Analisis Sederhana Novel "Bumi Manusia" Part 2



Oleh : Eva Fauziyah
(Analis Muslimah Voice)

Novel "Bumi Manusia" karya Pramoedya Ananta Toer itu dikenal sebagai karya besar yang diakui dunia. Atas hal itu, sejak tahun 2004 ada banyak produser dari berbagai dunia termasuk produser Hollywood yang meminta izin kepada Pramoedya untuk mengadaptasi novel "Bumi Manusia" menjadi film. Akan tetapi permintaan produser-produser asing itu tidak mendapatkan izin karena beliau meminta produser yang mengadaptasi novel ini harus dari produser asal Indonesia.

Novel ini berkisal tentang kisah Minke seorang pribumi, putra seorang bupati. Karena berasal dari kalangan ningrat, Minke bisa bersekolah di HBS. Tokoh berikutnya adalah Nyai Ontosoroh, seorang Nyai (gundik) yang berbeda-beda dengan nyai-nyai pada umumnya. Nyai  Ontosoroh berkepribadian kuat, mandiri. Annelies digambarkan sebagai gadis manja, lemah dan butuh pengakuan.

Sekilas ini tentang kisah percintaan. Percintaan antara Minke, seorang pribumi dengan Annelies, seorang indo yang ibunya adalah seorang nyai. Kisal percintaan yang dibalut sejarah seakan-akan ini adalah karya fiksi dengan latar sejarah semata. Para pembaca tidak menyadari bahwa ada pandangan-pandangan Marxis yang ditulis apik, masuk dalam gambaran penokohan dalam cerita.

Bukti pandangan Marxis diantaranya tentang pertentangan kelas. Pertentangan-pertentangan ini kelas akan menciptakan kelas baru. Kelas yang berbeda dengan kelas lainnya. Akan tetapi keberadaan tokoh hanya wujud dari  'tokoh yang tipikal' dibandingkan dengan tokoh yang lain. Tokoh-tokoh ini tidak hanya tampil mewakili suatu kelas sosial tertentu melainkan individu tertentu.

Seorang pengarang realis tidak hanya menggambarkan pertentangan atau konflik saja tetapi juga menawarkan solusi fundamental atau konflik dalam cerita.

Deskripsi tatanan sosial ditampilkan dengan latar belakang kolonialisme Eropa dan Feodalisme Jawa. Suasana kemajuan ilmu pengetahuan di Eropa dan keterbelakangan Hindia, perbudakan, kolonialisme dan feodalisme digambarkan sebagai pertentangan  yang akan membawa pada kemajuan. Masyarakat harus mengetahui dirinya agar bisa membebaskan diri dari ketertindasan.

Deskripsi konflik sosial dalam novel tercermin adanya pertentangan kelas yang dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Totok, Indo, Pribumi dapat dideskripsikan sebagai berikut
2. Golongan terpelajar dan golongan terbelakang.
3. Budak (Nyai) dan Tuannya
4. Pertentangan kelas berdasarkan struktur ekonomi
5. Pertentangan kelas berdasarkan nilai Jawa

Pertentangan kelas tersebut menciptakan individu-individu yang berbeda dengan kelas yang ada pada umumnya. Individu-individu ini seolah-olah menciptakan kelas yang baru. Selain itu penyelesaian konflik dilakukan dengan melakukan perlawanan terhadap struktur yang berkuasa.

Dalam novel digambarkan  tokoh-tokohnya sebagai tokoh yang tipikal dan revolusioner. Tokoh ini dianggap akan membawa kepada arah kemajuan dan bisa membebaskan diri dan lingkungannya dari ketertindasan. Tatanan sosial dan konflik sosial menposisikan seseorang sesuai dengan kelasnya. Sedangkan konflik sosial yang digambarkan sebagai pertentangan kelas. Kesemua itu cerminan pandangan Marxis. Dengan demikian dapat disimpulkan dalam karakter tokoh, tatanan sosial, dan konflik sosial Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer mengandung pandangan-pandangan Marxis

Pesan-pesan pada calon pembaca novel atau calon penonton film

Sebagai pembaca, sebelum membaca novel ini hendaknya menguasai  secara benar teori Marxisme/Leninisme/Komunisme. Khususnya bagi pemula yang benar-benar tidak memahami teori Marxia hendaknya tidak membaca karya ini karena karya ini mengandung dan menyebarkan ajaran atau faham.

Dan yang perlu digarisbawahi bahwa penerimaan terhadap pandangan Marxisme sebagai suatu teori merupakan fenomena yang sulit dijelaskan karena seringkali mengalami inkonsistensi. 

Bagaimana Islam memandang pandangan Marxisme

Marxisme memandang bahwa segala sesuatu berasal dari materi dan akan kembali pada materi. Hal ini bertentangan dengan Islam yang meyakini segala sesuatu berasal dari Allah sebagai Sang Pencipta. Marxisme sendiri menganggap agama sebagai candu.

Pandangan yang paling menonjol dari Marxisme adalah teori tentang pertentangan kelas. Sebuah perubahan akan terjadi jika kelas-kelas ini dipertentangkan. Kesamaan yang riil ingin diwujudkan sehingga tidak ada pengakuan terhadap kepemilikan individu. Produksi dan distribusi harus dilakukan secara kolektif.

Hal ini berbeda dengan Islam, dalam Islam tidak ada pertentangan kelas. Semua manusia sama di hadapan Allah. Yang membedakan adalah ketakwaan individu. Pengurusan terhadap umat diurusi secara baik individu per individu. Tapi walau begitu, seseorang boleh melesat jauh untuk kebaikan hidupnya dunia dan akhirat. Insya Allah. Allhu'alam. []

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama