Indonesia 74 Tahun, Merdeka Hakiki Atau Semu?


Oleh: Angelia Ummu Taqiya

Semarak kemerdekaan sudah mulai terlihat di sekitar kita. Di wilayah perkotaan hingga di pelosok desa, semua larut dalam euforia Perayaan HUT kemerdekaan RI ke 74 pada tanggal 17 Agustus 2019 mendatang. Kali ini perayaan seakan terlihat lebih meriah dari tahun sebelumnya. Bagaimana tidak, masyarakat kompak gotong royong memasang bendera merah putih, dan umbul-umbul berwarna warni di sepanjang gang perumahan. Bahkan ketika malam hari kita akan menemui begitu banyak gemerlapnya lampu tumblr yang melengkung begitu apik disepanjang jalan komplek dan rumah-rumah warga.
Yang menarik untuk dicermati adalah visi Indonesia yang kabarnya menjadi tema besar perayaan HUT Kemerdekaan kali ini. Yaitu "Indonesia Maju".

Sebagaimana diupload oleh akun intagram kemensetneg.ri, dalam pidatonya di Sentul tanggal 14 Juli 2019, Presiden RI Joko Widodo menjelaskan visi Indonesia maju adalah Indonesia yang tidak ada satupun rakyat tertinggal untuk meraih cita-cita. Indonesia yang demokratis, yang hasilnya dinikmati seluruh rakyat. Indonesia yang memiliki hak yang sama di depan hukum. Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan Indonesia yang mampu menjaga dan mengamankan bangsa dan negara dalam dunia yang semakin kompetitif.

Betapa mulia dan apiknya visi misi tersebut. Namun, akankah semua itu dapat terwujud sementara kita terus mempertahankan kapitalisme liberalisme dan sekulerisme dinegeri ini?

Untuk mewujudkan cita-cita, membutuhkan banyak hal untuk bisa tercapai. Semangat kerja saja tak cukup. Lebih dari itu, dukungan baik moril maupun materiil sangat dibutuhkan. Contoh saja untuk menjadi seorang dokter, maka dia harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Apalagi di zaman kapitalisme ini, masih mahalnya biaya pendidikan, menjadikan banyak anak-anak tidak dapat sekolah atau bahkan putus sekolah. Bahkan yang lebih mendasar, ingin menjadi orang yang sholih disamping bercita-cita memberikan kontribusi untuk bangsa dan negara saja dikriminalisasi. Seperti yang dialami para tokoh agama, profesor suteki, hingga yang dialami Enzo Allie yang dipermasalahkan hanya karena fotonya membawa bendera tauhid.

Kemudian, keinginan mewujudkan negara yang demokratis, yang hasilnya dapat dinikmati seluruh rakyat, nyatanya menjadi mimpi belaka. Dilegalkannya liberalisasi migas, maupun SDA lainnya, menjadikan aset negara ini dikeruk habis oleh asing dan aseng. Pasalnya, pemangku kebijakan hari ini berlaku bukan sebagai pelayan rakyat melainkan pedagang melalui dibukanya kran investasi besar-besaran. Hasilnya? Boro-boro dinikmati rakyat, justru rakyat masih saja dibebani pajak, dan harus memenuhi segala kebutuhan  hidupnya sendiri, termasuk biaya pendidikan, kesehatan, gas, air, dan listrik. Sungguh tak ada aset yang hasilnya benar-benar dinikmati rakyat secara gratis.

Lalu, kesamaan hak di depan hukum hanya slogan semata. Faktanya, lembaga hukum hari ini bekerja untuk tuannya. Hukum bisa dibeli. Bahkan saat ini dibawah kendali rezim, hukum semakin tumpul ke atas dan semakin tajam ke bawah. Khususnya kepada para da'i yang aktif menyuarakan amar ma'ruf nahi mungkar di negeri ini.

