatnya yang menderita kelaparan.
Ketahanan pangan bagi seluruh rakyat akan terwujud hanyalah jika pemerintah hadir secara utuh sebagai pelayan dan pelindung rakyat disertai penghentian implementasi sistem ekonomi neolib kapitalisme yang menyebabkan terjadinya korporatisasi pangan.
Sistem Islam dibawah naungan Khilafah memiliki solusi secara tuntas dan komprehensif dalam masalah pangan. Di dalam Islam, pengelolaan pangan sangat diperhatikan dari segi tercapainya tingkat produksi, menyuburkan lahan, menghasilkan kualitas yang baik digunakan rakyatnya, menjamin suplay benih untuk petani dan pengelolaan tanah. Kebijakan pengelolaan tanah dengan memeberikan jalan kepada siapa saja dan bukan dengan cara pembebasan tanah untuk investasi asing. Masalah pendistribusian, dalam negara Islam bisa melakukan impor pada kondisi incidental darurat, hal ini pun tidak sembarangan, hanya akan impor dari negara yang mempunyai hubungan politik luar negeri.
Demikianlah antara kapitalisme dengan Islam dalam pengelolaan pangan. Dari sini bisa dilihat sistem mana yang benar-benar mementingkan kesejahteraan rakyat dengan sistem yang mengatasnamakan rakyat hanya demi kesejahteraan individu. Seperti itulah lemahnya aturan buatan manusia, karena manusia adalah makhluk yang lemah dan bergantung. Benarlah firman Allah SWT, “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan hukum siapakah yang lebih baik dari hukum Allah bagi orang-orang yang yakin” (QS. Al-Maidah : 50).[]