Endah Sulistiowati
Dir. Muslimah Voice
Agustus tahun ini usia Indonesia genap74 tahun, usia yang cukup matang untuk sebuah negara berkembang. Indonesia selain menjadi negara besar karena wilayahnya, Indonesia juga menyimpan sumber daya alam yang melimpah. Ada 5 wilayah yang memiliki SDA melimpah, Kalimantan Timur dikenal sebagai daerah penghasil gas alam terbesar di Indonesia. Salah satu titik yang menyimpan kekayaan gas alam adalah di blok Mahakam. Cadangan gas alam yang diketahui terkandung dalam perut bumi Kalimantan Timur sangat melimpah. Di mana produksi gas alam Kalimantan Timur sendiri mencapai 607,15 juta TCF. Provinsi Bangka Belitung mampu menghasilkan timah mencapai 100.000 ton dan jumlah tersebut akan terus bertambah seiring berjalannya waktu.
Kemudian ada Tanjung Enim, Sumatera Selatan adalah wilayah penghasil batu bara. Produksi tambang batu bara di daerah ini mampu menghasilkan 1.500 -1.700 ton setiap jamnya. Jumlah produksi yang tentunya sangat besar. Riau merupakan daerah penghasil minyak terbesar di Indonesia. Di mana daerah tersebut mampu menghasilkan 365.827 barrel per hari dengan rincian minyak mentah sebanyak 359.777 barrel dan kondesat sebesar 6.050 barrel. Semua hasil minyak ini diperoleh dari Kepulauan Natuna yang memiliki enam blok pertambangan yaitu Rokan, Mountain Front Kuantan, Siak, Coastal Plains dan Pekanbaru, Selat Malaca, dan Selat Panjang. Sumber daya alamnya dikelola oleh Chevron, Petroselat, Bumi Siak Pusako, Pertamina, Kondur Petroleum dan Pembangunan Riau.
Yang terakhir ada Papua yang saat ini terjadi konflik horisontal. Ketika berbicara sumber daya alam, maka Papua merupakan salah satu surganya. Berbagai barang tambang bisa ditemukan di sini termasuk tambang emas. Papua merupakan daerah tambang emas terbesar di dunia. Total cadangan emas yang dimiliki sebesar 1.187 ton dengan nilai mencapai USD 469,7 miliar.
Dikenal sebagai negara kepulauan, kecantikan alamnya pun tidak diragukan lagi. Dari Sabang sampai Merauke berdasarkan informasi Kementerian Dalam Negeri Tahun 2018 yang dipublikasikan dalam Buku Statistik Indonesia 2018, Indonesia memiliki 16.056 pulau pada 2017. Jumlah ini berkurang 1.448 pulau dari sebelumnya sebanyak 17.504 pulau.
Indonesia sendiri memiliki bonus demografi yang bisa mendongkrak kemajuan bangsa jika pengurusannya dioptimalkan. Mulai dari pembukaan lapangan kerja, nasionalisasi sda, memajukan pendidikan, pemulihan bidang kesehatan, pembangunan infrastruktur yang merata dan menjadi menguntungkan rakyat kecil, dsb. Berdasarkan data Worldometers, Indonesia saat ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 269 juta jiwa atau 3,49% dari total populasi dunia. Indonesia berada di peringkat keempat negara berpenduduk terbanyak di dunia setelah Tiongkok (1,4 miliar jiwa), India (1,3 miliar jiwa), dan Amerika Serikat (328 juta jiwa).
Dengan jumlah SDA dan SDM yang melimpah, bukan tidak mungkin Indonesia bisa menjadi negara super power. Karena Indonesia mempunyai semua yang dibutuhkan untuk menjadi negara besar. Berdaya di negeri sendiri. Yang menjadi pertanyaan mau ataukah tidak pemimpin bangsa ini bekerja keras untuk mewujudkan impian ini?
Sehingga ketika menyatakan sebagai negara merdeka, dengan berbagai kebaikan dan nikmat yang Allah SWT karuniakan, seharusnya Indonesia pun merdeka dari utang. Kementerian Keuangan mencatat jumlah utang pemerintah pada April 2019 mencapai Rp4.528,45 triliun atau sekitar 29,65 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Merdeka dari kemiskinan disegala lini. Serta bersih dan merdeka dari kebodohan, satu lagi jaminan kesehatan dari pemerintah dengan segala kemudahan-kemudahan. Inilah harapan terbesar dari sebuah kemerdekaan.
Namun faktanya, kemerdekaan saat ini hanya berhenti pada peringatan-peringatan, parade-parade, dan aneka lomba-lomba. Tidak lebih dari itu. Memang masyarakat sangat menikmati, bahkan dengan ikhlas turut menyisihkan harta yang tidak seberapa untuk larut dalam euforia kemerdekaan, sejenak melupakan himpitan hidup yang semakin menjadi, melepaskan penatnya tulang-belulang. Namun esok hari apa yang dihadapi tidak berubah. SDA masih dikuasai Asing, harga kebutuhan bahan pokok tetap tinggi, pendidikan masih mahal, layanan kesehatan masih pelik. Ternyata kebahagiaan itu hanya fatamorgana saja. Wallahu'alam.