Dan lagi, kesekian kalinya, orang-orang berpendidikan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tak dihargai kerja kerasnya untuk mengharumkan negeri ini. Dari pesawat terbang pak Habibie, alat pembubuh kanker Dr. Warsito, penemuan aliran listrik dari pohon kedondong, mobil esemka, mobil listrik, hanya direspon positif tanpa adanya tindak lanjut lebih. Bahkan ironinya, penemu bibit padi unggul yang berprestasi di Aceh, bukannya mendapat apresiasi dan diadopsi, malah masuk bui!

Dan tahukah, negeri ini disasar oleh para konglomerat dari china? Pemangku kebijakan membuka kran impor besar-besaran. Perusahaan dalam negeri gulung tikar, petani pun juga kena imbasnya. Sementara pengagguran makin meningkat. Akses rakyat dibatasi.geraknya pun dibatasi. Apalagi, dengan banyaknya hutang, kedepan, bisa saja yang terjadi adalah kita, bangsa dan negara ini tergadai. Apakah ini yang dinamakan merdeka?

Merdeka menurut KBBI adalah lepas dari penghambaan, tidak terikat atau bergantung pada orang atau apapun sama sekali.

Semetara Indonesia bergantung kepada asing dan aseng melalui hutang riba ribuan trilyun, investasi, impor perekonomian maupun budaya asing. Artinya kemerdekaan yang kita elu-elukan setiap tahun, tak lain dan tak bukan merupakan igauan semata. Merdeka semu. Sebab kenyataannya, bangsa ini hanya merdeka fisiknya, namun tidak perekomian, sosial, pendidikan, pemikiran dan budayanya!

Semua visi yang diidamkan itu hanya bisa terwujud ketika kita mau melepaskan diri dari belenggu sistem kufur Kapitalisme Liberalisme dan sekulerisme, kemudian menggantinya dengan Islam.

/Mengapa harus Islam?/

Ya. Sebab Islam berasal dari Allaah, Sang pencipta dan pengatur manusia, kehidupan dan alam semesta. Islam datang dariNya Yang Maha Benar dan baik. Maka tidak mungkin akan melahirkan peradaban kacau dan rusak ketika Islam diterapkan dengan benar secara menyeluruh. Sebaliknya ketika ditinggalkan, maka akan berbuah mala petaka dan kehancuran. Sebagaimana firman Allaah SWT :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: Al-A’raf [7]: 96)

Sejarah pun telah membuktikan bahwa Islam, melalui institusi Khilafah, mampu menjadi negara yang besar, menaungi keberagaman agama dan memberikan pelayanan publik tanpa pandang bulu, mendudukkan kaum muslim dan non muslim sama di depan hukum, menjadi mercusuar dan rujukan dalam segala bidang ilmu pengetahuan, mampu mencetak ulama-ulama dan para ilmuan hebat seperti ibnu sina dan al khawarizmi. Kuat militernya, dan menjadi negara didgdaya yang ditakuti musuh-musuhnya (orang-orang kafir). Dan Islam lah satu-satunya sistem politik yang mampu menguasai hingga 2/3 dunia selama lebih dari 13 abad lamanya. Adakah selain Islam yang dapat menyamainya dalam keberhasilan dan kegemilangannya?

Maka, jika negeri dan bangsa ini menginginkan kemerdekaan yang hakiki, mendamba keberhasilan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan, lebih dari itu, agar diberkahi, dirahmati, dan diridloi Allaah, maka perlu melepaskan diri dari penghambaan kepada makhluk, menuju penghambaan hanya kepada Allaah. Melepaskan diri dari cengkeraman kapitalisme, kemudian mengikatkan diri hanya kepada Islam. Mentaati perintah Allah dengan menerapkan syariatNya. Sebab hanya Islam lah satu-satunya yang dapat menebar rahmat bagi seluruh manusia di jagad raya, serta memberi keselamatan dunia dan akhirat. Allaahu akbar.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama